Setelah saya melihat Film "Lucy", saya mendapat pencerahan akan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tujuan hidup manusia tertinggi bagi seorang ilmuan adalah mewariskan kepada generasinya. Tidak lebih untuk senantiasa mengembangkan atau menjadi sumber-sumber pengetahuan, tentang apa yang sudah ditemukan dan yang menjadi sebuah dugaan jawaban dalam kehidupan haruslah dituangkan lalu diwariskan.
Menurut hemat Saya, Manusia sudah sesuai dengan tujuannya, mereka pendahulu kita mewariskan segalanya untuk kita, kini bagaimana dengan kita? Apa yang mau kita perbuat untuk hidup nanti setelah kita tiada ? Tugas kita adalah mengembangkan apa yang sudah ada, dan mewariskanya pada generasi kita. Tidak peduli bagaimana setiap tulisan ini akan terkenang, setidaknya ini adalah warisan, meskipun bukan kilauan kebudayaan yang masyur seperti candi-candi di Jawa.
Kini apa yang akan menjadi bahan penilitianmu? Apa yang akan menjadi gagasanmu? Hidup bukanlah untuk punya apa tetapi hidup itu untuk menjadi apa. Itulah makna hidup yang sesungguhnya harus kita gali. Sebagai manusia kita pasti mempunyai nilai, itulah. Namuan paradoks itu, disamping optimistis, pesimistis juga hidup bersama kita. Setiap orang mempunyai kadar kepesimisan bahkan keputusasaannya sendiri. Sayapun pernah putus-asa, karena saya hanya manusia biasa
Dikala keputusasaan menyambangi diri
Berbagai bentuk kehidupan dan sarana penunjangnya yang amat sulit diusahakan membuat, "jika keputusasan sedang menyambangi kebijaksanaan diri kita menjadi senjata yang amat penting".
Pertentangang akan mimpi begitu rancu jika fasilitator itu sangat tidak memungkinkan membawa kita akan mimpi kita. Tetapi sejenak berhenti dan membuat timbangan pada diri harus dilakukan. Kita sebagai manusia pasti pernah putus asa, sehingga keputusan yang kita ambil mengubah diri kita sendiri. Menjadi lebih baik atau buruk bukan hanya masalah kita berpikir akan hal tersebut, tetapi dalam hal ini interpretasi kita akan afirmasi sangat menentukan.
Tentu ada Keputusan dalam hidup membuat saya jatuh. Tetapi saya jatuh bukan untuk tenggelam. Saya jatuh hanya untuk tahu bagaimana caranya membangun. Saya pun mengakui inilah keputusan terbodoh bagi manusia.Â
Saya biarkan mereka berkata bodoh jika mereka mau. Tetapi dari semua itu, bagaimana saya betah dengan keadaan mengekang diri? Tentu pengekangan adalah hal yang tidak bisa manusia terima.
Hidup saya adalah punya saya. Saya tidak pernah sedikitpun memelas untuk diperkosa oleh nasib ketentuan orang lain. Setidaknya jika saya digambarkan sebagai pekerja seks komersial, saya ingin dibayar mahal. Saya punya segalanya dari diri saya, saya pun yang menentukan siapa saya dan bagaimana saya.
Dilematisnya keputusan membuat saya seperti sastrawan sudah tidak bisa lagi menulis. Beberapa hari belakangan saya seperti bingung dengan rembulan yang tidak sama sekali nampak tertutup mendung sore.
Jalanan banjir, pegunungan longsor dan orang-orang kemaruk menjadi persoalan yang biasanya memang terjadi. Keputusan ini mungkin ada baiknya. Berpikir dan melakukan tindakan karna rasa bosan itu sangat membahagiakan. Saya ingin menari dan menari diatas penderitaan dan kesenangan diri sendiri.