Mohon tunggu...
Komalku Indonesia
Komalku Indonesia Mohon Tunggu... Freelancer - Komunitas Menulis

(Komunitas Menulis Buku Indonesia) "Berjuang demi Bangsa lewat Kata kata"

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jangan Sentuh Delete atau Backspace di Workshop Komalku Blitar "Sagu Sabu"!

16 Maret 2020   07:15 Diperbarui: 16 Maret 2020   12:50 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seluruh peserta sangat serius menyimak setiap materi yang disampaikan oleh para narsum. | Dokpri/Anis Hidayatie

Dihubungi oleh pihak Komalku Blitar untuk pembimbingan menulis buku, kami (Komalku Raya) tentu bersemangat datang ke acara tersebut, yakni Workshop Literasi Sagu Sabu MTsN Kabupaten Blitar. Acara yang digelar oleh Kelompok Kerja Kepala Madrasah (K3M) pada Sabtu lalu (14/3) di Gedung KPPRI, Kota Blitar, Jawa Timur.

Kegiatan menarik ini juga untuk mendukung upaya dari GERAMM, Gerakan Ayo Membangun Madrasah, di tanah bersemayamnya Presiden RI pertama. Kami pun hadir dengan tim yang siap menjadi narasumber dan pembimbing proses literasi tersebut.

Himam Miladi, Deddy Husein S., Santoso Mahargono, Anis Hidayatie, Enik Rusmiati, dan Sihabbudin. | Dokpri/Anis Hidayatie
Himam Miladi, Deddy Husein S., Santoso Mahargono, Anis Hidayatie, Enik Rusmiati, dan Sihabbudin. | Dokpri/Anis Hidayatie
Tim narasumber itu adalah Anis Hidayatie, Santoso Mahargono, Deddy Husein Suryanto, serta Himam Miladi, kesemuanya diketahui sebagai kompasianer handal yang bermukim di kota Malang. Mereka pun datang (13/3) dan disambut dengan hangat oleh pihak penyelenggara, Enik Rusmiati dan Sihabbudin yang merupakan guru dan Kepala MTsN Blitar.  

Hari H pelaksanaan sungguh melegakan. Acara ini ternyata mampu digelar sesuai dengan konsep dan materi yang telah disepakati antara panitia dan tim narasumber. Termasuk tentang rundown acara yang terlaksana secara disiplin, membuat kami dan peserta workshop dapat menjalani acara dengan rileks.

Hamim Thohari memberikan sambutan dan membuka workshop. | Dokpri/Deddy Husein S.
Hamim Thohari memberikan sambutan dan membuka workshop. | Dokpri/Deddy Husein S.
Dimulai tepat pukul 8.00 WIB dengan dibuka oleh Kasi Pendma Kabupaten Blitar, Drs. Hamim Thohari, M.A. Beliau mengaku bahagia di permulaan gerakan literasi untuk madrasah ini. Pernyataannya juga memberikan angin segar kepada kami dan peserta bahwa akan dibuatkan acara khusus, atau semacam upacara peresmian untuk meluncurkan buku-buku peserta nanti.

Inilah yang membuat peserta terlihat gempita. Mereka antusias  mengikuti acara dengan tertib hingga berakhir sore hari sekitar pukul 16.00 WIB.

Sesuai dengan kodrat acaranya, maka workshop ini juga memasang target untuk menghasilkan satu tulisan di hari itu juga. Dibuat sesuai passion dari masing-masing peserta yang merupakan perwakilan dari 11 MTsN se Kabupaten Blitar.

Suasana workshop saat materi dari Himam Miladi. | Dokpri/Anis Hidayatie
Suasana workshop saat materi dari Himam Miladi. | Dokpri/Anis Hidayatie
Mereka antusias, riang, dan serius ketika menyimak berbagai materi yang disampaikan secara bergilir oleh para narsum. Mereka juga aktif bertanya ketika sesi tanya jawab dibuka.

Bahkan, sampai break makan siang dan sholat (ishoma), masih banyak peserta yang belum terpuaskan. Suatu impresi yang luar biasa bagi kami.

"Kita lanjutkan sesudah break nggeh, seluruh pertanyaan akan dijawab saat kelas pembimbingan." Tutur  Himam Miladi, mewakili narasumber, menutup sementara acara.

Kembali melanjutkan sesi 2. Tepat waktu pula, tak ada satupun peserta yang mundur, atau pergi dari kegiatan. Sesuatu yang sebenarnya lazim terjadi di acara workshop yang serupa.

Hanya ikut pada awal acara, lalu pergi begitu saja ketika sesi lanjutan tiba. Asal sudah absen, ditinggal saja.

Duh, apa yang kau cari Palupi? Memang seperti judul film yang pernah popular pada masanya, dan cocok untuk menggambarkan suasana kelas Workshop yang biasanya mudah ditinggal peserta usai jeda.

Bahkan belum pula acara dibuka, ada saja yang nyeletuk dengan curhatan klasik. "Bu/Pak, saya ini nol pothol loh, gak bisa nulis, apalagi bikin buku."

Menanggapi pernyataan tersebut, jawaban yang ideal kami berikan, "oh ya? Kalau begitu kita sareng yuk, nulis dan bikin buku." 

Kalimat seperti itulah yang kami tawarkan dan biasanya dapat membangunkan semangat, walau tidak banyak. Karena keputusan sebenarnya ada di tangan peserta bukan para narsum seperti kami.

Seluruh peserta sangat serius menyimak setiap materi yang disampaikan oleh para narsum. | Dokpri/Anis Hidayatie
Seluruh peserta sangat serius menyimak setiap materi yang disampaikan oleh para narsum. | Dokpri/Anis Hidayatie
Benar, rerata memang demikian input yang berasal dari peserta, tidak sedikit dari mereka yang jarang menulis, bahkan tak mengenal sama sekali dunia menulis. Namun, bukan berarti peserta workshop kali ini sepenuhnya newbie, loh!

Bahkan, beberapa orang pernah menerbitkan buku. Biasanya mereka yang demikian itu masih penasaran dengan workshop-workshop literasi seperti yang digelar oleh K3M Blitar ini.

"Menambah ilmu, ngecas semangat menulis. (Karena) Sudah mulai luntur ini." Tutur seorang guru laki-laki pada satu obrolan di luar kelas. 

Itu juga yang kami dapatkan di workshop tersebut, ada semangat baru untuk menambah ilmu wawasan dan tentu saja pengalaman. Seperti guru tersebut yang ternyata pernah menerbitkan buku, namun masih berkenan untuk hadir di acara ini.

Berkumpul dengan banyak orang dengan satu minat yang sama untuk menumbuhkan aura positif. Semangat menular, motivasi tumbuh, inspirasi bermekaran. Hal itu juga untuk membuat jari-jemari terus menari tanpa ada hambatan atau berhenti di tengah jalan, seperti yang diungkap oleh Himam Miladi saat memberikan tipsnya.

Himam Miladi diketahui merupakan salah seorang Kompasianer senior dan karya tulisnya banyak disematkan di media online. | Dokpri/Anis Hidayatie
Himam Miladi diketahui merupakan salah seorang Kompasianer senior dan karya tulisnya banyak disematkan di media online. | Dokpri/Anis Hidayatie
"Kalau Anda ngetik naskah, jangan pernah menengok tombol backspace atau delete. Lanjutkan terus menulis! Karena sekali sentuh, konsentrasi akan pecah. Tulis saja langsung, sedang pembenarannya nanti saja. Lanjutkan hingga selesai. Ketika ending, baru tengok kembali, dan koreksi."

Selain itu untuk memulai menulis, bagi mereka yang belum in passion, Himam juga menyarankan untuk berani menabrak semua aturan. "Jangan berpikir tentang tata bahasa, gunakan bahasa senyamannya!"

Artinya, boleh dengan bahasa sehari-hari, dan tulisan jadi. Karena yang terpenting dalam proses menulis adalah berani berkarya.

Kita pasti bisa memperbaiki tulisan jelek, kok. Tetapi kalau kertasnya kosong, alias tidak ada tinta sama sekali, apa yang dapat dinilai dan diperbaiki?

Narasumber lainnya, Deddy, juga memberikan materi menulis yang berkaitan dengan passion, minat, dan penguasaan seseorang akan sesuatu. Berminat dulu baru menulis.

Karena, dengan minat yang dimiliki, tulisan itu akan muncul ruhnya. Hal ini yang akan memberikan sajian yang terbaik untuk pembaca.

Seorang kompasianer muda, Deddy Husein S., juga menjadi bagian dari acara ini dan mengaku bangga telah dipercaya untuk terlibat. | Dokpri/Anis Hidayatie
Seorang kompasianer muda, Deddy Husein S., juga menjadi bagian dari acara ini dan mengaku bangga telah dipercaya untuk terlibat. | Dokpri/Anis Hidayatie
Materi ini ternyata membuat peserta suka. Bahkan seorang guru yang biasanya mengajar matematika, dalam waktu singkat bisa menulis cerpen, karena minatnya menulis fiksi dan berdasarkan imajinasi. "Rekreasi bu (Anis), setelah mata ini lelah berkutat terus dengan hitungan."

Aha, menulis adalah ajang rekreasi. Kami pun suka kalimat ini, khususnya sang ketua Komalku Raya, Anis Hidayatie.

Seorang guru PAI sekaligus salah satu nominator di Kompasianival 2019 lalu, Anis Hidayatie, selalu mampu menularkan semangat untuk menulis kepada semua orang. | Dokpri/Deddy Husein S.
Seorang guru PAI sekaligus salah satu nominator di Kompasianival 2019 lalu, Anis Hidayatie, selalu mampu menularkan semangat untuk menulis kepada semua orang. | Dokpri/Deddy Husein S.
Seharusnya memang demikian. Tidak ada beban, kegiatan menulis memang harusnya menyenangkan.

Namun, untuk sesuatu yang menyenangkan itu pasti perlu menyisihkan waktu dan menghabiskan apa-apa. Asal bisa menghasilkan karya dan konsisten tanpa kendala, seharusnya tak keberatan bukan?

Seorang pustakawan Malang yang sekaligus pengurus Komalku Raya menyampaikan materi seputar proses kreatif menulis puisi. | Dokpri/Anis Hidayatie
Seorang pustakawan Malang yang sekaligus pengurus Komalku Raya menyampaikan materi seputar proses kreatif menulis puisi. | Dokpri/Anis Hidayatie
Seorang pustakawan Malang sekaligus penulis puisi di Kompasiana dan media massa cetak, Santoso, menutup acara dengan pembahasan atas karya fiksi peserta serta cara mengoreksi puisi.

"Banyak membaca karya orang lain. Buat Anda terlibat dengan dunia puisi seutuhnya, sebelum anda menulis. Karena puisi adalah rasa, bukan hanya memilih diksi dan menuliskan majas atau kata. Rasakan dulu yang ingin Anda sampaikan, tidak perlu rumit. Asal padat dan mengena, puisi itu akan berhasil memikat pembaca."

Jarum jam menunjuk di angka 4. Waktunya mengakhiri pertemuan. Tidak tuntas memang, tetapi 80 peserta telah merampungkan tugas menulis sesuai passion untuk beberapa kategori.

Karya tulis non fiksi minimal 500 kata. Cerpen minimal 700 kata, puisi 5 judul. Bagi peserta yang 20 persen sudah membuat di hari H, hanya tinggal menyelesaikan dan memperbaiki tulisannya sesuai target.

Begitulah proses untuk menuju keberhasilan. Hal-hal terpenting adalah ada spirit, ada motivasi, dan ada rasa suka untuk menulis.

Ini akan menjadi modal untuk langkah selanjutnya. Kami pun akan follow-up progres peserta di kelas online. Komunikasi dan diskusi melalui grup dan private akan dilayani sampai peserta dapat menerbitkan buku.

Bu Enik yang juga seorang kompasianer, menjadi bagian penting dari pelaksanaan workshop ini. | Dokpri/Anis Hidayatie
Bu Enik yang juga seorang kompasianer, menjadi bagian penting dari pelaksanaan workshop ini. | Dokpri/Anis Hidayatie
Sungguh seru workshop Satu Guru Satu Buku ini yang mana juga menjadi kegiatan pertama bagi Komalku Blitar yang merupakan cabang kedua Komalku Raya setelah KomalkuPas (Pasuruan). Menariknya, Komalku Blitar ini juga diketuai seorang Kompasianer sekaligus guru yang berprestasi, Enik Rusmiati.

Ketua K3M dan ketua pelaksana acara ini, Boimin, memenuhi ajakan narsum, Santoso, untuk membacakan tulisannya. | Dokpri/Anis Hidayatie
Ketua K3M dan ketua pelaksana acara ini, Boimin, memenuhi ajakan narsum, Santoso, untuk membacakan tulisannya. | Dokpri/Anis Hidayatie
Bagi kami, acara ini dapat dianggap sukses. Bahkan sang ketua K3M, Drs. Boimin M.Pd, berkenan menjanjikan reward untuk 3 peserta terbaik.

Tentu hal ini menambah antusias peserta. Itu pula yang diharapkan panitia, juga kami sebagai narasumber.

Parameter kesuksesan acara ini cukup terpenuhi semua. Jumlah peserta yang bertahan dari awal hingga penutupan, produk yang dihasilkan, juga semangat untuk terus berkarya. Itulah yang menjadi nilai lebih dari acara ini.

Tinggal kami akan berupaya bersama panitia dan para peserta untuk menghasilkan output sesuai target, berupa buku yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk penulisnya maupun untuk pembacanya.

Sesi foto bersama, panitia, peserta, dan narasumber workshop literasi di Blitar (14/3). | Dokpri/Workshop Literasi Sagu Sabu MTsN Kab Blitar
Sesi foto bersama, panitia, peserta, dan narasumber workshop literasi di Blitar (14/3). | Dokpri/Workshop Literasi Sagu Sabu MTsN Kab Blitar
Salam Literasi! Mari, berjuang untuk bangsa lewat kata-kata.

-AN Anggota Komalku Raya-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun