Hal-hal yang paradoks dalam karya realis maupun fiksi harus diungkapkan secara gambalang. Bukan hanya diungkapkan dari permukaan permintaan pasar. Dimana gendre yang memberi unsur fiksional baik itulah yang ditampilkan dalam permukaan.
Jika ini diteruskan peradaban manusia akan menjadi timpang pada akhirnya. Ada yang hilang dalam realitas itu sendiri. Corak manusia satu dimensi menjadi mungkin dalam berbagai peradaban kedepan.Â
Dimana alam fiksional yang membangkitkan daya gerak manusia hanya terbatasi pada sastra-sastra positif. Tidak ada antitesis dari sastra pesimistis pada realitas yang bisa menjerat daya gerak manusia yang sebenarnya punya ambang batas.
Bukankah akan menjadi sesuatu yang berhasil  dengan kebanggan ketika manusia dengan segala keterbatasan realitasnya dalam menembus segala halangan-halangan yang mengahalanginya? Inilah yang seharusnya ditanam sejak dini. Karna karya sastra realis-lah wacana-wacana sebenarnya harapan dan keinginan manusia modern.Â
Untuk itu agar tidak menjadi satu dalam dimensinya, seseorang harusalah sadar realitas sebelum bermain dalam ranah fiksinya sendiri dalam setiap pengharapan-pengharapannya.