A. PENDAHULUAN
Terinspirasi dari channel Youtube Trans7 Official dalam acara “Hitam Putih” dibawakan oleh Deddy Corbuzier yang membahas tentang kesusksesan seseorang yang memiliki ketrampilan Fruit Carving dengan bayaran jutaan rupiah sekali display, penulis berkeinginan mengembangkan materi seni budaya agar lebih bermakna bagi siswa dan dapat dijadikan bekal keterampilan hidup khususnya di kelas X.Kuliner SMK Negeri 1 Bebandem, Karangasem, Bali.
Sejalan dengan itu, beberapa alumni SMK Negeri 1 Bebandem juga menyampaikan betapa bermanfaatnya keterampilan Fruit Carving untuk menunjang pekerjaan mereka di hotel. Sempat juga berbagi pengalaman dengan teman guru yang pernah berkerja di kapal pesiar, beliau menyampaikan tenaga kapal pesiar yang memiliki skill Fruit Carving gajinya bisa mencapai puluhan juta. Berbekal dari cerita di atas penulis semakin tergerak untuk memberikan materi Fruit Carving pada pelajaran seni budaya kelas X. Kuliner di SMK Negeri 1 Bebandem untuk memberikan siswa skill sebagai bekal untuk hidup.
Fruit Carving adalah seni mengukir buah yang digunakan untuk jamuan di kerajaan-kerajaan Thailand (Suwannarak, 2014). Lama kelamaan seni Fruit Carving semakin berkembang tidak hanya untuk jamuan di kerajaan Thailand tetapi menjadi salah satu cara untuk mempromosikan pariwisata atau hotel tertentu. Dari awalnya hanya menggunakan buah saja sekarang sudah berkembang menggunakan berbagai macam sayur-sayuran namun, seni ini tetap populer dengan sebutan Fruit Carving.
Beberapa tantangan dalam pembelajaran ini adalah, Fruit Carving termasuk salah satu ilmu yang cukup mahal karena setiap praktiknya memerlukan buah. Sehingga cukup memberatkan siswa yang ekonominya menengah ke bawah, dan akan memberatkan lagi apabila sekolah tidak memiliki anggaran untuk menyediakan bahan praktik untuk pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan sebuah solusi agar siswa tidak terbebani dalam hal penyediaan buah untuk praktik setiap hari.
Disamping itu, kemampuan awal mengukir setiap siswa juga berbeda-beda, ini didapatkan dari asesmen awal pembelajaran yang dilakukan. Ada siswa yang sudah mahir namun dan kategori layak namun, beberapa siswa ada yang masih kemampuannya di tahap dasar dan memerlukan intervensi dalam belajar mengukir buah.
Situasi dan tantangan ini mengingatkan akan pesan Ki Hajar Dewantara yaitu “selamanya engkau akan kumuliakan” ini yang menggugah untuk melakukan pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan menggaungkan semarak Merdeka Belajar pada siswa. Merdeka Belajar yang mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan tanpa adanya tekanan dengan selalu memperhatikan kondisi belajar dan minat siswa.
Dari permasalah di atas dilakukan sebuah inovasi pembelajaran dengan membuatkan siswa media pembelajaran yang dapat membantu siswa belajar mengukir buah, media tersebut adalah Multi Fruit. Multi Fruit adalah sebuah aplikasi multimedia interaktif Fruit Carving (https://bit.ly/tampilan_Multi_Fruit). Aplikasi ini berformat android dan website, bagi siswa yang menginginkan menginstal aplikasi bisa memilih format android sedangkan, siswa yang tidak ingin menginstalnya maka bisa mengakses websitenya.
Multi Fruit dilengkapi dengan informasi seputar mengukir buah seperti pengertian mengukir buah, jenis/bentuk ukiran buah, alat dan bahan untuk mengukir buah, jenis rangkaian ukiran buah dan video tutorial yang bisa memandu siswa dalam belajar.
Sifat media yang interaktif yaitu memungkinkan siswa mengontrol penggunaan aplikasi, akan sangat membantu siswa untuk mencari materi yang diperlukan oleh siwa. Disamping itu, video-video tutorial Fruit Carving pada aplikasi ini juga disisipkan local genius yaitu bentuk ukiran tradisi Bali. Bentuk Fruit Carving ini seperti bentuk ukiran Karang Boma, Karang Sae, topeng Rangda dan topeng Celuluk. Ini juga sejalan dengan konsep Tri-Kon Ki Hajar Dewantara yaitu menciptakan pembelajaran secara kontinyu, bersifat global (konvergen) tanpa melupakan karakter dan kebudayaan sendiri (konsentris) (Sugiarta, 2019).
Untuk memaksimalkan pelaksanaan pembelajaran mengukir buah, maka penerapan pembelajaran menggunakan tahapan belajar 6M. Tahapan belajar 6M itu adalah 1) Membuat kesepakatan, 2) Memotivasi siswa, 3) Menggunakan Media Pembelajaran, 4) Membentuk Kelompok Belajar, 5) Membimbing Siswa, 6) Merayakan Hasil Karya Siswa. Tahapan belajar 6M ini dirancang agar berdampak pada mengaktifkan siswa dalam belajar, menyesuaikan kondisi belajar siswa, mengajarkan tanggung jawab, mengembangkan kreatifitas, dan membangun kerja sama. Semua ini bertujuan untuk mengajak siswa menyambut semarak merdeka belajar, sehingga sekolah menjadi sebuah tempat yang menyenangkan selayaknya taman siswa yang disampaikan Ki Hajar Dewantara.
B. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. Membuat Kesepakatan Kelas
Sebelum memulai pembelajaran siswa diajak untuk membuat kesepakatan kelas yaitu : 1) Tidak bercanda dengan pisau, 2) Tetap duduk di tempat masing-masing ketika praktik dan tidak menggangu teman lainnya, 3) Selesai praktik Fruit Carving sisa buah dibersihkan.
2. Memotivasi Siswa
Untuk membangkitkan semangat siswa guru memberikan motivasi pada siswa. Motivasi dilakukan dengan menampilkan kisah sukses orang dalam berkarir Fruit Carving di hotel, dan dengan menunjukkan hasil-hasil karya Fruit Carving ke siswa.
3. Menggunakan Media Pembelajaran
Tahapan belajar 6M ini mewajibkan penggunaan media pembelajaran karena, media pembelajaran adalah salah satu faktor suksesnya pembelajaran dan menurut Pratiwi (2018) media pembelajaran memiliki peran penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran di era revolusi industri 4.0 siswa sangat dekat dengan teknologi, dan smartphone menjadi barang yang wajib mereka bawa setiap hari. Maka penggunaan Multi Fruit berbasis android dan website sangat relevan dengan karakteristik pembelajaran sekarang ini. Aplikasi Multi Fruit ini dibagikan ke siswa sebelum pembelajaran melalui whatsApp grup dengan membagikan link versi website : https://bit.ly/MULTI_FRUIT dan versi android : https://bit.ly/multi_fruit_apk
Apabila semua siswa telah berhasil mengakses Multi Fruit, selanjutnya siswa dibebaskan memilih video tutorial sesuai dengan buah yang dibawa atau bentuk ukiran yang ingin dipelajari, sehingga antara siswa satu dengan siswa yang lainnya bentuk ukiran yang akan dipelajari berbeda-beda.
4. Membentuk Kelompok Belajar
Selanjutnya siswa dibagi dan diarahkan untuk membentuk kelompok sesuai dengan buah yang mereka bawa. Ini bertujuan mengajarkan siswa untuk belajar berkolaboratif, saling membantu antar teman dan juga untuk memudahkan proses pendampingan karena proses pengerjaan Fruit Carving dengan buah yang sama.
5. Membimbing Siswa
Sambil siswa praktik dipandu dengan Multi Fruit guru aktif mendampingi. Proses pendampingan dilakukan dengan cara yang berbeda menyesuaikan dengan kemampuan awal siswa dari hasil asesmen awal yang dilakukan. Siswa yang memiliki kemampuan dasar mengukir buah di tingkat intervensi dan dasar diberikan prioritas yang lebih dalam pendampingan. Siswa yang kemampuan layak diberikan kemandirin belajar dengan Multi Fruit, guru membimbing siswa apabila siswa mengalami kesulitan. Sedangkan siswa dengan kemampuan mahir diberikan kebebasan dalam mengeksplorasi praktik dengan Multi Fruit dan diharapkan juga bisa membantu temannya yang lain sebagi tutor sebaya.
6. Merayakan Hasil Karya Siswa
Pada tahap akhir pembelajaran semua hasil karya siswa dipajang dan dievaluasi. Kegiatan ini bertujuan untuk merayakan hasil kerja keras yang telah dilakukan masing-masing siswa. Tahapan ini juga dilakukan proses refleksi tentang apa yang telah dipelajari dan capaian yang telah didapat dari proses belajar.
D. HASIL
Dari proses belajar yang telah dilakukan didapatkan hasil evaluasi pembelajaran, yaitu hasil karya ukiran buah siswa semakin baik dari segi bentuk dan kerapiannya. Respon dan keaktifan siswa dalam belajar juga baik dari hasil mengamatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan dari hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa. Sebagian besar merasa senang dengan pembelajaran menggunakan Multi Fruit, karena siswa memiliki panduan dalam membuat ukiran buah dari video tutorial. Tahapan belajar 6M juga memberikan siswa kenyamanan dalam belajar dan tidak ada rasa janggung atau takut untuk bertanya kepada guru apabila ada tahapan mengukir yang siswa tidak bisa.
E. REFLEKSI
Pembelajarn mengukir buah menggunakan Multi Fruit tidak hanya berdampak positif pada kemajuan hasil belajar siswa dalam berkreatifitas membuat ukiran buah tetapi, berdampak kepada penulis selaku pengajar khususnya dalam pemahaman betapa pentingnya media pada proses pembejaran. Karakteristik materi praktik yang lebih dominan pada pelajaran seni memerlukan media-media pembelajaran yang representatif seperti Multi Fruit. Disamping itu banyak pengalaman baik yang didapat pula dalam menerapkan pembelajaran dengan tahapan 6M, yang berdampak positif pada manajemen kelas yang kondusif, aktif, dan efektif.
Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan adalah tetap menggunakan aplikasi Multi Fruit dan mengembangkannya dengan menambahkan video tutorial yang beragam, melalui pembelajaran dengan tahapan 6M. Agar Multi Fruit ini lebih berdampak pada kemajuan pendidikan khususnya pada materi mengukir buah maka Multi Fruit juga dibagikan melalui medsos agar bisa dimanfaatkan oleh guru atau siswa di sekolah lainnya. Usaha penciptaan pembelajaran yang menyenangkan seperti ini adalah konsep dari semarak merdeka belajar, tidak sebaliknya pembelajaran yang memiliki stigma memaksa dan membosankan. Optimisme untuk mewujudkan Merdeka Belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, I. T. M., & Meilani, R. I. (2018). Peran media pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 3(2), 173-181.
Saputra, M. A., & Marlina, M. (2020) Efektivitas Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Berkesulitan Belajar.
Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., & Adiarta, A. (2019). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 124-136.
Suwannarak, J., Phanumong, P., & Rattanapanone, N. (2014). Physiological changes of fruit and vegetable carving. Chiang Mai University Journal of Natural Sciences, 13(1), 77-86.
Wangid, M. N. (2009). Sistem among pada masa kini: Kajian konsep dan praktik pendidikan. Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi Pembelajaran, 39(2).
https://youtu.be/qcqbkoye3-s diakses 4 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H