Mohon tunggu...
uci ayu
uci ayu Mohon Tunggu... Novelis - penulis

mimpi yang membuatku bertahan mimpi menjadi penulis.......

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dari Ritual ke Virtual, Dimensi Pendidikan Merdeka

16 April 2023   15:25 Diperbarui: 17 April 2023   09:55 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya para Ibu bisa menjelaskan mengapa perempuan Bali harus belajar banyak hal, mungkin menjadi perempuan Bali tak akan seberat itu. 

Dahulu, orang tua meminta setiap anak perempuan di Bali untuk bisa memasak, bisa mejejaitan, membuat sesajen, bisa segalanya yang kadang tak sebanding dengan tuntutan kepada anak laki-laki. 

Namun, orang tua lupa menyatakan jika kemahiran dan keterampilan serba bisa yang selayaknya dipahami oleh perempuan Bali ini ada nilai berlipat ganda di baliknya. Nilai spiritual, nilai moral, bahkan nilai ekonomis yang bisa dipetik jika perempuan Bali karib dengan tradisi. 

Dahulu, bagi saya sendiri, kegiatan mejejaitan dan membuat sesajen adalah hal yang sangat rumit. Hingga timbul pikiran mengapa tak membeli saja sesajen dan jejaitan agar lebih praktis dan tidak membuang waktu, toh artinya sama saja. 

Belakangan, baru saya memahami bahwa mejejaitan dan rentetan ritual yang dilakukan oleh perempuan Bali bukan tanpa makna. 

Saya menyesal tidak menekuni mejajaitan itu secara sungguh-sungguh. Kini, saya hanya bisa menopang dagu ketika melihat sahabat saya yang sejak sekolah dasar sudah mahir dan terlatih dalam memainkan janur serta kawan-kawannya. 

Hingga kini, sahabat itu telah mendapatkan pundi-pundi rupiah dengan berjualan banten, jejaitan, dan sebagainya. 

Saya semakin percaya, ia yang memelihara tradisi, menekuni budaya secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan akan memetik manfaat bahagia kelak. Ini juga yang saya lontarkan kepada mahasiswa untuk menyambut setiap tradisi dan membuatnya menjadi inovasi.  

Jika dahulu tempat belajar perempuan Bali hanyalah Ibu, sanak saudara atau bale banjar, perempuan Bali masa kini bisa belajar tradisi dan bebantenan melalui sebuah platform yang begitu dekat dengan dunia milenial saat ini. 

Salah satunya yaitu akun tiktok, Instagram, facebook, bahkan youtube. Perempuan Bali kini juga bisa membuat akun jejaitan atau bebantenan sendiri dan bisa meraup pundi-pundi rupiah dari tutorial yang dibagikan. 

Jangan berkecil hati, penonton saluran pembuatan banten atau sesajen di Bali sangatlah masif. Sebuah media digital yang edukatif sekaligus dapat memicu generasi muda untuk berkarya dan melestarikan budaya Bali patutlah didukung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun