Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Proses Pemulihan Maskapai Indonesia Pasca Pandemi

31 Oktober 2024   16:21 Diperbarui: 31 Oktober 2024   23:51 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks angkutan barang, pergeseran moda transportasi dari udara ke laut ataupun darat memang akan berdampak pada lamanya waktu proses pemindahan barang dari titik A ke B, akan tetapi peningkatan harga angkutan barang lewat udara juga dapat berdampak pada harga barang (inflasi).

Efisiensi adalah kunci dari proses pemulihan, kita boleh saja terbang tinggi asal jangan melupakan dimana kita berpijak, artinya bila memang ada beban perusahaan dari unit bisnis mereka atau anak perusahaan yang tidak sehat, mengapa dipertahankan terlebih bila bisnis tersebut berlokasi di luar Indonesia dengan beban biaya dalam.bentuk mata uang asing.

Pemulihan bagi maskapai adalah juga memberi kesempatan kepada maskapai untuk memahami benar akan keberadaannya pasca pandemi, berapa banyak pesawat yang dimiliki dan berapa banyak potensi pendapatan dari utilisasi semua pesawatnya.

Jika memang dengan keberadaannya kini membuat pendapatan mereka berkurang dibandingkan pre pandemi, sudah semestinya maskapai juga menghilangkan beban beban biaya yang tidak perlu.

Mungkin sebuah perusahaan akan lebih baik terlihat besar di luar -- terlebih bila terbukti sukses -- daripada besar di dalam sehingga tak tampak yang justru membuat langkahnya lamban.

Perbedaan konsep bisnis maskapai -- Full Service, Medium dan Low Cost -- hanyalah cara dan langkah maskapai dalam membidik pangsa pasarnya, sedangkan dari sisi pelaku perjalanan dan wisata, konsep bisnis tersebut adalah pilihan dan preferensi.

Sehingga aapapun konsep bisnisnya, semua maskapai pada kenyataan harus melakukan pemulihan pasca pandemi agar dapat bertahan dan melakukan reaktivasi operasional penerbangannya.

Pendapatan maskapai tidak hanya mencakup pendapatan operasional tapi juga ada pendapatan non operasional (ancillary), mengapa tidak melakukan langkah untuk juga menggenjot pendapatan non operasional seperti menawarkan flight pass dengan konsep berlangganan ala Netflix kepada penggunanya ?

Para pelaku perjalanan dan wisata dapat hanya membayar sekali untuk beberapa destinasi pilihan untuk beberapa kali penerbangan, atau jika dengan berlangganan dapat memesan dan melakukan perjalanan di waktu mendatang selama masa berlangganan mereka.

Sebagai contohnya adalah program flight pass dari maskapai Air Asia bernama Unlimited ASEAN Pass dimana kita cukup berlangganan setiap tahunnya untuk kemudian dapat terbang ke negara negara dalam kawasan ASEAN dengan harga dasar tiket nol (zero base fare).

Beberapa maskapai yang telah menawarkan program ini sebelum pandemi setidaknya masih memiliki pendapatan dari flight subscription ini dari pelanggannya yang membayarnya setiap bulan atau tahun tanpa adanya pemesanan tiket dari semua orang yang berlangganan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun