Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pemilu, Hegemoni Nasionalisme atau Politikus?

22 Januari 2019   10:47 Diperbarui: 22 Januari 2019   11:08 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : sumberpengertian.co.id

Bukankah tetap kerajaan dan republik membela orang-orang yang ada dalam lingkarannya? Kerajaan dengan memperpanjang kemakmuran dinastinya dan republik yang memakmurkan para pegawainya? Pertanyaannya adalah apa yang didapat rakyat? Hanya permusuhan antar rakyat yang sebenarnya di hegemoni para penguasa yang ingin langgeng dalam kuasanya. Debat capres kemarin adalah bukti dimana para pegawainyah yang dijanjikan untuk dimakmurkan terlebih dahulu dengan alibi menekan korupsi.

Dan tentang pandangan nasionalisme? bolehlah kita patriotik pada eksistensi negara kita dihadapan dunia internasional. Tetapi kita tidak harus buta akan itu. Sudah tugas negara dan para pegawainya mempertahankan eksistensinya dengan pajak-pajak yang rakyat bayar secara sukarela. 

Perkara bangun-membangun infrastrukture itu sudah menjadi kesepakatan rakyat dan negara. Jika masih rakyat dibutakan nasionalisme untuk apa? Yang seharusnya nasionalis itu mereka para pegawai negara yang jika negara bubar mereka kehilangan mata pencariannya.

Jadi, rakyat adalah bos bagi mereka yang sedang bertarung dalam kontestasi politik. Sangat tidak etis, bos ikut-ikut anak buah dalam pertempurannya menjadi anak buah terbaik. Sudah, bos seharusnya lebih cerdas dari anak buah, biarlah mereka yang bertarung ide menjadi anak buah terbaik bagi kita para bos (rakyat). 

Janganlah menjadi bos yang dungu dengan ikut-ikutan menjadi kaki tangan anak buah dalam perjuangannya sampai menyumbang dana. Biarlah mereka para politikus calon anak buah kita bekerja sendiri. Supaya kapok mereka para politikus yang sejatinya anak buah. Jika mereka kapok tingal rakyat yang berdaulat atas dirinya sendiri, hidup rakyat! Hidup bos!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun