Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia "Pencipta yang Dungu"

17 April 2019   23:39 Diperbarui: 17 April 2019   23:44 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau dihadapkan dengan hujan dan panas, sebentar hujan sebetar juga pula panas. Begitupun kini keadaan yang sesungguhnya. Penderitaan yang sementara, menimbulkan kebahagiaan yang juga sementara pula pada akhirnya. Dalam setiap kesendirian saya terselimut sudah kebahagiaan saya juga, tetapi saya juga harus bersodara dengan penderitaan yang sesekali datang menerpa.

Langit itu cerah dan terkadang mendung, bukankah kau tahu itu? Jangan pernah kau suruh saya untuk bahagia abadi dan menderita abadi. Bukankah kau meyakini surga, kemudian mengakui neraka juga? Saya meyakini itu kini di dalam keadaan dan realitas sebagai saya.

Terlalu lama menunggu mati untuk merasakan surga dan neraka itu. Bukankah jika menunggu mati surga dan neraka hanyalah ketakutan manusia semata yang sama- sama saling menakut-nakuti sesamanya? Cepatlah kalian bangun dari tidur kalian. Sudahlah biarkan mereka yang mengakui surga dan neraka setelah kematian, hidup bersamanya kemudian menikmatinya sampai akhir hayatnya.

Jika surga dan neraka dirasakan setelah mati, saya ingin mengetahui, mungkin yang membuat Surga dan Neraka itu tidak pernah hidup. Kenapa tidak yang membuat Surga dan Neraka saja yang dimasukan kesana? Keanehaan yang menampakan dirinya di siang bolong. Tertinggal pertanyan mengapa mereka menciptakan di dalam pikirannya sendiri?

Sulit sekali untuk di nalar, manusia bagai embun yang tidak pernah disangka-sangka hadirnya. Namun mengapa manusia menjadi serendah itu bagai permainan yang dipermainkan. Manusia yang percaya itu bagai bermain dalam mainannya saja. Toh apa yang di inginkan adalah bebas dari segala bentuk penghakiman.

Rasanya saya ingin tidak mempercayai itu. Ini beban yang tidak masuk akal. Bukankah di setiap tulisan orang-orang mengakui gunakalah akal dengan baik? Kesalahan moral sudahlah memperberatkan perjalanan ini. Tetapi mengapa rasa bersalah yang manusia rasakan disini tidaklah cukup sampai disini? Oh, kejamnya engkau yang mempropagandakan jika ini dilanjutkan setelah mati.

Sampai kapanpun saya tak ingin memikirkanya, berteman dengan hidup dan mati harus saya akui. Saya hanya ingin meyakini, saya mati bersama zat'ku. Jika zat sudah bersama, bukankah kita memiliki hak yang sama? Termasuk menciptakan kedamaiaan tanpa penghakiman nanti.

Semakin banyak penggembor-gemboran penghakiman setelah kematian semakin baik untuk orang yang akan mati, mati dalam hidupnya. Saya hanya tidak ingin seperti mati dalam hidup. Apa yang terjadi pada setiap keinginan adalah dihadapkan pada realitas. Setelah semua itu terlalaui keadaanya seperti di dalam sebuah laut.

Hamparan air yang tidak terkira membuat saya berspekulasi, tenggelam dengan pasti melihat terumbu karang atau berenang dengan menentukan arah lalu mendamparkan diri di Pulau terdekat. Kini saya dihadapkan dua pilihan itu antara tenggelam dengan kepastian dan berenang dalam pengharapan. Saya seperti Ikan Tuna tidak berkontingen. Pada dasarnya ikan adalah kontingen, mereka berenang bersama-sama mengalami dan menjalani ketidakpastian.

Dalam perjalanan kontingen ikan tuna, yang mereka inginkan bisa makan dan mempunyai rasa aman. Mereka tidak pernah tahu predator seperti ikan paus ada di depanya. Seperti yang sudah - sudah mereka "Ikan Tuna" hanya sedikit berpikir, toh, jika termakan tubuh hanya masuk kedalam perut kosong yang besar.

Paus datang memangsa itulah mimpi buruk yang harus dijalani. Samudra besar menyimpan misteri termasuk jaring-jaring harapan yang dibuat manusia. Pikiran "Ikan Tuna" jaring yang dibuat manusia itu baik, setidaknya dapat mengamankan mereka dari predator. Namum mereka tidak tahu apa yang di maksud manusia. Ikan tuna itu di eksploitasi secara halus yang diberi keamanan untuk di jual-belikan, terpenting untuk mendapatkan sebuah keuntungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun