Mohon tunggu...
Imam Husein
Imam Husein Mohon Tunggu... -

Berjalan dan terus berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saya, Simon, dan Oknum Aparat

4 Mei 2012   02:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:45 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat video Koboy Palmerah sedikit mengingatkan saya kepada pengalam pribadi yang hampir sama dengan apa yang dialami si Simon pengendara skuter matic yang menjadi korban Koboy Palmerah. Hanya saja, kalau pengalaman saya ini tidak separah dengan Simon yang diancam dengan senjata api.

Kejadian ini memang sudah agak lama, tepatnya akhir tahun lalu. Waktu itu, saya mau berangkat kuliah ke arah Lenteng Agung kebetulan saya tinggal di Bekasi, waktu itu saya kuliah pagi. Biasanya kalau kuliah pagi, saya berangkat dari rumah jam 7.

Singkat cerita, ketika saya melewati Jalan Raya Bambu Apus tepatnya sebelum perempatan Bambu Kuning, Jakarta Timur. Tak biasanya jalan yang sering saya lalui itu, agak tersendat, nampaknya ada sebuah kerumunan. Benar saja, ketika saya mencoba menyalip kendaraan di depan saya, ada kecelakaan kecil yang menimpa dua orang satu laki-laki dan perempuan yang berboncengan dengan sepeda motor.

Saya ini orangnya memang agak penasaran, ingin tahu kenapa atau bagaimana kecelakaan itu terjadi. Lantas saya berhenti, dan meminggirkan motor saya, lalu saya coba membantu si pengendara motor dan teman yang diboncengnya, memang ketika saya lihat luka mereka agak parah, entah karena tertimpa motor atau terseret di aspal.

“Coba Mas dan Mba-nya, diluluruskan kakinya, agar tulangnya tidak kaku,” Seru saya kepada si korban.

Lalu, saya coba bertanya tentang kronologi kecelakaan kepada salah seorang satpam yang memang ikut membantu saya menolong si korban. Kata satpamnya, “Waktu itu di depan motor korban ada mobil, yang memang satu arah, memang mereka sama-sama kencang. Tapi, ketika motor mau menyalip dari kanan mobil yang di depannya si mobil malah belok ke kanan juga, yaudah jadilah tabrakan.”

Sesaat setalah si satpam cerita, datanglah si pengendara mobil dengan ciri-ciri perawakannya, tinggi, tegap, dan cukup besar badannya, namun sepertinya dia berumur 50 tahun. “Makannya Mas jangan kebut-kebutan,” Kata si pengendara mobil.


Loh, Bapaknya aja yang belok tapi tidak mengasih lampu sign,” Sahut pengendara motor.
Yaudah Pak, sekarang Anda bawa nih korban ke rumah sakit atau klinik terdekat, soalnya agak lumayan lukanya,” Ucap saya, mencoba menengahi.


Oh yaudah, saya mutar mobil saya dulu,” Kata si pengendara mobil itu yang memang mobilnya terparkir agak jauh dari TKP.
Waktu itu yang ada di situ, saya dan satpam dan si korban saja, orang-orang yang tadinya juga ikut membantu mulai pergi.

Namun, beberapa menit kemudia si satpam teriak. “Woii, jangan kabur,” Teriak satpam sambil menyalahkan motornya dan langsung mengejar si pengendara mobil tadi.

Saya pun serentak langsung menyalahkan motor dan ikut mengejar si pengendara mobil tadi.

Karena memang waktu itu jalanan cukup ramai, saya dan satpam berhasil mengejar si pengendar mobil. “Pak berhenti, tanggung jawab,” Kata satpam meneriaki si pengendara mobil tersebut.

Si Satpam dari sebelah kanan, dan saya dari sebelah kiri berusaha menghentikan laju mobil tadi. Namun, dia tetap tak mau berhenti. Akhirnya saya coba teriak, “Woii kabur, kabur, kabur.”

Mulailah dia mau berhenti karena pengendara motor lain yang ada di situ juga membantu kami untuk memberhentika mobil tadi. Akhirnya dia mau memutar balik mobilnya dan menuju ke TKP dengan saya. Anehnya, satpam yang ikut bersama saya tadi, dia malahan pergi dan tidak ikut saya ke TKP. Entah karena dibentak sama si pengendara mobil, atau apa saya tidak tahu.

Ketika saya sudah di TKP, yang memang pada saat itu tinggal si korban saja, tak lama kemudian si pengendara mobil keluar dari mobilnya, dan langsung menuju ke arah saya.

Eh, loe kurang ajar yahgue enggak bakalan kabur,” Kata si pengendara mobil sambil menoyor saya.

Loe catet plat gue, rumah gue enggak jauh dari sini,” Lanjut dia sambil marah-marah.

Eh Pak, enggak bisa gitudong, ini orang udah parah, butuh pertolongan secepatnya. Kami gimana enggak panik. Toh tadi Anda bilangnya mau mutar mobil ke sini, tapi malah pergi enggak tahu mau ke mana,” Sahut saya agak kesal yang waktu itu ingin membalas toyoran dia, namun saya ditahan oleh si korban.
Eh, loe mau gue matiin,” Kata si pengendara mobil sambil mengeluarkan pisau sejenis pisau yang suka dipakai oleh aparat TNI.

Loe itu masih bocah, jadi jangan macam-macam sama gue,” Lanjut dia sambil mengacungkan pisaunya ke arah saya.

Si korban yang tadinya memegangi saya, berbalik memegangi si pengedara mobil tadi, sambil mencoba menenangi dia.
Memang pada saat itu saya mulai down karena dia memegang senjata tajam, yang memang pada saat itu saya tidak memegang apa-apa. Dan saya agak kaget, ketika si pengendara mobil tadi bilang. “Gue ini aparat di sini, jadi enggak usah macem-macem loe di sini, segala meneriaki gue, emang gue maling,” Katanya, yang sepertinya makin kesal.

Memang dari awal saya sudah menduga ini orang merupakan OKNUM aparat karena saya lihat dari jenis mobil sampai pernak-pernik yang ada di dalam mobilnya semua berbau militer.

Kemudian, si korban menyuruh saya pergi agar perkelahian tidak semakin panjang, dan akhirnya saya pergi meninggalkan TKP sambil memendam rasa kesal.


Mungkin ini sedikit pengalaman saya yang pernah bermasalah dengan OKNUM aparat. Memang, aparat yang ada di kejadiaan saya dan Simon, tidak bisa dipukul rata kalau aparat semuanya seperti itu, lagi-lagi saya hanya bisa mengatakan kalau mereka itu OKNUM. Tapi, ketika nanti saya menemukan hal yang sama atau teman-teman. masih kah itu bisa kita bilang OKNUM. Saya hanya berharap, kepada semua anggota TNI, Polri, dan seluruh aparat yang ada. Kami ini hanya masyarakat biasa, yang sangatlah lemah, jika dibandingkan dari segi fisik aja, kami tidak ada apa-apanya dengan kalian. Jadi tolonglah, jangan gunakan “kebesaran” kalian itu untuk bisa bersikap semenag-menag.

Bukan kah, kalian “diciptakan” di negeri ini karena memang untuk membela yang lemah, lantas kalau kalian yang tidak membela kami, siapa lagi yang mau melindungi rakyat yang lemah ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun