Mohon tunggu...
Drs. Komar M.Hum.
Drs. Komar M.Hum. Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Al-Izhar dan Fasilitator Yayasan Cahaya Guru

Berbagi dan Menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Visi: Bagaimana Mengorek Akar Permasalahan Hakiki?

7 Desember 2017   06:45 Diperbarui: 7 Desember 2017   07:59 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedisiplinan pada hakikatnya merupakan buah jika seseorang memiliki visi dan komitmen kuat untuk mengaktualisasikannya. Kedisiplinan merupakan strategi yang bergerak pada tatanan teknis, komitmen merupakan keyakinan akan "kemuliaan" tujuan, sedangkan visi merupakan tujuan, ke arah mana strategi itu akan digunakan, baik atau buruk tujuan itu. Para teroris yang berhasil dengan gemilang meledakan menara kembar World Trade Center (WTC) serta menghancurkan sebagian sayap gedung Pentagon pada tanggal 11 September 2001, merupakan contoh ekstrim bagaimana komitmen yang kuat dan tingkat kedisiplinan yang tinggi dari para pelakunya dapat menghasilkan prestasi yang luar biasa. Namun sayang sekali, komitmen dan kedisiplinan mereka dilandasi oleh visi yang dangkal, yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal. Sedangkan Muhammad Yunus, komitmen dan kedisiplinan yang dimilikinya diarahkan untuk mewujudkan visi yang mendalam, membantu sesama untuk bengkit dari penderitaan.

Lalu bagaimana konteksnya dengan dunia pendidikan dan Anda yang berprofesi sebagai sebagai pendidik? Yang kita butuhkan adalah pembaruan pemahaman hakikat pendidikan, karena seiring dengan berjalannya waktu, pemahaman kita akan visi pendidikan rentan terhadap distorsi kepentingan pragmatis karena beban kurikulum, aturan birokratis, atau atmosfir kerja yang tidak mendukung. Pendidikan berbeda dengan pengajaran atau pelatihan. Pendidikan merupakan proses pendewasaan peserta didik dalam berbagai dimensi: fisik, emosional, intelektual dan spiritual. Pemahaman akan visi yang benar akan melahirkan kekuatan internal untuk secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengaktualisasikan visi tersebut, seberat apapun hambatan yang akan dihadapinya. Motivasi paling kuat untuk melakukan hal itu bukanlah untuk diri kita saja, melainkan untuk keturunan kita, untuk keturunan semua umat manusia. Sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh seseorang tak dikenal: "There are only two lasting bequests we can give our children one is roots, the other is wings." (Anonimous)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun