Workshop ini melibatkan para tenaga didik sebagai peserta kepenulisan, dan sesuai nama acaranya, maka output dari workshop ini adalah satu guru menghasilkan satu buku. Berawal dari acara ini pula, sang ketua komunitas langsung meresmikan cabang kedua, yaitu Komalku Blitar.
Enik Rusmiati pun ditunjuk sebagai ketuanya. Melalui pembentukan ini, maka para penggiat literasi di Blitar sudah ternaungi secara khusus dengan adanya Komalku Blitar. Mereka pun diharapkan seperti Komalkupas yang selalu aktif membuat rangkaian agenda literasi di wilayah setempat.
Lalu, mengapa Komalku Raya menjadi Komalku Indonesia?
Semangatnya sangat terlihat dari karya-karya tulisan yang telah dihasilkan oleh seluruh anggota Komalku, baik sebagai individu maupun secara komunal. Dengan bergabung di Komalku, para penulis itu dapat meningkatkan kualitas menulisnya dan mempertahankan produktivitasnya.
Selain itu, Komalku juga semakin dikenal oleh penggiat literasi secara khusus maupun umum. Secara khusus, Komalku dikenal oleh penggiat literasi yang eksis di Kompasiana. Sedangkan secara umum, Komalku dikenal oleh penggiat literasi secara general melalui konektivitas antara Anis Hidayatie dkk. dengan orang-orang yang menjalin kerja sama.
Ning Evi Ghozaly dikenal sebagai pembicara di bidang pendidikan. Beliau juga menjadi pembicara di TV 9. Beliau juga tidak lupa untuk menghasilkan karya, salah satunya adalah buku "Mendidik dengan Cinta". Buku itu banyak diminati dan menginspirasi pembacanya, khususnya para orang tua yang ingin dapat memberikan pendampingan yang baik kepada anaknya.
Rasa optimis yang dimiliki Ning Evi, Anis Hidayatie dan seluruh anggota Komalku akhirnya melahirkan keinginan untuk dapat berkembang sebagai sebuah komunitas menulis yang tidak lagi underground ataupun hanya tersebar dari mulut ke mulut. Komalku harus percaya diri untuk menjadi pilihan wadah bagi orang-orang di penjuru negeri yang ingin menyalurkan hobi hingga serius berkarya di bidang penulisan.
Ditambah dengan keberadaan cabang Komalku di Lampung, Mojokerto, Jawa Tengah, Yogyakarta, Ngawi, Banyuwangi, dan Lombok Timur. Perpanjangan tangan dari Komalku tersebut--yang awalnya menjadi tempat berlindung penulis buku di Malang, kini justru memberikan pondasi yang kuat untuk merubah status (rebranding) Komalku Raya menjadi Komalku Indonesia.