-) Menjaga Kesucian Tempat Ibadah: Merawat dan menjaga kebersihan serta kelestarian tempat ibadah, seperti pura atau tempat suci lainnya. Ini mencerminkan rasa hormat dan kesucian terhadap ruang ibadah yang dianggap sakral.
-) Melakukan Persembahyangan Setiap Hari: Melakukan persembahyangan setiap hari untuk mendekatkan diri dengan tuhan, serta menjaga keharmonisa hidup lewat bersembahyang
- Palemahan
-) Pendekatan Ramah Lingkungan dalam Kegiatan Sehari-hari: Mengadopsi perilaku ramah  akan  lingkungan dalam rutinitas sehari-hari, seperti penggunaan kantong belanja reusable, pengurangan limbah plastik, dan pemilihan produk yang mendukung praktik berkelanjutan.
-) Pengelolaan Lingkungan yang Berkelanjutan: Praktik keseimbangan ekologis dengan cara menjaga keberlanjutan sumber daya alam, menghindari pemborosan, dan menggunakan energi secara efisien untuk mengurangi dampak lingkungan yang buruk.
-) Merawat Tanaman di Sekitar Rumah: Memelihara tanaman hijau di sekitar rumah untuk meningkatkan kualitas udara dan memberikan keuntungan bagi lingkungan itu sendiri. Bisa dilakukan dengan menyirami tanaman dan memupuk tanaman.
-) Membuang Sampah dengan Benar: Pastikan sampah dibuang pada tempatnya dan bisa dipilah untuk mendukung program daur ulang.
- Pawongan
-) Saling Sapa dan Senyum: Sapa tetangga atau teman sekitar dengan senyuman dan salam ramah untuk menciptakan suasana hangat di lingkungan sekitar.
-) Kerjasama dalam Komunitas: Berpartisipasi dalam kegiatan komunitas seperti rapat warga, diskusi kelompok, atau kegiatan lainnya yang memperkuat ikatan sosial di tingkat lokal.
-) Kegiatan Kreatif Bersama: Mengadakan acara atau kegiatan kreatif bersama seperti seni rakyat, pertunjukan, atau pameran yang melibatkan partisipasi banyak orang.
-) Memberi Bantuan: Tawarkan bantuan jika melihat orang-orang disekitar membutuhkan bantuan, seperti membantu membawa barang atau memberikan dukungan dalam kegiatan sehari-hari.
Dalam keseluruhan, implementasi Tri Hita Karana mengarah pada keseimbangan yang harmonis antara Parahyangan (hubungan dengan Tuhan), Pawongan (hubungan dengan sesama manusia), dan Palemehan (hubungan dengan alam) tanpa memisahkan satu aspek dari aspek yang lain. Tindakan konkret seperti partisipasi dalam kegiatan keagamaan, gotong royong, praktik berkelanjutan, dan penghormatan terhadap alam menjadi cara nyata untuk mencapai keselarasan ini dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjalankan nilai-nilai ini secara bersamaan, masyarakat dapat menciptakan harmoni dan keseimbangan yang mencakup aspek spiritual, sosial, dan ekologis dalam kehidupan manusia.