Bahkan Al-Quran menuturkan kisah bagaimana malaikat yang selalu patuh dan sangat dekat dengan Tuhan pun berani serta kritis mempertanyakan kebijakan Tuhan ketika menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. Al-Baqarah ayat 30)
Bagi saya, esensi ayat tersebut adalah tuntunan bagaimana lembaga pendidikan harus melakukan pengembangan diri anak didiknya, yaitu kemerdekaan berpikir, termasuk mempertajam pikiran kritis. Hal ini selaras dengan prinsip-prinsip pendidikan kontemporer yang sekarang menjadi rujukan. Berdasarkan kajian National Education Association (NEA), ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki generasi muda agar mampu berperan secara optimal pada abad ini, yaitu kompetensi:
Komunikasi (Communication)
Kerjasama (Collaboration)
Kreativitas dan Inovasi (Creativity and Innovation)
Berpikir Kritis dan Menyelesaikan Masalah (Critical Thinking and Problem Solving)
Jadi kemerdekaan berpikir, memiliki justifikasi teologis sejak 14 abad yang lalu, yang menjadi ruh ajaran Islam, yaitu "memerdekaan manusia". Sehingga argumentasi Al-Izhar adalah sekolah Islam karena Al-Izhar memerdekakan murid dan gurunya dalam berbagai bidang agar mampu berkontribusi positif bagi peradaban umat manusia.
Daftar Pustaka:
Lang, Jeffrey. Even Angels Ask; A Jorney to Islam in America. Maryland: Amana Publications, 1997.
http://www.nea.org/assets/docs/A-Guide-to-Four-Cs.pdf