Mohon tunggu...
Komang PutriSaharani
Komang PutriSaharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - putrii

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Makna Hari Raya Galungan serta Perayaannya di Kehidupan New Normal

9 November 2021   11:46 Diperbarui: 9 November 2021   15:19 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Makna Hari Raya Galungan serta Perayaannya di Kehidupan New Normal

Komang Putri Saharani
2111031226
Rombel 6

Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
2021

Umat-umat Hindu merayakan hari raya Galungan yang tahun ini jatuh pada hari Rabu, 10 November 2021. Hari raya Galungan merupakan suatu moment yang selalui ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Hindu. Dimana umat Hindu memperingati terciptanya dunia atau alam semesta beserta seluruh isinya. Galungan yang jatuh setiap 6 bulan sekali atau berdasarkan pawukon Buda Kliwon Dungulan. Sebelum hari raya Galungan dirayakan, terdapat beberapa kegiatan yang biasa dilakukan oleh umat Hindu, yaitu disebut dengan Sugihan Jawa yang memiliki makna untuk membersihkan alam dan fisik di luar tubuh manusia, Sugihan Bali, Penyekeban, Penyajaan, Penampahan, dan barulah hari raya Galungan. 

Pada penampahan, umat Hindu biasanya menyiapkan segala sarana dan prasarana, seperti "sate" yang akan digunakan pada banten, biasannya pada penampahan ini umat Hindu lebih menggunakan daging babi dalam pembuatan "sate", melakukan "metanding" atau membuat sarana persembahyangan, menghiasi sanggah atau merajan, dan membuat penjor. Penjor  ini merupakan simbol dari Naga Basukih, yang memiliki makna kemakmuran atau kesejahteraan. Penjor ini terbuat dari bamboo yang kemudian dihias, biasanya berisi buah-buahan, padi, "jaje" biasanya dodol, satuh, dan lain sebagainya. 

Biasanya penjor ini di pasang di depan rumah, adapun makna dari penjor ini berarti wujud terimakasih atas kemakmuran dan kesejahteraan yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi. Oleh sebab itu, dalam menyongsong hari raya Galungan harus dilandasi oleh rasa ikhlas dan sabar, karena banyak persiapan yang harus dilakukan, sehingga dalam menyelesaikan sarana dan prasana yang digunakan dalam hari raya Galungan harus dilakukan dengann sabar dan tidak marah-marah. Dalam menyambut hari raya Galungan, hendaknya harus memiliki rasa ikhlas dari dalam hari, misalnya ketika membeli sesuatu yang diperlukan sebagai sarana dan prasana dalam hari raya Galungan, seperti buah-buahan yang pasti membutuhkan buah-buahan yang banyak, oleh karena itu harus ikhlas membeli buah-buahan, atau hanya melengkapinya dengan semampunya, yang terpenting adalah rasa ihklas dari diri manusia untuk melakukan yadnya atau persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, supaya seluruh umat Hindu mendapat anugerah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan selalu berada di dalam Dharma atau kebaikan dan dijauhkan dari ajaran Adharma atau kejahatan.

Adapun makna dari hari raya Galungan yang dirayakan oleh seluruh umat Hindu. Hari raya Galungan bermakna kemenangan Dharma (kebaikan) dalam melawan Adharma (keburukan). Galungan yang berasalah dari bahasa Jawa Kuno yang memiliki arti menang. Hari raya Galungan ini dapat memberikan sebuah pemikiran atau pemahaman bahwa niat atau usaha yang dilakukan itu baik maka akan selalu menang, apabila dibandingkan dengan usaha-usaha atau niat yang buruk yang dilakukan oleh manusia. 

Hari raya Galungan memiliki makna penyatuan kekuatan rohani supaya seluruh umat Hindu mendapat pikiran yang baik (dharma). Galungan yang selalu dirayakan oleh seluruh umat di seluruh daerah, memiliki berbagai aktivitas-aktivitas yang dilakukan sebelum pesembahyangan hari raya Galungan di sanggah merajan dilakukan, yaitu seperti menghaturkan banten canang yang berisi buah-buahan dan canang, yang di haturkan di rumah, Pura Dalem, Pura Bale Agung, dan pura-pura lain yang ada di sekitar rumah. Biasanya umat hindu menghaturkan banten canang ini sebelum atau sesudah pelaksanaan persembahyangan di pura merajaan masing-masing. Setiap hari raya Galungan tiba, banyak orang yang akan melakukan persembahyangan dan ini menjadi suatu makna tersendiri ketika hari raya Galungan tiba.

Umat hindu biasanya akan menyiapkan segala persiapan Galungan jauh-jau hari, seperti membuat dodol, satuh, segala jenis "jaje bali" dan sebagainya. Biasanya umat-umat Hindu yang akan melakukan persembahyangan Galungan memakai pakaian adat yang berwarna putih, namun bisa juga berwarna lain. Seluruh masyarakat akan beramai-ramai datang ke sanggah merajan untuk melakukan persembahyangan. Persembahyangan Galungan ini untuk meminta keselamatan atau anugerah kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 

Serta meminta jalan kebaikan (dharma) supaya bisa melawan kejahatan (adharma) di dalam dunia ini. Galungann yang dimaknai sebagai ucapan syukur dari umat hindu dan melakukan serta member berbagai persembahan sebagai wujud syukur atas anugerah yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa. 

Masyarakat yang akan melakukan persembahyangan Galungan biasanya mulai dari jam 7 pagi sampai selesai dan biasanya umat Hindu akan melakukan persembahyangan di beberapa pura. Tetapi umumnya hanya bersembahyangan di sanggah merajan dan di pura kahyangan tiga. Setelah hari raya Galungan telah usai, terdapat Umanis Galungan, yang biasanya masyarakat melepas penat atau istilahnya "melali". 

Masyarakat berhibur atau melepas rasa saat menyongsong hari raya Galungan dengan berkunjung ke keluarga-keluarga atau ke kerabat, ke taman rekreasi atau tempat wisata, atau hanya berdiam diri di rumah. Banyak hal yang dilakukan oleh umat Hindu ketika hari raya Galungan telah usai, seperti membersihkan tempat-tempat banten yang digunakan maturan atau sembahyang. Hari raya Galungan begitu meriah bagi umat Hindu, dan menjadi salah satu hari raya yang dianggap besar di Agama Hindu. Begitu banyak persiapan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum menyongsong hari raya Galungan, yang membuat hari raya Galungan menjadi istimewa.

Hari raya Galungan di masa pandemi ini mungkin akan menyulitkan masyarakat, dimana biasanya dalam perayaan hari raya Galungan, masyarakat beramai-ramai melakukan persembahyagan, namun di dalam kondisi pandemi covid-19 ini, masyarakat harus menjaga jarak dengan orang lain dan yang paling penting memakai masker. Tentu kondisi seperti ini akan mengurangi rasa kebersamaan, yang biasanya bisa ngumpul-ngumpul bareng keluarga, harus menjaga jarak karena adanya pandemi covid-19 ini. 

Adanya pandemi ini membuat perayaan hari raya Galungan sedikit lebih sulit dan menegurangi sensasi dari hara raya Galungan, yang dibandingkan hari raya Galungan sebelum pandemi, masyarakat bisa berkumpul dengan keluarga atau kerabat dan bisa maturan diberbagai pura, dan tentu nya tanpa masker dan jarak.

 Tetapi di masa pandemi covid-19 ini, semua itu menjadi sulit untuk dilakukan. Di beberapa pura, biasanya umat Hindu yang akan melakukan persembahyangan dibatasi, misalnya hanya di perbolehkan 75 orang untuk masuk ke pura dan melakukan persembahyangan. Dalam melaksanakan persembahyangan itupun harus duduk dengan berjaga jarak dan memakai masker, untuk menjaga keamanan seluruh umat Hindu yang melakukan persembahyangan di pura.

Dalam perayaan hari raya Galungan pun sama, masyarakat yang akan melakukan persembahyangan di pura merajan nya masing-masing juga harus mengenakan masker, dan tidak boleh mengadakan kerumunan. Sebenarnya tidak semua daerah atau pura yang di batasi untuk melakukan persembahyangan, namun ada beberapa tempat dan pura yang memang membatasi umat Hindu untuk melakukan persembahyangan. Namun, seluruh umat Hindu yang aka melakukan persembahyangan harus memakai masker dan berjaga jarak dimana pun tempatnya. 

Walaupun ada beberapa orang yang mungkin tidak menggunakan masker, biasanya akan di tegur atau di berikan masker secara gratis. Bukan hal yang asing lagi bahwa di kehidupan new normal ini, seluruh masyarakat di tuntut untuk selalu menggunakan masker, baik itu dalam kehidupan sehari-hari atau dalam melaksanakan persembahyangan di pura. 

Di kehidupan new normal ini, banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh umat Hindu dalam melaksanakan upacara-upacara kegamaan, bukan hanya hari raya Galungan, namun beberapa upacara keagamaan juga dipersulit, misalnya pada pelaksanaan Panca Yadnya, Hari Raya Nyepi atau pengerupukan yang tidak diperbolehkan diadakannya arak-arakan ogoh-ogoh, dan banyak lagi kegiatan.

Jadi kesimpulannya adalah hari raya Galungan yang diperingati setiap 6 bulan atau menurut pawukon Buda Kliwon Dungulan, memiliki makna kemenangan dharma atau kebaikan dalam melawan adharma atau kejahatan, dimana pada hari raya Galungan memberikan pemahaman bahwa niat atau usaha yang berdasarkan kebaikan atau dharma akan selalu mendapatkan kemenangan apabila dibandingkan dengan niat-niat atau usaha yang jahat atau adharma. Jadi, jika kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh manusia itu berlandaskan pada kebaikan atau kebenaran, maka pintu kemenangan pasti akan berada di pihak kebenaran atau dharma, dan jika kegiatan atau tindakan yang yang jahat atau tidak benar maka akan kalah melawan dharma atau kebenaran. 

Selain itu, dalam menyambut hari raya Galungan juga diperlukan rasa ikhlas dan sabar. Selain itu, perlu juga untuk selalu menjaga prokes kesehatan di masa pandemi, supaya covid-19 cepat hilang, dan umat Hindu bisa melaksanakan upacara atau hari raya Hindu dengan seperti biasa tanpa jarak dan tanpa masker.

Jurusan Pendidikan Dasar

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 

Universitas Pendidikan Ganesha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun