Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dibutuhkan Lebih dari Sekadar Penurunan Harga Tiket

5 Februari 2024   19:22 Diperbarui: 6 Februari 2024   12:20 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pergerakan Pesawat di Bandara DPS (Dokpri)

Perhitungannya adalah 1.200.000.000/150 pax = 8.000.000 keberangkatan dalam setahun, dan bila dalam sehari maka perlu ada 8.000.000/365 hari = 21.917 penerbangan dalam sehari atau 3.287.671 orang yang melakukan perjalanan wisata per harinya (perlu diingat bahwa penerbangan antar kota pp dihitung dua kali penerbangan).

Mari kita menggunakan data dari Badan Pusat Statistik pada jumlah orang yang berangkat dari 5 bandara utama di Indonesia sepanjang tahun 2023 yang berjumlah 33.790.362 orang per tahun atau 92.576 orang per hari.

Jumlah ini sebenarnya menunjukan kenaikkan dari tahun 2022 yang berjumlah 24.846.398 orang per tahun atau sekitar 68.072 orang per harinya dari bandara utama kita yakni KNO, CGK, UPG, SUB dan DPS.

Kalau kita gunakan lagi pesawat berbadan sedang maka jumlah orang yang berangkat selama tahun 2023 tersebut diangkut dengan 33.790.362/150= 225.269 penerbangan setahun atau 617 penerbangan dalam sehari.

Jumlah 617 penerbangan ini jika dibagi 6 maskapai yang beroperasi hanya menghasilkan 102 penerbangan per hari per maskapainya--sebuah jumlah yang terlihat sangat sedikit bagi negara kepulauan kita yang luas ini dan sangat menggantungkan konektivitas udara.

Memang angka angka ini tidak bisa dijadikan acuan karena hanya memasukkan keberangkatan dari 5 bandara utama saja akan tetapi jika kita melihat juga bahwa di 5 bandara inilah para maskapai kita berfokus, atau dengan kata lain memiliki frekuensi penerbangan lebih tinggi dibandingkan di bandara lainnya. Maka kita bisa menilai juga bahwa kita masih memerlukan tambahan pesawat agar frekuensi dan rute ke bandara lainnya juga dapat terlayani dengan merata.

Sedangkan untuk mencapai target wisatawan nusantara pada tahun 2024 yang membutuhkan setidaknya 21.917 penerbangan dengan pesawat berbadan sedang dengan kapasitas rata rata 150 pax, maka dibutuhkan lebih dari sekadar penuruan harga, penambahan jumlah pesawat atau maskapai sepertinya perlu dipertimbangkan untuk menghasilkan solusi.

Namun demikian pada dasarnya kita memang perlu memulihkan industri aviasi agar dapat mengimbangi pemulihan industri pariwisata kita, untuk itu solusi perlu segera tersedia di ruang udara kita bagi dunia penerbangan niaga berjadwal kita.

Akar permasalahan sepertinya sudah teridentifikasi yaitu maskapai kita kekurangan pesawat atau dengan kata lain dunia penerbangan kita sedang mengalami krisis kapasitas baik pada jalur domestik, regional maupun internasional.

Satu hal yang perlu kita juga sadari bahwa mendatangkan pesawat baru tidaklah bisa secepat sebelum pandemi karena para pabrikan juga masih berusaha melancarkan supply chain mereka sehingga backlog mereka juga menumpuk -- dan akan semakin lama bagi kita untuk menerima pesanan kita.

Pembelian pesawat bekas mungkin bisa menjadi solusi cepat seperti yang dilakukan maskapai swasta kita serta maskapai subsidiary dari maskapai nasional kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun