Malah sebaliknya bisa membuat manusia menghargai apa yang dimiliki dan berdamai dengan nasib yang sudah dijalani.Â
Wadah belajar bukan satu-satunya dari buku, pendidik, atau teman, melainkan sumber belajar di era ini penuh sesak dan mahasiswa harus pandai menemukan sumber belajar terbaik itu.Â
Kebijaksanaan penggunaan teknologi dalam pembelajaran menjadi sebuah diskusi hangat yang harus diperhatikan pendidik. Literasi digital menjadi jembatan dalam implementasi merdeka budaya dalam merdeka belajar.
Bali yang identik dengan budaya, ritual, upakara, apakah tidak memerlukan hal-hal modern seperti internet atau media digital?Â
Apakah dengan mempertahankan budaya dan tutur leluhur, itu artinya Bali tidak adaptif terhadap media virtual yang kini sudah hampir pasti menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kehidupan?Â
Melulu digital adalah salah satu cara beradaptasi paling baik saat ini setelah pandemi yang menghantam dunia pendidikan. Apapun bisa bersinergi dengan dunia virtual, dunia digital, asal dijalankan dengan kebijaksanaan.Â
Dapat dipahami bersama bahwa ingatan manusia tidak selamanya panjang, lisan manusia kadang juga penuh keliru, pesan tulisan yang dibuat oleh manusia juga kerap membawa misi si penulis pesan.Â
Dengan begitu, hal-hal yang terkait budaya, ritual, upakara. dan Bali yang eksotis ini bisa jadi hanya mengendap di ingatan beberapa orang saja.Â
Beradaptasi dengan ranah digital dan virtual bisa jadi sebuah jalan untuk dapat mengabadikan tutur leluhur, nasihat zaman, sehingga pada masa yang akan datang, Bali tak pernah kehilangan jati diri.Â
Lewat mahasiswa yang berbudaya inilah diharapkan mampu menghasilkan inovasi sekaligus merawat tradisi.
Banyak yang menyatakan bahwa menjadi perempuan Bali sekaligus menjadi simbol untuk Bali itu sendiri. Simbol yang berat tentunya. Benarkah sepenuhnya demikian?Â