Mohon tunggu...
Tryas Munarsyah
Tryas Munarsyah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas di Website Pribadi : www.aslianakmuna.com

BERBAGI MENGINSPIRASI

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Literasi Aktivis Kini Telah Mati

17 Januari 2024   17:29 Diperbarui: 17 Januari 2024   17:30 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Literasi Aktivis kini Telah Mati].

Pemilu 2024 kini telah bergeming. Calon-calon jagoan kini telah di pajang ke publik. Suara-suara sumbang rakyat berkoar-koar memuja-muji para jagoannya.

Jualan pamor dengan trend zaman now mulai eksis di pertontonkan oleh mereka jagoan politik.

Dengan narasi-narasi peduli rakyat, merakyat, wong cilik, kerja cerdas, dan lainnya yang di sematkan padanya. 

Sayangnya dari sekian jagoan itu jarang untuk menjual solusi. 

Solusi yang mampu membuat rakyat lebih makmur dan sejahtera. 

Solusi yang dapat membuat negara/bangsa keluar dari jeritan utang. 

Hanya bicara kapasitas diri semata agar bisa di anggap mampu.

Lantas gimana bicara mampu, solusi saja tidak ada, nihil. 

Mirisnya para aktivis gerakan mahasiswa yang katanya agen perubahan turut ikut-ikutan soal itu. 

Nimbrung dalam pusara politik bernama "Pemilu" yg justru salah satu sumber masalah utamanya. 

Karena bagiamana mungkin damai tercipta dari sesuatu yang prosesnya sudah tidak damai?

Bagaimana mungkin persatuan terbentuk dari sesuatu yg prosesnya sudah memecah?

Dan bagaimana mungkin rakyat dapat berdaulat untuk sejahtera padahal proses daulatnya telah di rampas?

Entalah di mana nalar radikal para aktivis itu.

Literasi miskin yg dimiliki mereka baiknya perlu di asah kembali. 

Kajian-kajian nalar kritis wajib di tambah pada setiap sudut pojok baca. 

Agar benar mnjadi agen perubahan yang nyata.

Contoh sederhana yang dapat kita gali untuk menguji "Literasi Mereka" misal "Soal Pemilu". 

Pernakah para aktivis itu bertanya dalam diam "Soal Pemilu", apakah telah sesuai Pancasila atau tidak? 

Apakah "Proses Pemilu" adalah benar amanah Pancasila?

Apakah "Pemilu" pernah ada dalam sejarah bangsa? 

Dan apakah Pemilu mampu mewujudkan cita-cita bangsa/negara?

Adakah aktivis gerakan yang mengkaji seradikal ini? 

Hingga pada kondisi ini, saya sedikit ragu pada mereka. 

Mereka yang selalu mengatakan demi kepentingan rakyat. 

Mereka yang selalu melabeli diri agen perubahan. 

Agen perubahan yang seperti apa, jika radikalisasi literasinya saja masih dangkal. ? 

Hanya mampu ikut pusara arus sistem yang mungkin telah di anggap sesuai Pancasila, padahal sebenarnya tidak jika mau membedah.

Berkoar-koar di jalan macet dalam miskinnya narasi.

Terkena virus optimisme yg halu oleh mereka yg berdasi.

Bahkan kadang menjadi kendara yang selalu di setir dari singgsana panggung drama.

Seakan mereka paham semua masalah yg terjadi. 

Padahal ketika di ajak bersantai dalam narasi, kadang hanya bunyi ketika sunyi.

Mungkin hanya besar dalam nyali, tapi kosong dalam isi.

Entalah kepada siapa lagi perubahan bangsa dan negara ini di serahkan?

Karena "Literasi Aktivis" kini "Telah Mati".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun