Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penggabungan Angkasa Pura 1 dan 2

29 Desember 2023   23:45 Diperbarui: 30 Desember 2023   00:38 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Angkasa Pura (sumber: ap1.co.id)

Pagi ini (29/12/2023) seperti pagi pagi lainnya, jika banyak orang pergi ke toko ngopi terkenal di dunia nyata, penulis memulai kegiatan di dunia maya dengan berkunjung ke situs media berita.

Dan karena minat penulis adalah aviasi maka setiap pemberitaan yang berkaitan dengan aviasi akan menjadi fokus pencarian berita, kebetulan hari ini Kompas.com memberitakan mengenai integrasi Angkasa Pura 1 dan Angkasa Pura 2 menjadi PT. Angkasa Pura Indonesia atau InJourney Airports.

Penulis sebenarnya masih belum paham benar mengenai bentuk dari penggabungan ini karena pemberitaannya terbaca agak berbeda antara satu media dengan lainnya dimana ada yang menyebutkan penggabungan menjadi satu entitas dan ada yang menyebut AP 1 dan AP 2 akan dibawah satu entitas, tapi mungkin akan terjawab di kemudian hari. Untuk saat ini penulis ingin berbagi pendapat mengenai penggabungan ini -- apapun bentuknya.

Pengelolaan bandara di Indonesia memang terbagi menjadi dua yaitu oleh Angkasa Pura 1 untuk kawasan timur (dan tengah) dan Angkasa Pura 2 untuk  kawasan barat, penggabungan ini bertujuan agar kebandarudaraan kita akan memiliki standarisasi yang sama dalam hal pelayanan kepada para penumpang dan juga maskapai dan para pelaku usaha yang mengandalkan jasa angkutan kargo lewat udara.

Apabila ini benar adanya maka pekerjaan rumah yang dimiliki oleh PT. Angkasa Pura Indonesia akan sangat berat mengingat masih belum sama nya standard layanan yang diterapkan oleh semua bandara, salah satu contohnya adalah fasilitas bandara untuk disabilitas baik peralatan maupun personnelnya.

Ada sebuah pernyataan dari Menteri BUMN yang menyebutkan bahwa penggabungan ini sebagai bentuk adaptif BUMN terhadap perkembangan jaman, apakah ini berarti semua bandara di Indonesia akan beradaptasi pula dengan perkembangan jaman dalam teknologi di bandara baik dari sisi keamanan, keselamatan dan kenyamanan, misalnya dengan menjadikan semua layanan di terminal "contactless dan touchless"?.

Juga dalam hal kelancaran lalu lintas orang di terminal khususnya poin poin dimana berpotensi terjadinya antrean panjang seperti check-in dan bag-drop, karena bandara tidak hanya mengenai keamanan, keselamatan dan kenyamanan tapi juga kelancaran.

Pada layanan kepada maskapai juga apakah di standarisasi misalnya pada ground handling, landing rights (fee) serta standarisasi harga avtur dan lainnya?.

Semua ini tidak hanya pekerjaan berat yang tidak hanya membutuhkan waktu yang lama (bertahap) tapi juga biaya yang tinggi karena berhubungan dengan teknologi.

**

Pada pemberitaan juga disebutkan bahwa bandara Soekarno-Hatta dan I Gusti Ngurah Rai akan di "spin-off" sehingga masing masing bandara akan dikelola oleh Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) terpisah (mandiri).

Walau masih dalam tahap kajian, berbagai pertimbangan ada baiknya dilakukan mengingat bandara I Gusti Ngurah Rai adalah pintu gerbang utama kepariwisataan kita via udara yang mempresentasikan wajah negeri serta tidak melupakan manfaat ekonominya yang sebaik baiknya untuk daerah Bali dan penduduknya serta negara sepenuhnya.

Bandara I Gustri Ngurah Rai bisa dikatakan sebagai satu satu nya bandara Internasional di dunia yang dapat ditutup secara total sehari penuh, sudah tentu ini erat kaitannya dengan Bali dan penduduknya.

Untuk lebih memudahkan dalam mengartikan penutupan tersebut adalah dari dampaknya terhadap maskapai yang melayani penerbagan berjadwal pada hari penutupan bandara.

Pesawat dari maskapai yang seharusnya melakukan penerbangan menjadi idle atau dengan kata lain tidak dapat diutilisasi pada hari tersebut, ini artinya maskapai tidak mendapatkan pendapatan. Maskapai perlu mengalihkan utilisasi pesawat yang seharusnya terbang ke Bali pada hari itu ke destinasi lain yang bisa berupa extra flight, nah apakah maskapai dapat menghasilkan pendapatan yang sama ?.

Namun bila tidak mengalihkan sama sekali maka pesawat tersebut tidak mendatangkan pendapatan dari utilisasi nya pada hari itu. Dampak inilah yang mungkin belum banyak dari kita yang melihatnya.

Inilah keunikkan dan keistimewaan, oleh karena itu, apabila memang akan dikelola oleh Badan Usaha terpisah atau mandiri maka akan lebih baik pula pihak dari lokal menjadi pemain utamanya atau setidaknya pemegang saham terbesar.

Apabila keterbatasan pada usaha fundrasing yang menjadi latar belakang utamanya, maka hal tersebut sebenarnya tidak harus berupa pemisahan tetapi bisa berupa pemberian otoritas yang lebih seperti pada pengelola beberapa kawasan atau pulau kita.

Pemisahan sepertinya juga memerlukan kordinasi dengan pihak Air Nav Indonesia sebagai badan yang bertanggung jawab terhadap navigasi udara di ruang udara kita,. Jika kita menengok ke belakang, kita bisa pastinya juga menyadari latar belakang pemisahan pengelolaan navigasi udara dengan kebandarudaraan.

Namun dari semua ini, apakah penggabungan ini akan membuat holding nya yaitu InJourney memberikan aviasi porsi yang sama dengan pariwisata sesuai dengan nama badan usaha nya yaitu PT. Aviasi dan Pariwisata Indonesia ?

Pertanyaan ini mungkin terdengar wajar dengan melihat aktivitas di situs resmi nya dimana tidak (belum) ada aktivitas yang berkaitan dengan aviasi.

Perhelatan yang dilakukan baru pada pariwisata saja, bagaimana dengan aviasi nya seperti Air Show atau bahkan Visit Indonesia Year misalnya yang berkaitan dengan aviasi dan pariwisata ?.

Dengan diadakannya Vist Indonesia Year, para maskapai khususnya Flag Carrier kita dapat memainkan perannya dalam mendatangkan sebanyak mungkin pelaku wisata sekaligus membuktikan kepada dunia bahwa maskapai kita dapat bersaing dengan maskapai lainnya terutama dalam hal pelayanan serta konektivitas antar bangsa.

Pameran Kedirgantaraan (Airshow) tidak saja mendatangkan pendapatan dari pendaftaraan para pelaku usaha aviasi tapi juga memberikan kesempatan kepada pelaku usaha aviasi dalam negeri untuk memamerkan hasil dan prestasi mereka kepada dunia.

Lomba balap tidak hanya pada boat dan motor saja, ada juga balap udara atau air race dengan kejuaraan dunia juga dimana Fdration Aronautique Internationale (FAI) sebagai induk organisasi kedirgantaraan dunia. Jika kita memiliki banyak destinasi wisata yang dapat menghasilkan devisa maka begitu pula ruang udara (airspace) kita.

Mudah mudah an pada masa mendatang semakin banyak event aviasi di Indonesia dan juga dengan penggabungan Angkasa Pura 1 dan 2 akan membuat bandara bandara kita semakin dapat memberikan pelayanan terbaiknya dan juga mengikuti jaman yang serba cepat.

Salam Aviasi.

Sumber dan Referensi :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun