Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Aviasi dan Pariwisata serta "Multiplier Effect"-nya

12 Juni 2024   07:36 Diperbarui: 13 Juni 2024   11:00 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari kita melihat dari sisi multiplier effect dimana dampak dari pembelanjaan yang dilakukan oleh para pelaku perjalanan dan wisata tidak hanya dinikmati oleh para pengusaha lapis pertama seperti hotel, cafe dan restoran saja tetapi juga pada lapis kedua dan seterusnya.

Saat tiba di bandara tujuan mungkin ada beberapa pelaku perjalanan dan wisata membutuhkan jasa transportasi ke tempat yang mereka tuju misalnya penginapan atau tempat pertemuan dengan mitra bisnisnya, dalam hal ini para pelaku usaha lokal di bidang transportasi menjadi yang pertama mendapatkan multiplier effect.

Selain pengusaha transportasi, para penyedia akomodasi juga menjadi salah satu yang pertama (langsung) menikmati dampak kedatangan pelaku perjalanan dan wisata dengan terisinya kamar kamar mereka.

Dari penyedia akomodasi dampak terisinya kamar mereka adalah kepada para penyedia dukungan dari para penyedia akomodasi yaitu para pelaku usaha pendukung misalnya pengusaha yang melayani laundry untuk sprei dan handuk hotel, begitu pula para penjual bahan makanan, sayur sayuran, buah buahan dan lainnya yang memasok kepada pihak hotel.

Disini kita dapat mengatakan bahwa terjadi sirkulasi pendapatan bagi para penduduk lokal sebagai dampak pembelanjaan para pelaku perjalanan dan wisata pada perekonomian sebuah daerah, semakin banyak kedatangan pelaku perjalanan dan wisata semakin banyak pembelanjaannya dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan para penduduk.

Dan jika pendapatan para penduduk lokal bertambah maka daya beli (purchasing power) mereka akan meningkat pula, mereka dapat membelanjakannya untuk kebutuhan selain dari kebutuhan pokok mereka.

Dari pembelanjaan mereka  dari pihak penjual yang juga merupakan penduduk lokal pula dan seterusnya alurnya yang pada akhirnya meningkatkan perputaran roda perekonomian daerah tersebut.

Namun ketika harga tiket pesawat sudah tinggi dan dapat mengurangi daya beli para pelaku perjalanan dan wisata maka berkurang pula multiplier effect yang akan dirasakan oleh para penduduk lokal tersebut.

Namun jika kita melihat dari sisi maskapai penerbangan sebagai salah satu sektor pada industri aviasi, kita mungkin dapat memahami latar belakang dari permintaan mereka untuk menaikkanTBA tiket pesawat, salah satunya adalah sebagai respons dari kenaikkan biaya operasional mereka seperti bahan bakar yang harganya naik atau karena fluktuasi kurs mata uang asing --, khususnya dollar -- dimana hal ini dapat membebani keuangan maskapai ketika diperlukan pergantian suku cadang pesawat yang harganya dipatok dalam dollar.

Namun kini pertanyaannya, apakah menaikkan TBA adalah opsi satu satunya yang dimiliki oleh maskapai untuk mengantisipasi kenaikkan biaya operasional mereka akibat fluktuasi mata uang?

Bagaimana dengan opsi melakukan efisiensi pada usaha mereka terutama yang bukan merupakan inti usaha mereka atau selain dari penyediaan kursi penerbangan, juga biaya biaya lain yang sebenarnya dapat dilakukan efisiensi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun