Mohon tunggu...
Komang PutriSaharani
Komang PutriSaharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - putrii

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Makna Hari Raya Galungan serta Perayaannya di Kehidupan New Normal

9 November 2021   11:46 Diperbarui: 9 November 2021   15:19 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat berhibur atau melepas rasa saat menyongsong hari raya Galungan dengan berkunjung ke keluarga-keluarga atau ke kerabat, ke taman rekreasi atau tempat wisata, atau hanya berdiam diri di rumah. Banyak hal yang dilakukan oleh umat Hindu ketika hari raya Galungan telah usai, seperti membersihkan tempat-tempat banten yang digunakan maturan atau sembahyang. Hari raya Galungan begitu meriah bagi umat Hindu, dan menjadi salah satu hari raya yang dianggap besar di Agama Hindu. Begitu banyak persiapan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum menyongsong hari raya Galungan, yang membuat hari raya Galungan menjadi istimewa.

Hari raya Galungan di masa pandemi ini mungkin akan menyulitkan masyarakat, dimana biasanya dalam perayaan hari raya Galungan, masyarakat beramai-ramai melakukan persembahyagan, namun di dalam kondisi pandemi covid-19 ini, masyarakat harus menjaga jarak dengan orang lain dan yang paling penting memakai masker. Tentu kondisi seperti ini akan mengurangi rasa kebersamaan, yang biasanya bisa ngumpul-ngumpul bareng keluarga, harus menjaga jarak karena adanya pandemi covid-19 ini. 

Adanya pandemi ini membuat perayaan hari raya Galungan sedikit lebih sulit dan menegurangi sensasi dari hara raya Galungan, yang dibandingkan hari raya Galungan sebelum pandemi, masyarakat bisa berkumpul dengan keluarga atau kerabat dan bisa maturan diberbagai pura, dan tentu nya tanpa masker dan jarak.

 Tetapi di masa pandemi covid-19 ini, semua itu menjadi sulit untuk dilakukan. Di beberapa pura, biasanya umat Hindu yang akan melakukan persembahyangan dibatasi, misalnya hanya di perbolehkan 75 orang untuk masuk ke pura dan melakukan persembahyangan. Dalam melaksanakan persembahyangan itupun harus duduk dengan berjaga jarak dan memakai masker, untuk menjaga keamanan seluruh umat Hindu yang melakukan persembahyangan di pura.

Dalam perayaan hari raya Galungan pun sama, masyarakat yang akan melakukan persembahyangan di pura merajan nya masing-masing juga harus mengenakan masker, dan tidak boleh mengadakan kerumunan. Sebenarnya tidak semua daerah atau pura yang di batasi untuk melakukan persembahyangan, namun ada beberapa tempat dan pura yang memang membatasi umat Hindu untuk melakukan persembahyangan. Namun, seluruh umat Hindu yang aka melakukan persembahyangan harus memakai masker dan berjaga jarak dimana pun tempatnya. 

Walaupun ada beberapa orang yang mungkin tidak menggunakan masker, biasanya akan di tegur atau di berikan masker secara gratis. Bukan hal yang asing lagi bahwa di kehidupan new normal ini, seluruh masyarakat di tuntut untuk selalu menggunakan masker, baik itu dalam kehidupan sehari-hari atau dalam melaksanakan persembahyangan di pura. 

Di kehidupan new normal ini, banyak kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh umat Hindu dalam melaksanakan upacara-upacara kegamaan, bukan hanya hari raya Galungan, namun beberapa upacara keagamaan juga dipersulit, misalnya pada pelaksanaan Panca Yadnya, Hari Raya Nyepi atau pengerupukan yang tidak diperbolehkan diadakannya arak-arakan ogoh-ogoh, dan banyak lagi kegiatan.

Jadi kesimpulannya adalah hari raya Galungan yang diperingati setiap 6 bulan atau menurut pawukon Buda Kliwon Dungulan, memiliki makna kemenangan dharma atau kebaikan dalam melawan adharma atau kejahatan, dimana pada hari raya Galungan memberikan pemahaman bahwa niat atau usaha yang berdasarkan kebaikan atau dharma akan selalu mendapatkan kemenangan apabila dibandingkan dengan niat-niat atau usaha yang jahat atau adharma. Jadi, jika kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh manusia itu berlandaskan pada kebaikan atau kebenaran, maka pintu kemenangan pasti akan berada di pihak kebenaran atau dharma, dan jika kegiatan atau tindakan yang yang jahat atau tidak benar maka akan kalah melawan dharma atau kebenaran. 

Selain itu, dalam menyambut hari raya Galungan juga diperlukan rasa ikhlas dan sabar. Selain itu, perlu juga untuk selalu menjaga prokes kesehatan di masa pandemi, supaya covid-19 cepat hilang, dan umat Hindu bisa melaksanakan upacara atau hari raya Hindu dengan seperti biasa tanpa jarak dan tanpa masker.

Jurusan Pendidikan Dasar

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 

Universitas Pendidikan Ganesha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun