Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Penciptaan Peluang pada Pariwisata di Negeri Sendiri

7 Maret 2024   18:22 Diperbarui: 9 Maret 2024   13:25 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taylor Swift The Eras Tour Singapura (www.taylorswift.com)

Konser penyanyi kondang asal Amerika Taylor Swift di Singapore selama 6 hari menghebohkan kawasan ASEAN termasuk di tingkat Pemerintahan.

Beberapa negara ASEAN menyatakan komplain teralhadap Singapore, sampai sampai Perdana Menteri Singapore perlu menjawab dengan menjelaskan latar belakang dari konser Taylor Swift yang hanya di Singapore.

Jika kita melihat jumlah penduduk Singapore sebanyak 5,92 juta jiwa dimana merupakan multi generasi, apakah konser ini viable secara ekonomi dilakukan oleh Singapore ?

Pertanyaan ini bisa saja muncul karena tidak semua generasinya menjadi penggemar sang penyanyi? Lain halnya jika konser tersebut dilakukan di Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta dengan multi generasi sekalipun.

Namun pada kenyataannya Singapore memutuskan untuk tetap mengundang Taylor Swift, dan lebih hebatnya lagi Singapore berhasil melakukan "deal" dengan sang penyanyi berupa insentif untuk hanya tampil di Singapore unuk kawasan ASEAN selama 6 hari.

Segitu beranikah pemerintah Singapore mengambil keputusan tersebut dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit itu ?

Untuk menjawabnya kita hanya perlu satu kata yaitu peluang, tapi peluang dengan melihat apa yang mereka miliki, apa yang mereka bisa tawarkan dan apa yang mereka bisa raih dari peluang tersebut.

Lokasi geografis Singapore sangat berdekatan dengan negara negara ASEAN dan mungkin bisa dikatakan berada di tengah tengah negara negara ASEAN, selain itu negara kota ini merupakan salah satu hub penerbangan untuk kawasan AsIa Pasific.

Ini berarti tidak hanya waktu yang tidak lama untuk para penduduk di negara negara ASEAN untuk mencapai Singapore tapi juga dengan banyaknya ketersediaan penerbangan dari dan ke Singapore.

Industri pariwisata Singapore menyumbangkan sekitar 4% terhadap GDP negara kota ini dengan jumlah kedatangan pelaku perjalanan antar bangsa sebanyak 18,5 juta orang pada tahun 2018, angka ini hampir empat kali dari jumlah penduduk Singapore.

Secara singkat, keberanian Singapore ini adalah untuk mendongkrak pendapatan pariwisata Singapore setelah Pandemi melalui kedatangan pelaku perjalanan antar bangsa.

Kedatangan pelaku perjalanan memberikan multiplier effect dengan meningkatnya produk nasional yang dihasilkan dan dibeli oleh para pelaku perjalanan yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan nasional negara. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pemerintah rela menggelontorkan anggaran tinggi untuk industri tourism.

Singapore juga merupakan hub logistik terbesar yang artinya lalu lintas barang sangat besar jumlahnya sehingga segal jenis barang produksi pun bisa banyak tersedia serta menjadikan Singapore surga nya belanja.

Mungkin bisa kita simpulkan disini bahwa makna dari tourism oleh Singapore terletak pada kedatangan pelaku perjalanan antar bangsa baik bisnis maupun leisure yang kemudian melalui kegiatannya --bisnis maupun leisure -- menghasilkan pendapatan bagi negara serta menciptakan lapangan kerja.

Peningkatan produk nasional terjadi di semua bidang dari setiap perhelatan seperti perhotelan, transportasi, kuliner dan juga penerbangan -- dalam hal ini adalah pendapatan maskapai yang naik sebagai akibat dari peningkatan permintaan akan kursi penerbangan.

Maskapai Singapore Airlines dan anak perusahaannya, Scoot dikabarkan mengalami lonjakan permintaan kursi hingga 30%, dari berbagai bandara di jaringannya termasuk bandara bandara di Indonesia dan Filipina.

Jadi apa bedanya dengan makna tourism bagi Indonesia, bukankah kita juga ingin kedatangan wisatawan mancanegara sebanyak mungkin?

Disini mari kita coba melihat apa yang telah pemerintah Singapore dalam menjaring para pelaku perjalanan, yaitu melalui perhelatan yang benar benar memang dapat menghasilkan output maksimal, salah satu contohnya adalah melalui kegiatan M.I.C.E.

Konser musik hanya salah satu bentuknya, tapi masih banyak lagi yang kita bisa lihat yaitu misalnya Pameran Kedirgantaraan Singapore (Singapore Air Show).

Industri Kedirgantaraan tidak hanya meliputi pesawat terbang saja tapi juga lainnya seperti drone, satelit, rudal dan lainnya, oleh karena cakupannya yang luas tersebut, para pelakunya juga sangat dan sangat banyak dari segala pelosok dunia.

Pada pameran ini juga sebagai ajang pertemuan antara pelaku bisnis (B2B) serta juga dari pemerintahan negara negara didunia untuk melihat perkembangan produk kedirgantaraan terkini serta kemungkinan melakukan pembelian produk dirgantara dengan harga pameran.

Pameran Kedirgantaraan ini layaknya konser musik yang juga mendatangkan para pelaku perjalanan (bisnis) yang selama berada di Singapore juga ada kemungkinan melakukan kegiatan leisure dan melakukan pembelanjaan.

Namun perlu diingat bahwa pameran kedirgantaraan ini tidak mungkin dilakukan di Singapore apabila tidak memiliki bandara yang sangat luas sebagai venue pameran, dalam hal ini bandara Changi yang merupakan hub penerbangan melalui Changi Exhibition Center nya dapat memainkan peranan sebagai venue pameran.

Sekarang mungkin ada yang akan mengatakan, bukankah Indonesia juga telah mulai mengadakan perhelatan tingkat internasional seperti MotoGP dan F1H20 misalnya, juga bukankah banyak juga penyanyi kondang dunia yang melakukan  konser musik di Indonesia ?

Dari sini mungkin kita perlu melakukan evaluasi, apakah perhelatan tersebut memang sudah memberikan output berupa kedatangan para pelaku perjalanan antar bangsa? Apakah kita hanya membidik pelaku perjalanan domestik ?

Bukankah peserta dan pihak official juga merupakan kedatangan pelaku perjalanan antar bangsa ? jawabnya iya memang, tapi jumlah mereka mungkin tidak sebanding dengan jumlah penonton yang berasal dari negeri sendiri (wisatawan domestik). 

Berbeda dengan konser musik Taylor Swift dan Coldplay yang penontonnya antar bangsa termasuk masyarakat Indonesia yang menjadi bagian dari jumlah kedatangan pelaku perjalanan bagi Singapore.

Apabila memang belum mendatangkan pelaku perjalanan antar bangsa dengan maksimal, kita coba untuk menciptakan peluang (opportunity creation) dari apa yang sudah kita miliki atau juga mengadakan perhelatan yang benar benar dapat meningkatan kedatangan pelaku perjalanan antar bangsa.

Kita juga sebaiknya melihat juga apa yang menjadi kekurangan dari perhelatan yang sudah kita adakan, misalnya apakah lokasi disekitar venue sudah lengkap dengan jumlah akomodasi yang dapat menampung sebanyak mungkin pelaku perjalanan.

Jangan sampai kita hanya sebatas pada penyediaan venue yang bertaraf internasional namun dengan kekurangan fasilitas pendukungnya, dalam arti kita tidak hanya perlu mengakomodir kebutuhan peserta dan para official saja tapi juga para pelaku perjalanan yang hendak akan menyaksikan perhelatan tersebut.

Namun apabila kita juga sudah merasa bahwa semua sudah terpenuhi namun tetap belum menghasilkan jumlah kedatangan pelaku perjalanan antar bangsa secara maksimum, ada baiknya kita juga memikirkan kegiatan lain yang dengan anggota komunitas besar seperti sepak bola misalnya, hanya saja tanpa adanya embel embel yang sebenarnya tidak perlu ada.

Kita juga perlu melihat apakah peran penyedia angkutan udara sudah dapat megantarkan peserta, official dan pelaku perjalanan ke lokasi venue dengan tersedianya kursi dan banyak pilihan jam penerbangan serta dengan harga yang kompetitif, maskapai nasional kita perlu menjadi garda terdepan.

Apabila Singapore hanya memiliki satu gerbang udara antar bangsa yang dapat mendatangkan pelaku perjalanan sebanyak  tiga kali lipat dari jumlah penduduk mereka, Indonesia dengan banyak pintu gerbang antar bangsa sepatutnya dapat melakukan itu juga.

Jaringan tidak hanya dibutuhkan oleh maskapai tapi juga bandara, semakin banyak maskapai yang terbang ke sebuah bandara semakin banyak pula kemungkinan jumlah kedatangan pelaku perjalanan antar bangsa.

Kita memiliki lebih dari 250 juta penduduk serta dengan stok keindahan alam yang mungkin tak pernah habis, kita perlu menciptakan peluang (opportunity creation) seperti peheletan internasional, akan tetapi ada baiknya pula memilah pada bidang apa serta yang memiliki anggota komunitas yang besar karena mereka inilah para pelaku perjalanan antar bangsa yang perlu kita jaring bukan hanya ekspose perhelatannya saja.

Pemerintah melalui kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif juga ada baiknya lebih memprioritaskan perhelatan yang benar benar akan mendatangkan pelaku perjalanan antar bangsa sebanyak mungkin,  dengan juga mengurangi pengeluaran yang justru memberikan manfaat ekonomi kepada negara lain seperti keiikutsertaan pameran di luar negeri.

Pada satu sisi memang baik namun hanya perlu dipilah pameran mana yang perlu diikuti serta dengan juga memperhatikan jumlah peserta yang ikut agar pengeluaran pun dapat ditekan.

Karena pada dasarnya sebaik baiknya pengeluaran dari kementerian ini adalah untuk mendatangkan pelaku perjalanan antar bangsa serta meningkatkan pergerakan pelaku perjalanan domestik, ibaratnya membeli jala atau jaring yang sangat besat agar dapat menjaring sebanyak mungkin ikan.

Kita memang perlu belajar dari Singapore tapi yang jauh lebih penting dan utama adalah menciptakan peluang di negeri kita ini sendiri dari apa yang kita miliki dan dapat tawarkan kepada pelaku perjalanan antar bangsa.

Salam Aviasi dan Pariwisata.

Referensi :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun