Sedangkan Lion Air Group dengan anak perusahaannya Lion Air, Batik Air dan Wings Air mengembalikan setidaknya 6 unit pesawat mereka ke pihak leasing selama Pandemi yang lalu, walau kemudian muncul maskapai Super Air Jet dengan armada nya.
Bila dalam ilustrasi sederhana seperti ini, bila jumlah pelaku perjalanan dan wisata pre Pandemi sebanyak 100,000 orang dan dilayani oleh 1,000 unit pesawat jelas tidak sama dengan jumlah pelaku perjalanan dan wisata berjumlah 90,000 orang (90% recovery nya) dengan jumlah armada tetap 1,000 unit pesawat dimana harga tiket setidaknya tidak terganggu.
Selain faktor pengembalian pesawat, reaktivitasi pada maskapai pasca Pandemi juga berarti mengembalikan kondisi semua pesawat dalam armadanya setelah sekian lama tidak terbang dimana diperlukan proses yang tidak sebentar dan memerlukan sumber daya dari maskapai yang tidak kecil pula untuk dapat semua pesawat mereka layak terbang, maka tidak heran kesiapan pesawat pada armada maskapai hingga 100% pasca Pandemi tidak bisa terjadi dalam waktu singkat.
Sedangkan untuk Cost per Block Hour sendiri sebenarnya kurang tepat dijadikan faktor dari tingginya harga sepenuhnya karena cost per block hour (Flight Operating Cost)Â ini tidak mempresentasikan keseluruhan biaya operasional penerbangan yang terbagi dalam biaya langsung dan tidak langsung.
Cost per Block Hour (CBH) lebih mempresentasikan biaya langsung yang berhubungan dengan penerbangan sebuah pesawat seperti bahan bakar, biaya kru, ownership cost dan pemeliharaan, dan karena biaya operasional maskapai meliputi biaya langsung dan tidak langsung maka ada kemungkinan juga tingginya harga tiket juga disebabkan oleh biaya tidak langsung
Badan Penerbangan Amerika atau FAA menyebutkan bahwa secara rata rata biaya langsung mempresentasikan sekitar 48% dari total biaya penerbangan penumpang dan sekitar 35% pada penerbangan kargo, sedangkan selama tahun 2018 dari total USD 166 milyar yang dihasillkan dari penerbangan penumpang biaya rata rata operasional mencapai sekitar USD 8,916 sedangkan dari penerbangan kargo sebesar USD 44,7 milyar sekitar USD 28,744 sepanjang tahun 2018 lalu.
Sedangkan Badan Penerbangan Dunia atau ICAO menyebutkan komponen biaya penerbangan meliputi biaya langsung yang mempresentasikan 50% dari total biaya penerbangan, 30% Ground Operating Cost (reservasi, landing fee, dan lainnya), dan 20% System Operating Cost (inflight services, marketing, administrasi dan lainnya).
Kini pertanyaannya, berapa cost per block hour dari setiap pesawat yang dioperasikan oleh masing maskapai di Indonesia ?.
Bahan bakar avtur sering dijadikan biang kerok tingginya harga tiket pesawat karena mempresentasikan antara 35--40% dari total biaya operasional penerbangan namun kita perlu mengetahui bahwa porsi biaya tersebut tidak hanya mencakup bahan bakar saja sebagai komponennya tapi ada juga oli pesawat dan pajak.
Bahan bakar avtur adalah salah satu komponen biaya langsung maskapai, sedangkan total biaya maskapai tidak hanya mencakup biaya langsung, dan walaupun bahan bakar avtur merupakan salah satu komponen dari CBH ini kita juga perlu mendalami komponen CBH lainnya seperti biaya kru, ownership cost dan pemeliharaan.
Kita juga perlu mendalami faktor faktor apa yang dapat menyebabkan kenaikkan dari setiap komponen CBH ini, seperti waktu dan jarak tempuh yang dapat memengaruhi bahan bakar avtur.