Mohon tunggu...
I Komang Adhya
I Komang Adhya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Chase consistency and you'll succeed !!!

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Manfaat Internet Dalam Penerapan Pola Asuh Anak di Era Digitalisasi

17 Juli 2022   23:09 Diperbarui: 17 Juli 2022   23:24 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Tatiana Syrikova dari Pixels

Cara berkomunikasi antara orang tua ke anak berubah seiring dengan berkembangnya era digitalisasi. Banyak anak kecil saat ini sudah bisa menggunakan gadget seperti smartphone dan tablet, untuk itu perlu keterlibatan orang tua dalam proses awal anak-anak mengenal digitalisasi.

Orang tua juga diharapkan mengerti mengenai konstruksi pengasuhan digital dan bisa melalui literatur dari yang awalnya pengasuhan metode tradisional mengarah ke metode mediasi dari orang tua ke anak. Yaitu peran orang tua yang mengatur dan mengelola keterlibatan anak dengan dunia digital sebagai salah satu manfaat internet. Maka dari itu pada kesempatan kali ini bersama Internetnya Indonesia yaitu IndiHome dari Telkom Indonesia mengajak kita membahas langkah tepat dan terukur yang bisa ditempuh orang tua dalam mengasuh anak di era digitalisasi.

PENGENALAN DIGITALISASI

Pada umumnya di Indonesia anak kecil di rentang umur 1 sampai 5 tahun, awal pertama mereka mengenal digitalisasi dari perangkat layar sentuh seperti smartphone dan tablet, baik untuk menonton film atau bermain game. Kebanyakan orang tua memberikan izin anak menggunakan gadget di situasi membosankan atau agar anaknya tidak rewel di tempat umum. Contohnya saat anak tidak mau makan, bisa juga saat mengantri di kasir supermarket atau pergi ke dokter anak.

Sedangkan di segmen remaja, mereka lebih banyak menghabiskan waktu bermain dengan gadget daripada melakukan aktivitas di luar rumah, berbeda sekali di masa dulu, para anak-anak bahkan jarang berada di rumah.

Poin yang perlu disorot dari fenomena ini tentunya adalah penggunaan gadget yang kurang tepat oleh anak-anak. Namun penggunaan gadget tidak melulu mempunyai sisi negatif, peran orang tua disini sangat diperlukan agar anak bisa melek digital. Maksudnya mereka perlu mengerti tentang manfaat internet seperti belajar, mengasah ketrampilan dan bersosialisasi. Tidak lupa orang tua harus melindungi anak dari bahaya dunia digital seperti berhati-hati pada orang yang baru dikenalnya di media sosial serta menjaga keamanan data pribadi.

Menyadari berbagai manfaat dan bahaya yang terkandung di dunia digital mempertegas pentingnya bimbingan orang tua bagi anak. Karena orang tua merupakan mediator pertama bagi anak. Terutama anak kecil yang masih dalam fase mengamati dan meniru apa yang dilakukan orang tuanya. Maka segala perilaku orang tua berdampak pada bagaimana anak terpapar dunia digital.

Saran saya sejak dini alangkah baiknya penanaman attitude dilakukan terlebih dahulu. Sebab semakin beranjak dewasa maka porsi orang tua dalam mengarahkan beralih menjadi hanya menjadi pembimbing. Hal ini disebabkan akan timbul keinginan sendiri pada anak dalam memilih pilihan hidupnya serta tidak mungkin orang tua mengawasi anak selama 24 jam dalam sehari.

Disini ditekankan bahwa bukan berarti segala sesuatu langsung diserap anak dalam belajar menggunakan media digital. Berikut sebuah ilustrasi video bergenre komedi dari channel youtube Santoon TV mengenai peran orang tua yang tetap dibutuhkan dalam penggunaan gadget pada anak usia dini :


PORSI PENGGUNAAN GADGET

Masing-masing orang tua mempunyai keyakinan dan pendapatnya sendiri mengenai media yang akan mereka gunakan dalam proses interaksi dengan anaknya. Walaupun berbeda-beda namun tujuannya tetap sama yaitu apa saja yang membawa hal positif bagi perkembangan anak mereka.

Keyakinan orang tua memberikan efek pada kesempatan atau keterbatasan penggunaan media pada anak-anaknya. Bila beranggapan smartphone adalah media yang berguna yaitu untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan maupun keterampilan anak, maka pasti durasi penggunaan smartphone yang diberikan semakin ditingkatkan.

Sebaliknya jika menganggap smartphone memberi efek buruk bagi perkembangan anak, seperti penggunaan gadget yang berlebihan membuat anak sulit diajak bicara, tidak peduli dengan  lingkungannya, sering bad mood dan juga tidak mendengarkan nasehat orang tuanya maka penggunaan smartphone dipastikan sangat dibatasi.

Sebenarnya inti dari pembatasan pemberian izin pemakaian gadget harus dengan pengawasan orang tua yang baik pula. Karena anak baiknya diedukasi tentang memilih kualitas tontonan mereka, ini yang dimaksud kualitas lebih diutamakan daripada kuantitas.

Sebab sangat disadari bahwa tidak semua orang tua mempunyai banyak waktu untuk anak karena harus bekerja. Oleh sebab itu penanaman kemampuan memilih tontonan berkualitas harus dimiliki anak sejak dini.

Berangkat dari kualitas yang baik pada komunikasi interpersonal yang terjalin antara anak dan orang tua akan mampu meningkatkan pemahaman moral yang baik bagi anak. Tentu saja pengetahuan etika yang baik yang dimiliki anak-anak akan menjadi benteng pelindung untuk menghindari efek negatif dari internet.

MENGAJARKAN MENJAGA PRIVASI DATA

Pentingnya tingkat kompetensi orang tua dalam keterampilan digital mereka sendiri dan dalam mengelola penggunaan teknologi anak-anak mereka. Dengan mumpuninya kompetensi, orang tua dapat mengajarkan dan menekankan kepada anak bagaimana data pribadi mereka sangat berharga dan harus dijaga.

Umumnya pada usia belasan tahun anak mulai aktif terlibat di media sosial. Apalagi berkaitan tentang apa saja yang akan mereka upload ke media sosial, orang tua harus bisa menggambarkan konsekuensi jangka panjang yang bisa terjadi bila hal itu dirasa kurang baik. Karena generasi muda rentan tidak berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu pada diri mereka sendiri.

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERSIKAP DIRI DI MEDIA SOSIAL

Kenyataannya resiko keamanan dalam dunia digital sedikit berbeda dari apa yang media mainstream berikan kepada kita. Mungkin di masa lampau kekerasan fisik lebih banyak terjadi karena lingkungan belajar dan bermain harus dengan kondisi tatap muka, namun di masa  sekarang ini frekuensi terjadinya kekerasan fisik dirasa sudah menurun.

Sebaliknya dengan meningkatnya cara berkomunikasi kekerasan secara verbal di media sosial semakin merajalela. Ini disebabkan oleh rasa aman yang didapat oleh para pelaku yang seenaknya bicara kasar dan kurang santun, ini mereka dapat lakukan karena menggunakan fake account yang bukan merupakan identitas asli mereka.

Fenomena ini tidak bisa dikesampingkan agar anak-anak kita tidak menjadi pelaku maupun korban dari tragedi ini. Sebab intimidasi di media sosial ini memberikan dampak kerugian psikologis kepada korban yang sangat berpengaruh dalam jangka panjang seperti traumatik dan rasa takut yang melekat.

Oleh karena itu nilai-nilai berperilaku baik terhadap orang lain perlu ditanamkan sejak dini kepada anak. Praktikkan dan berikan aturan yang terukur dalam proses anak mempelajari bagaimana mereka bersikap dengan orang lain dan terhadap orang yang lebih tua.        

MENGAJARKAN PENTINGNYA WAKTU ISTIRAHAT

Faktanya anak zaman sekarang mempunyai waktu tidur yang sangat sedikit, ini dikarenakan kecanduan mereka menggunakan gadget. Lebih baiknya orang tua menerapkan aturan meletakkan gadget mereka setidaknya satu jam atau setengah jam sebelum jam tidur mereka. Metode ini terbukti membantu para anak maupun remaja agar bisa tidur lebih mudah. Karena istirahat merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak.

JAUHKAN SEMUA GADGET SAAT PROSES BELAJAR 

Sebagai generasi yang lebih dahulu menggunakan gadget, kita bisa tahu bagaimana godaan menggunakan gadget saat belajar bila gadget tersebut ada di dekat kita. Tentu ini akan memecah fokus dan konsentrasi saat proses belajar dilakukan, hasilnya belajar maupun bekerja menjadi kurang maksimal.

Dengan asumsi pembelajaran tidak terjadi menggunakan perangkat gadget, sebisa mungkin menjauhkan semua perangkat saat proses belajar berlangsung. Aturan ini diharapkan juga diterapkan di sekolah agar fokus anak tidak terpecah dan bisa menyerap dengan optimal hal-hal yang diajarkan oleh guru mereka.

HAL YANG BISA DIPELAJARI DARI GAME

Sebenarnya anak mempelajari beberapa hal dalam bermain game, namun bisa dimengerti banyak orang tua yang khawatir bila anaknya terlalu banyak bermain game. Ini dimaklumi sebab ada sebagian anak muda yang terlalu terobsesi pada suatu game hingga terlalu menghabiskan waktu lalu mengesampingkan aktivitas positif lainnya.

Peran orang tua disini mengawasi anaknya dalam memilih game yang dimainkan. Karena pada umur tertentu anak belum bisa membedakan hal yang dilakukan di game namun tidak boleh dilakukan dalam dunia nyata, misalnya seperti unsur kekerasan.

Disisi lain game bisa memberikan pembelajaran positif, baik dari segi kognitif maupun sosial dan emosional bagi generasi muda. Contohnya game multiplayer online battle arena (MOBA) seperti Dota 2 dan Mobile Legend, kedua game ini mempunyai mekanik yang rumit daripada jenis game lainnya. Ini menuntut anak untuk mengingat semua mekanik yang dibutuhkan dalam permainan. Tentunya hal ini bagus dalam mengasah kemampuan daya ingat, selain itu bisa juga untuk mengasah kemampuan bersosialiasi karena format dari game tersebut adalah permainan tim. Tanpa adanya chemistry satu sama lain tentu tidak akan muncul permainan yang bagus dan sistematis. 

 ANDA PERLU MENJADI PANUTAN

Seperti kata pepatah yang sering kita dengar "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" memiliki banyak kaitan dengan anak-anak yang selalu memperhatikan apa saja yang dilakukan oleh orang tua mereka. Apabila anda terlalu membatasi anak dalam menggunakan gadget namun anda sendiri tidak bisa terlepas dari gadget baik itu untuk bekerja ataupun kebutuhan hiburan, tentu akan timbul rasa berontak dan ketidakadilan dalam diri anak.

Tidak ada hal yang lebih penting dari kemampuan orang tua untuk membimbing dan mendukung anak-anak dalam kebiasaan mereka di dunia digital. Intinya dari semua penjelasan ini yaitu pentingnya sebuah komunikasi antara orang tua ke anak maupun sebaliknya.

Orang tua berkomunikasi kepada anaknya melalui tindakan, keterbukaan orang tua untuk mendengarkan mereka, dan kemampuan mendampingi saat proses tumbuh kembang sang anak.


PENGAWASAN DIGITAL ORANG TUA

Bisa dikatakan kita tidak bisa menjauhkan internet dari anak karena mereka akan buta teknologi dan tidak mampu bersaing di masa depan. Di sisi lain orang tua tidak boleh membiarkan anak larut dalam penggunaan teknologi sehingga anak akan sangat mudah terjerumus ke hal negatif. Berikut beberapa saran bagaimana cara pengawasan orang tua dalam pola asuh digital.

Qustudio adalah sebuah aplikasi yang dapat memblokir situs yang tidak ramah anak dan dapat merekam berbagai aktivitas tanpa batas anak saat menggunakan gadget. Pada Google Store juga terdapat parental control sehingga anak tidak dapat mendownload aplikasi tidak ramah anak.

Sedangkan pada mesin pencari google dengan mengatur pada menu filter SafeSearch sehingga hasil pencarian Google hanya konten ramah anak. Begitu pula di Youtube dengan menyetting pada mode restriction mode agar anak-anak hanya bisa menonton video sesuai kategori umurnya.

IndiHome dari Telkom Indonesia telah menjadi pilihan banyak orang tua sebagai Internetnya Indonesia dalam menerapkan pola asuh digital terhadap anaknya. Bukan hanya karena mempunyai manfaat internet yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, manfaat layanan IndiHome dirasakan karena jaringannya yang cepat, stabil dan aman untuk digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun