Sebagai perusahaan, maskapai pastinya bertujuan memaksimalkan keuntungan (profit maximization) akan tetapi dengan berakhirnya pandemi maskapai penerbangan sepertinya belum saatnya mentargetkan untuk profit maximization melainkan perlu melakukan proses pemulihan (recovery) agar kondisinya sama dengan sebelum pandemi (pre pandemic) atau sebelum tahun 2019.
Makna recovery di sini sangatlah luas -- tidak hanya dapat dilihat dari satu sisi saja misalnya pada sisi pendapatan, tapi juga sisi lainnya seperti pangsa pasarnya yang dapat dipengaruhi oleh jumlah armada yang dimiliki maskapai.
Ilustrasi pada pangsa pasar seperti ini, misal ada  maskapai A yang mengembalikan beberapa pesawatnya selama pandemi dapat kehilangan pelanggannya di beberapa rute dan frekuensi penerbangan yang tidak lagi dapat dilayani maskapai dengan berkurangnya armada mereka.
Pada saat yang sama, maskapai B justru menambah armadanya dengan brand yang berbeda dan kemudian mengisi rute dan frekuensi penerbangan dari maskapai A, ini berarti maskapai A kehilangan pangsa pasarnya.
Bagaimana dengan maskapai di Indonesia, apakah tingkat pemulihannya lambat atau cepat?
Namun sebelum menjawabnya, mari kita melihat pergerakan penumpang di bandara Soekarno-Hatta sebagai pintu gerbang utama dan berlokasi di ibu kota negara.
Jumlah penumpang udara di beberapa bandara di Indonesia menunjukan tingkat pemulihan dunia penerbangan kita yang dapat dikatakan menggembirakan.
Pada berita Kompas.com (19/7/2024), jumlah penumpang di bandara CGK selama semester 1 tahun 2024 adalah sebesar 26 juta orang, jumlah ini lebih tinggi dari jumlah penumpang pada semester yang sama pada tahun 2019 (pre pandemi).
Jika kita melihat lebih rinci lagi, jumlah keberangkatan domestik dari bandara Soetta periode Januari -- Juli 2024 menurut Badan Statistik Nasional adalah sebanyak 10,606,701 orang sedangkan keberangkatan Internasional sebesar 641,596 orang.
Jumlah ini melampaui jumlah pada tahun 2019 yaitu 9,129,396 orang pada keberangkatan domestik.
Peningkatan jumlah pergerakan penumpang di bandara Soetta ini menandakan adanya tanda kepulihan industri penerbangan kita.