Terbukti mau tidak mau Provider Telekomunikasi harus membanting harga agar diminati pelanggan. Demi menciptakan iklim yang sehat dalam perusahaan supaya masih ada Deviden untuk Ekspansi, perusahaan melakukan penekanan biaya oprasional perusahaan. Bukan hanya divisi alih daya yang terdampak pemangkasan oprasional untuk perusahaan tetap sehat.Â
Pekerja oraganik proveder sendiri pun mengalaminya pengurangan itu. Tidak jarang mereka dipensiunkan dini demi penekanan-penekanan oprasional itu.Â
Jika mau bertahan dalam persaingan, perusahaan Telekomunikasi haruslah berbenah bahkan harus mampu berinovasi dalam bisnisnya. Saya menduga lesunya bisnis Telkomunikasi disebabkan oleh banyaknya provider yang ada. Selain menjamurnya banyak provider faktor lain seperti berkurangnya kebutuhan pelanggan untuk telpon pada jaringan GSM dan sms juga menjadi pengaruh. Padahal pendapatan terbesar dari Provider terdapat pada sektor itu.Â
Dengan kecepatan paket data, dan pengembangan aplikasi berbasis data yang dapat juga untuk menelpon, chating dan video call dengan biaya murah jelas, pelanggan memilih mengunakan data.Â
Menurut saya marger antara sesama perusahaan Telekomunikasi merupakan solusi yang efektif jika perusahaan Telekomunikasi tidak mau mengalami bisnis yang stagnan. Banyaknya BTS dari masing-masing Provider membuat masalah itu sendiri karna permintaan yang semakin sedikit dari pelanggan.Â
Mayoritas pelanggan data kini juga beralih ke jaringan fiber optik yang dinilai lebih baik dari pada jaringan BTS itu sendiri. Dengan marger biaya oprasional perusahaan untuk pemeliharaan dapat ditekan juga belanja perangakat Telekomunikasi yang lebih minimalis. Karna dimasa depan pelanganggan akan lebih mengedepankan penggunaan akses data bukan lagi telpon atau sms pada jaringan GSM.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H