Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Keberadaan Maskapai Berbiaya Rendah Kini

3 Februari 2024   09:24 Diperbarui: 5 Februari 2024   01:10 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian, pengelolaan sebuah bisnis tidak selamanya mulus dan menguntungkan terutama dari sisi perusahaan induk terhadap anak perusahaannya, adakalanya mis management terjadi sehingga kondisi keuangan dan performance maskapai subsidiary yang tidak baik bisa membebani maskapai induk karena berada di satu entitas (perusahaan).

Di kala kondisi keuangan perusahaan sedang pada titik di mana perusahaan perlu melakukan restrukturisasi maka menggabungkan maskapai yang menjadi anak perusahaan dengan maskapai induk menjadi pilihan.

Bagi maskapai induk, mereka dapat melakukan efisiensi dan juga dapat lebih fleksibel dalam melakukan utilisasi pesawat dan juga jaringan (network)nya baik secara internasional, regional dan juga domestik.

Maskapai Thai Smile adalah contoh yang terkini sebagai hal yang perlu dilakukan oleh maskapai induknya, Thai Airways untuk menyehatkan kondisi dan performance perusahaan, dalam arti lebih baik digabungkan jika memang menjadi beban maskapai induk. 

Namun memang tidak semua maskapai di dunia yang menggabungkannya walaupun mungkin perlu melakukannya, ada pula yang masih memiliki langkah lain untuk tetap efisien.

Restrukturisasi ataupun konsolidasi perusahaan besar dan maskapai dalam hal ini, pengurangan pesawat dan karyawan umumnya dilakukan pasca pandemi serta menggabungkan maskapai subsidiary-nya ke maskapai induk bila dipandang sebagai beban, hanya saja memandangnya perlu secara realistis.

Dari sisi pelaku perjalanan, apakah maskapai berbiaya rendah masih dapat dipandang sebagai budget airlines ataupun no-frills airlines?

Jawabannya diserahkan kepada para pelaku perjalanan melalui perjalanan dan pengalaman selama terbangnya, karena maskapai --apapun model usahanya -- akan mengambil langkah dengan latar belakang apa yang sedang berkembang di pasar (pelaku perjalanan), apakah masih mempertimbangkan pelayanan pada harga?

Apabila banyak permintaan di sebuah rute, penerbangan tanpa layanan tambahan pun bisa menjadi laris manis bak gorengan setelah hujan, ini karena hukum pasar yang berlaku.

Salam Aviasi.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun