Jika baterai pesawat hanya dapat menyimpan energi yang tidak banyak maka ini akan mempengaruhi daya jelajah pesawat yang merupakan tantangan keempat. Mungkin mudahnya adalah dengan melihat baterai sebagai tanki bahan bakar sedangkan energi nya adalah kapasitas tanko bahan bakar.
Keempat tantangan ini dalam perkembangan sepertinya semakin mendekatkan industri aviasi menuju aviasi berkelanjutan dengan dikembangkan pesawat listrik dengan kapasitas dan daya jelajah yang semakin jauh, dalam arti baterai yang tidak (terlalu) berat serta dapat menyimpan energi yang dibutuhkan.
Contohnya adalah pesawat ES-30 besutan Heart Aerospace asal Swedia yang bisa terbang sejauh 400 km dengan mengangkut 30 pax atau hingga 800 km dengan 25 pax.
Pesawat lainnya adalah pesawat yang tengah dikembangkan oleh Aura Aero berupa Electric Regional Aircraft (ERA) yang bisa memiliki daya jelajah hingga 1,000 mil atau sekitar 1,600 km.
Jika pada pesawat berbahan bakar fosil kita mengenal pesawat regional dengan mesin turboprop dan juga mesin jet atau yang kita kenal dengan sebutan Regional Jet (RJ) maka pada eletrik akan juga ada pesawat regional nya.
Dalam arti disini adalah pesawat listrik dalam perkembangannya terbang semakin jauh dari hanya di dalam kota sepeti pada konsep Advanced Air Mobility dengan salah satu jya penerbangan dalam kota (Urban Air Mobility) menjadi antar kota satu kawasan berjarak sedang yang pada penerbangan berbahan bakar fosil dikenal dengan penerbangan regional.
Artinya kelak bila pengembangan pesawat listrik terus berjalan maka pada masa mendatang mungkin akan lahir pesawat listrik yang tidak hanya dapat terbang antar pulau ataupun antar benua tapi juga dengan kapasitas yang semakin banyak seperti pada pesawat berbadan lebar pada pesawat berbahan bakar fosil.
Pertanyaannya kini adalah apakah para maskapai khususnya yang melayani penerbangan niaga berjadwal akan beralih ke SAF ataupun Hybrid-Electric jika ketersediaan keduanya telah ada ?
Jawabannya mungkin bisa iya, atau setidaknya bertahap, juga bisa dimulai dari maskapai yang melayani penerbangan niaga non berjadwal atau charter seperti yang dilakukan oleh sebuah maskapai charter yang memesan lebih dari 300 pesawat listrik dengan desain dan kapasitas yang berbeda beda dari tiga pabrikan pesawat listrik.
Namun sebenarnya, semuanya akan kembali ke operator dalam hal ini maskapai baik berjadwal maupun non berjadwal karena apa ?
Segala tantangan dapat dijawab oleh manusia layaknya pada SAF dan pesawat listrik yang dalam perkembangannya menjawab satu demi satu tantangan tersebut tapi untuk memulai menggunakannya adalah tergantung pada kesediaan (willingness) masing masing operator.