Terjebak, mungkin-kah semua manusia merasakannya? Dalam arti sebenarnya perubahan mungkin adalah sesuatu yang pasti. Musim berganti setiap tahun; ada pula ungkapan hidup tidak selalu dibawah, ada saat kita akan ke atas sana. Untuk itu perkara sebenarnya kehidupan adalah masalah waktu.
Pertanyaan seperti ingin dibalikan saja; bagaimana siasat terbaik dalam mengikuti perubahan? Mungkinkah perubahan pada makro kosmos sama seperti mikro kosmos? Dalam lamunan ini, bukankah tata sistem yang sama saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya? Tentu saja, aliran pada partikel kehidupan ini merupakan saksi, bahwa; semua saling bergantung dan mengantungakan diri satu sama lain.
Udara yang di produksi semesta, kemudian dibutuhkan oleh pernafasan Manusia. Begitu pula upaya kerja Manusia pada kebutuhan berjalannya Alam. Penghijauan untuk kesetabilan iklim dunia. Hutan bakau yang ditanam untuk mengurangi abrasi Pantai dan Pohon-pohon yang kuat sebagai penyangga tanah agar tidak terjadi longsor. Semua hanyalah tentang bagaimana cara berjalannya fungsinya masing-masing.
Konsekwensi dari berjalannya fungsi yaitu jalannya suatu perubahan dari yang mendasar hingga pada tingkat permukaannya. Tidak melulu akan membuat hal yang itu-itu saja. Bahwa; kehidupan seperti roda, bukan lagi fiksi-fiksi bagi mereka yang menginginkan perubahan. Karena itu, kepastian dalam berubah merupakan bagian dari kenyataan yang tidak akan bisa ditolak pada akhirnya oleh semua Manusia.
Namun apakah kenyataan itu ilusi? Atau itu adalah bagian dari siklus kehidupan itu sendiri? Bukan-kah akan menjadi rancu jika perubahan tidak kunjung datang dan Manusia menginginkan perubahan itu? Perubahan pada setiap kenyataan seperti serpihan mental yang rapuh; kadang ia perlu dibantu, pula dapat terjadi, "ia terlalu berlebihan mebusungkan diri pada optimisme mental yang berubah-ubah".
Menggali dan mengikuti perubahan pada kenyataan seperti diri mengamati dirinya sendiri. Se-per sekian detik dapat berubah seperti kondisi mental Manusia muktahir. Memang rumit dan membingungkan, apakah saya sendiri yang mengalaminya? Ada perubahan pada rasa yang sebegitu drastis dan sangat deras dalam mengamati kondisi diri akan hidup itu sendiri.
Sedikit sebab menjadi kuat, banyak perkara menjadi hancur, remuk bagai kepingan guci dari tanah liat. Sebegitukah ukuran dalam Manusia memandang dirinya sendiri? Lemah bila diterpa dan kuat sebagai penerpa nasib orang lain? Semoga ini bukanlah kelainan pada mental yang menyerah. Melainkan menjadi mental yang bertanggung jawab pada dirinya sendiri akan kehidupan. Juga tentang bagaimana memberi efek berbeda pada orang lain di sekitar kita.
Revolusi Bangsa Merdeka dan Upaya Bertanggung Jawab pada Kehidupan
Sebagai generalisir akan bagaimana manusia menjalani dengan titik kuasa yang harus diakui oleh perubahan. Saya ingin melihat bagaimana Historiografi dari perjalanan suatu kelompok masyarakat yang tertidas dan terjajah dengan nama Hindia Belanda.Â
Awal mula, masyarakat memandang itu sebagai perubahan ekonomi yang cerah. Dimana datangnya VOC atau (Vereenigde Oostindische Compagnie ) perusahaan dagang dari negri Belanda menjadi titik balik kerja sama perdagangan yang sehat antara Nusantara dan Eropa.
Namun dari dalam perjalanannya sendiri memungkinkan menjadi berubah. Aturan yang dibuat lalu direvisi atas nama kuasa dari yang kuat. Adanya pihak yang lebih di untung-kan menjadi sebab untuk memulai perubahan itu. Saya menduga proses perubahan melulu berdasarkan pada keuntungan yang didapat dari masing-masing elmen tersebut. Termasuk adanya kehendak berkuasa atas yang lemah.
Seperti cerita peradaban umat Bumi, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Dengan alasan ini VOC membuat Perusahaan yang di lindungi dengan senjata, mempunyai Tentara dan membuat Negara diatas Negara. Dan akhirnya membuat suatu perubahan dengan berkuasa atas Rakyat Nusatara. Membeli Rempah-Rempah dengan harga murah. Juga perkara kelanggengan dalam kuasa atas otoritas politik Hindia Belanda.
Namun kuasa atas Negara jajahan jika Negara itu kaya akan potensi sumber daya alam tetap akan menggoda kekuatan Negara dengan Militer yang lebih besar dan kuat. Jepang dalam hal ini menginginkan perubahan, yakni menguasai Asia Tenggara dan juga Asia Pasifik atas nama kedigdayaan armada Militer mereka. Meskipun dalam dalam Pertempuran Laut Jawa, Belanda di bantu oleh kekuatan Sekutu namun dalam hal ini mereka tidak mampu berbuat banyak.
Kapal-kapal perang Negara Sekutu dalam pertempuran itu di buat klimpungan akibat salah dalam menerapkan strategi perang. Tetapi jika dihitung pemetaan kekuatan sendiri jelas, Sekutu kalah jauh kekuatannya. Sekutu menggunakan, 2 Kapal Jelajah Berat, 3 Kapal Jelajah Ringan dan 12 Kapal Perusak. Pemimpin pasukan Sekutu sendiri dipimpin oleh Laksamana Kareal Doorman dan Laksamana Conrad Helfrich.
Sedangkan Jepang yang sedang membawa semangat ekspansinya dipimpin oleh Laksamana Takagi Takeo dengan kekuatan yang jauh lebih besar. 2 Kapal masing Jelajah Berat dan Ringan, 14 Kapal Perusak dan 10 kapal pengangkut. Dan pertempuran di Laut Jawa-pun dimenangkan Jepang bersama banyaknya korban baik dari pihak Sekutu maupun Jepang. Dengan kekalahan ini, Militer Belanda dipaksa menyerah tanpa syarat terhadap Militer Jepang pada tahun 1942. Saat itu pula kekuasaan berganti, dari penjajahan Belanda menjadi masa penjajahan Jepang.
Dibalik gempat-gempitanya ekspansi Jepang dan mulai lemahnya kekuatan Belanda di tanah Hindia Belanda, memunculkan pergerakan akar rumut menggugat cara lama dalam kehidupan. Tidak ada gerakan yang tidak dibangun dari ide-ide. Untuk sebuah kelahiran semangat Nasonalis, nama Indonesia muncul.
Namun semua itu hanyalah berbentuk wacana dari ide kaum muda terpelajar Hindia Belanda. Juga tentang bagaimana fiksi-fiksi dalam imajinasi menjadi Manusia bebas dari belenggu penjajahan, hidup tidak dibawah senapan Senjata.
Tujuan dari Jepang sendiri berkuasa atas Hindia Belanda karena sumber daya alam melimpah seperti minyak. Dimana minyak tersebut digunakan sebagai bahan bakar amunisi Militer mereka untuk menguasai Asia. Tetapi karena jenis makanan Manusia Hindia Belanda  sama dengan Manusia Jepang membuat mereka semakin kejam mempertahankan kuasanya atas rakyat termasuk merampok juga hasil panen rakyat.Â
Sistem yang menindas, kehidupan yang tidak bebas, nasib yang tidak bisa dibangun atas kakinya sendiri menjadi sebab; anak muda mulai mengguat. Mereka percaya, tidak ada suatu ide yang sia-sia, meskipun untuk mewujudkan harus melawan Tank dan Senapan Peluru. Keyakinan mereka, karena pada saatnya ide itu akan tertuang dalam kenyataan jika semseta telah mendukung untuk Merdeka.
Kisah dalam Histeriografi Hindia Belanda seharusnya menjadi pemantik bahwa tidak akan ada ide yang tidak terpakai. Apapun gagasan dalam cara kita membentuk kehidupan akan terlaksana jika semesta mengijinkan, termasuk gagasan ber-bangsa maupun ber-negara. Juga bagaimana konsepsi kita untuk membentuk diri kita sendiri seperti apa yang kita mau. Semua akan terlaksana jika semesta telah mendukung.
Perang Dunia ke dua yang terjadi, membuat Kota Hirosima dan Nagasaki Jepang di jatuhi Bom Atom pada Agustus 1945 oleh Sekutu. Porak-porandanya keadaan dalam Negri Jepang membuat mereka menyerah tanpa syarat juga pada Sekutu. Kosongnya pemerintahan baik dari Belanda maupun Jepang membuat Rakyat Hindia Belanda meplokramasikan kemerdekaan atas nama Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Proklamasi kemerdekaan sendiri tidak lepas dari anak bangsa yang berpikir untuk menjadi Manusia merdeka. Manusia merdeka adalah manusia yang tidak ditekan oleh kekuasaan baik negara atau kekuatan manapun.Â
Harapan terdalam sebagai Manusia sendiri haruslah bebas menentukan hidupnya sendiri. Oleh karna itu jangan pernah takut akan pikiran dan setiap gagasan-gagasannya yang kita yakini. Karena pada saatnya menjadi nyata merupakan hal yang pasti.Â
Bagaimana Soekarno, Moh. Hatta dan tokoh-tokoh lain seperti Tan Malaka dalam berpikir merumuskan nama baru Hindia Belanda yaitu Indonesia berserta konsep kenegaraannya?
Mereka sekelompok Manusia yang mempunyai mental bertangung jawab pada hidupnya. Bukan tidak mungkin, jika seorang Manusia dapat mempertanggung jawabkan hidupnya sendiri ia juga akan bisa bertanggung jawab pada hidup orang lain.Â
Mereka dan masih banyak yang belum tersebutkan dalam perumusan menjadi Indonesia adalah manusia-manusia bertanggung jawab itu. Bukan hanya bertangung jawab pada diri tetapi juga bagaimana mereka bertanggung jawab juga pada tatanan kehidupannya yang saat itu masih terjajah.
Ketika semesta  telah mendukung, dan munculnya kesadaran negara-negara terjajah untuk merdeka menentukan nasibnya sendiri. Sejak jauh mereka-pun tokoh kemerdekaan Indonesia sudah mengungkapkan ide-ide merdeka itu.Â
Jadi dalam hal ini, tidak ada yang salah dari gagasan, tidak salah juga berpikir tentang apa yang belum terjadi. Kini Dunia telah berubah, penjajahan Bangsa atas Bangsa, Manusia atas Manusia semakin sedikit jumlahnya. Sebagai kaum muda kita memang harus mengubah pola itu. Tetapi, tetap bertanggung jawab pada kehidupan kita.
Jika kau dapat merumuskan saat ini atau masa depan apa yang akan terjadi, pikirkanlah! Jadikan itu sebagai acuan dimana kau akan mulai beranjak menjadi Manusia yang baru di jaman yang terus berubah. Kita "anak muda" adalah pendobrak jaman seperti mereka yang mendobrak cara lama menentang kolonialisme. Untuk itu jadilah Manusia yang baik dalam memandang dan melaksanakan kehidupan. Kita adalah Manusia petarung saat ini untuk masa depan mereka generasi setelah kita.
Ketika dalam pikiranmu berbisnis adalah cara untuk mensejahterakan dirimu sendiri, lakukanlah, karena ketika kau sudah sejahtera, mensejahterakan orang lain akan menjadi kebutuhanmu. Begitupun ketika kau menganggap bahwa Industerilasisasi saat ini mengancam ketahanan pangan kita dan generasi selajutnya di masa yang akan datang, buatlah trobosan baru cara menanam dengan lahan minim saat ini.Â
Dan jika suaramu ingin di dengar, menulislah untuk di pelajari manusia yang akan datang besok. Dalam narasi Sejarah bangsa kita, Anak muda bukanlah Manusia pengekor yang hanya ikut-ikutan. Mereka adalah penggangas ide yang ulung dengan perjuangan yang hebat atas nama diri dan bangsanya.
Apa lagi dengan narasi kini di tahun Politik. Anak muda enggan bahkan tanpa berpikir, mereka hanya menyerang yang berbeda pandangan politik dengannya dan mencari simpati buta demi memuaskan hasrat pada ide-ide palsu yang diciptakan para politkus tentunya palsu juga.Â
Mengapa saya anggap palsu? Karna dalam realitanya kini, sistem Demokrasi sendirilah yang banyak melahirkan Politikus pragmatis. Banyak dari mereka masuk Politik tanpa ide, tanpa kerja nyata bagi masyarakat sebelumnya dan mereka para Politikus pragmatis menganggap bahwa; kekuasaan politik hanya uang, menjadi-pun dengan uang, setelah jadi-pun mencari uang.
Untuk itu, menjadi Muda yaitu mereka yang memegang idealismenya sendiri, berpikir-pun atas kuasa pikirannya sendiri. Dan yang paling esensial sebagai pemuda adalah mereka bukanlah menjadi pengikut yang hanya dijadikan kacung dari wacana Politik yang ada saat ini. Seperti ungkapan Rene Decartes "aku berpikir maka aku ada".Â
Anak muda jangan pernah takut menjadi berbeda, bermimpilah yang tinggi dengan ide-ide realitis. Karena itu, ketika semesta mendukung, perubahan akan terjadi. Terwujudnya gagasan kita di masa depan tentu sebagai anak muda yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri akan dicatat oleh Sejarah sebagai Manusia yang bertanggung jawab pada kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H