Mohon tunggu...
Komang Ayu Wirastini
Komang Ayu Wirastini Mohon Tunggu... Guru - guru

guru yang suka berlari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harmoni dalam Keragaman: Membangun Sekolah Damai melalui Interaksi yang Menggembirakan

1 Februari 2024   17:42 Diperbarui: 1 Februari 2024   17:46 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Harmoni dalam Keragaman: Membangun Sekolah Damai melalui Interaksi yang Menggembirakan"

Dalam era globalisasi yang terus berkembang, keberagaman menjadi karakteristik kunci dari masyarakat dunia. Fenomena ini melibatkan perbedaan-perbedaan dalam hal budaya, ras, suku, agama, bahasa, dan latar belakang ekonomi di antara individu dan komunitas. Keberagaman yang nyata di seluruh dunia memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk identitas kolektif masyarakat global, tetapi juga memunculkan berbagai tantangan dan peluang yang perlu dipahami dan diatasi. Keberagaman global tercermin dalam masyarakat multikultural di berbagai negara. Migrasi, perdagangan internasional, dan pertukaran budaya telah menciptakan lingkungan di mana individu dari berbagai latar belakang hidup bersama, membentuk komunitas yang memadukan nilai-nilai, tradisi, dan kepercayaan.

Pentingnya mengakui dan memahami keberagaman sebagai fakta mendasar dari eksistensi manusia telah menjadi sorotan dalam berbagai disiplin ilmu dan konteks kehidupan. Keberagaman bukan hanya aspek tambahan dalam kehidupan manusia, tetapi sesuatu yang mutlak dan menyeluruh, tidak ada dua manusia yang identik, dan pengakuan akan keberagaman ini memiliki dampak signifikan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam dunia pendidikan di sekolah.

Sekolah merupakan lingkungan yang memainkan peran krusial dalam membentuk pandangan dan nilai-nilai generasi muda. Menyadari keberagaman dan kebinekaan di dalam sekolah menjadi esensial untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, mendukung perkembangan pribadi, dan menciptakan perspektif sosial yang positif. Sekolah, sebagai lembaga pendidikan utama, bukan hanya tempat transfer pengetahuan, tetapi juga refleksi dari keberagaman dan kebinekaan masyarakat di dalamnya. Pemahaman dan pengakuan terhadap keragaman ini tidak hanya penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, tetapi juga untuk membentuk dasar bagi terciptanya kedamaian di dalam dan di sekitar sekolah. Latar belakang ini menyoroti betapa pentingnya mengakui dan merayakan keberagaman dalam konteks pendidikan yang menciptakan sekolah yang damai.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan analisis data kualitatif menggunakan pendekatan seperti analisis tematik atau fenomenologi. Analisis digunakan untuk mengidentifikasi pola-pola dan makna-makna yang muncul dari pengalaman pribadi dan wawancara yang menceritakan pengalaman pribadi serta pandangan subjek lain selama menjadi guru dalam memandang kegiatan dan perilaku warga sekolah untuk menciptakan sekolah yang damai.

Membangun budaya damai di sekolah adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif dan produktif. Budaya damai membantu mengurangi konflik, meningkatkan hubungan antar peserta didik dan guru, serta memberikan kesempatan yang lebih baik bagi peserta didik untuk berkembang secara sosial dan akademis.

Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin adalah sekolah yang seluruh warga sekolahnya terbebas dari rasa takut, intimidasi, kekerasan seksual dan perundungan sehingga tercipta suasana kondusif untuk belajar dan hubungan antar warga sekolahnya terjalin positif. Agar terciptanya sekolah yang damai, aman dan nyaman sekolah perlu menyiapkan berbagai hal dasar pendukung diantaranya adalah ruang kelas yang bersih, halaman untuk bermain dan berolahraga, dan energi listrik untuk keperluan belajar dan operasional sekolah. Intinya adalah meskipun berasal dari suku yang berbeda,jadi untuk menciptakan lingkungan belajar yang damai perlu membuat rencana bersama untuk mencapai perubahan yang diinginkan.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan suasana sekolah yang damai. Tentu hal itu akan terlihat dari konteks dan suasana sekolah, ini juga termasuk bisa terlihat dari kepemimpinan disekolah serta keterlibatan warga sekolah dan sekitar lingkungan sekolah. Lalu apa saja yang menjadi hal yang bisa dipertimbangkan untuk menuju sekolah damai? Sekolah yang aman, menyenangkan,dan menciptakan budaya damai. Untuk itu perlu komponen yang menunjangn ketercapaian sekolah damai adalah kebijakan Sekolah Ramah Anak, Kegiatan Proses Mengajar (KBM) yang ramah, bapak dan ibu guru dan tenaga pendidikannya terlatih untuk hak-hak anak pada Sekolah Ramah Anak, sarana dan prasarana yang ramah anak, keikutsertaan anak juga partisipasi orangtua, ataupun lembaga yang berkaitan dan/atau peduli dengan sekolah. Namun, masih ada banyak hal-hal yang rentan.Misalnya saja kerentanan perundungan, pelecehan seksual, diskriminasi, intoleransi, dan mengajarkan kebencian.

Mengantisipasi hal-hal yang rentan, sekolah bisa melakukan giat-giat untuk menuju sekolah damai. Hal ini bisa merujuk pada prinsip-prinsip penyelenggaraan Pendidikan yang terdapat dalam UU Sisdiknas pasal 4, demokratis, berkeadilan, tidak deskriminirif, HAM, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Jadi sekolah yang damai adalah sekolah yang kondusif bagi proses mengajar yang memberikan jaminan suasana kenyamanan dan keamanan pada setiap komponen disekolah, karena adanya kasih sayang, perhatian, kepercayaan dan kebersamaan.

Beberapa pengalaman nyata yang dapat dilihat dari pengalaman sebagai guru misalnya terjadi di SMKS Kesehatan Bakti Indonesia Medika Blitar yang memiliki peserta didik bermacam-macam agama, meskipun mayoritas beragama Islam namun peserta didik dengan kepercayaan dan keyakinan yang berbeda-beda tetapi mereka masih bisa saling menghargai. Setiap pagi di sekolah setiap pagi 10 menit sebelum bel masuk pelajaran pertama dimulai tepatnya pukul 06.50 wib anak-anak dibiasakan untuk melakukan tadarus di kelas masing-masing. Meskipun demikian anak-anak yang non muslim mereka juga tetap berada dikelas untuk menghargai teman-temannya yang melakukan tadarus. Begitu pula dengan peserta didik yang beragama lain, ketika mereka ada kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di luar sekolah dan ketika jam pelajaran, mereka akan mendapatkan izin dari pihak sekolah untuk mengikuti kegiatan tersebut asalkan dengan menyerahkan surat izin yang sesuai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun