Mohon tunggu...
Komen Setiadi
Komen Setiadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tabur tuai kehidupan

Sejatinya manusia pemikir sejati ialah pencari Kebenaran, kita adalah makhluk Insan yg di ciptakan bukan kebetulan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kehidupan yang Benar dan Jalan Kebenaran

22 Mei 2022   22:09 Diperbarui: 1 November 2022   15:29 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bahwa sebenarnya KEBENARAN itu dapat di ukur melalui standar ukuran kebenaran yang hakiki, sama dengan halnya ketika kita mengukur sesuatu pasti menggunakan ukuran contoh, air atau minyak bisa di ukur kebenaran berat pastinya jika kita menggunakan alat ukur yaitu liter, atau ketika kita mengukur berapa panjang lebar dan luas ruangan itu ketika kita dapat ukur dengan menggunakan meteran sehingga luas dan panjang suatu ruangan itu dapat dipastikan keakuratan nya tanpa kita harus menduga-duga atau mengira-ngira. 

Karena KEBENARAN yang hakiki itu tidak dapat di ukur dengan menurut kita punya standaar ukuran kebenaran pribadi. Namun pelajaran yang kita dapat dari beberapa diskusi di banyak pihak dan kalangan ternyata KEBENARAN itu adalah firman-firman Tuhan Yang Maha Esa.

Sejarah atau cerita sebuah perjalananan bangsa, kerajaan  atau seseorang tokoh manusia pun terkadang jadi sebuah perdebatan oleh orang-orang banyak terkait asal usul atau cerita asli sebenarnya yang benar, terkadang banyak juga yang bercerita menurut apa yang di dengar melalui banyak orang tanpa data yang nyata berdasarkan sejarah aslinya itupun di anggap benar oleh si pencerita. 

Tidak banyak orang yang  mau menggali dan mencari sumber-sumber kebenaran yang faktual. Terkadang kebenaran pun di butuhkan bukti atau hal yang nyata atau ada pada saat itu berdasarkan saksi sejarah dan juga dukungan benda-benda peninggalan maupun tanda-tanda lainya. Namun sebagian orang menganggap hanya dongeng cerita yang di buat-buat tanpa tujuan. Padahal apa pun bentuk benda atau cerita-cerita kecil tentang sejarah masa lalu bangsa ini adalah bagian dari sebuah penciptaan alam semesta ini juga.

Ada juga Sebagian banyak orang tidak mau atau perlu hal hal kebenaran dengan alasan rumit atau ngapain pusing pusing memikirkan jauh pemikiran yang tak terjangkau oleh ilmiah manusia biasa, atau terlalu bnyak yang harus di kaji dan di telusuri hingga siang malam bahkan sedikit tidur.

Dari pada ribet mending hidup itu cukup berbuat baik kepada semua orang dan tidak merugikan sesama itu sudah cukup.
Padahal menurut banyak diskusi yang kita temukan kalau hanya Baik itu belum tentu Benar namun sebaliknya jika Benar sudah pasti tentu Baik.

Dapat di simpulkan kebenaran itu ada 4 bagian:

  • Kebenaran individu/ ego atau hawa nafsu
  • Kebenaran  banyak orang, Kelompok/golongan 
  • kebenaran nenek moyang/ orang orang dahulu kala
  • Kebenaran dari Tuhan Sang Pencipta Alam

Jakarta 06.06.2022                                                                                                                                                PENULIS: KOMEN SETIADI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun