Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pesawat Listrik dalam Mengantarkan Industri Aviasi Menuju Keberlanjutan

23 Desember 2023   21:49 Diperbarui: 23 Desember 2023   21:55 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Author  : Flargo via Wikimedia Commons

Jalan menuju Aviasi yang berkelanjutan bagi industri aviasi tidaklah mudah dan singkat, walau demikian bukan berarti tidak ada progress menuju ke sana.

Beberapa langkah sudah dapat memberikan harapan baru bagi industri aviasi untuk menjadi industri hijau seperti Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang berasal dari bahan organik dan lainnya untuk menggantikan bahan bakar fosil.

Selaib dari SAF, terdapat pula langkah untuk menghijaukan langit biru yaitu dengan mengembangkan pesawat bertenaga listrik/baterai atau electric aircraft, namun pengembangannya pun disertai dengan berbagai tantangan.

Tantangan yang paling utama meliputi empat hal yaitu tenaga (power), berat (weight), energi (energy), dan range (daya jelajah), keempat tantangan inilah yang setidaknya belum terjawab secara maksimal walau dengan sudah tersedianya taksi udara dengan kendaraan yang kita kenal dengan eVTOL atau Electric Vertical Take Off and Landing.

Power atau tenaga sangat dibutuhkan oleh pesawat bersayap tetap untuk menghasilkan daya dorong (thrust) dan pesawat bersayap putar untuk menghasilkan daya angkat (lift), sedangkan ukuran power yang dibutuhkan bisa berbeda beda pada ukuran serta kapasitas pada masing masing pesawat.

Ini kemudian mengantarkan kita pada tantangan kedua yaitu berat (weight) karena semakin berat sebuah pesawat maka semakin besar tenaga yang dibutuhkan, terlebih pada pesawat berbadan lebar atau juga pada helikopter yang secara konsep mendapatkan daya angkat dengan melawan gaya gravitasi, yang artinya tenaga yang dibutuhkan harus lebih besar daripada gravitasi.

Namun faktor berat pada pesawat listrik jika berkaitan batas maksimum lepas landas pesawat atau Maximum Take Off Weight (MTOW) adalah tidak sama dengan pesawat berbahan bakar fosil, karena pada pesawat listrik power dihasilkan oleh baterai sedangkan pesawat berbahan bakar fosil dengan minyak dimana berat nya lebih ringan.

Tantangan ketiga yaitu energi. Untuk memahaminya dengan mudah adalah dengan melihat baterai pada smartphone kita dengan melihat berapa lama baterai itu dapat menghasilkan energi kepada smartphone kita, mungkin ada yang bisa bertahan sehsrian penuh namun ada pula yang hanya beberapa jam saja.

Dibutuhkan baterai yang dapat menyimpan energi untuk memberikan tenaga yang dibutuhkan oleh pesawat namun harus memperhatikan berat baterai tersebut karena akan mempengaruhi batas berat pesawat untuk take off.

Faktor baterai juga tidak hanya terletak pada daya energi nya saja tapi juga pada bagaimana energi itu didapat, apakah melalui pengisian di darat dengan cara mengisi layaknya pada baterai smartphone atau dengan solar ketika saat diudara.

Jika baterai pesawat hanya dapat menyimpan energi yang tidak banyak maka ini akan mempengaruhi daya jelajah pesawat yang merupakan tantangan keempat. Mungkin mudahnya adalah dengan melihat baterai sebagai tanki bahan bakar sedangkan energi nya adalah kapasitas tanko bahan bakar.

Keempat tantangan ini dalam perkembangan sepertinya semakin mendekatkan industri aviasi menuju aviasi berkelanjutan dengan dikembangkan pesawat listrik dengan kapasitas dan daya jelajah yang semakin jauh, dalam arti baterai yang tidak (terlalu) berat serta dapat menyimpan energi yang dibutuhkan.

Contohnya adalah pesawat ES-30 besutan Heart Aerospace asal Swedia yang bisa terbang sejauh 400 km dengan mengangkut 30 pax atau hingga 800 km dengan 25 pax.

Pesawat lainnya adalah pesawat yang tengah dikembangkan oleh Aura Aero berupa Electric Regional Aircraft (ERA) yang bisa memiliki daya jelajah hingga 1,000 mil atau sekitar 1,600 km.

Jika pada pesawat berbahan bakar fosil kita mengenal pesawat regional dengan mesin turboprop dan juga mesin jet atau yang kita kenal dengan sebutan Regional Jet (RJ) maka pada eletrik akan juga ada pesawat regional nya.

Dalam arti disini adalah pesawat listrik dalam perkembangannya terbang semakin jauh dari hanya di dalam kota sepeti pada konsep Advanced Air Mobility dengan salah satu jya penerbangan dalam kota (Urban Air Mobility) menjadi antar kota satu kawasan berjarak sedang yang pada penerbangan berbahan bakar fosil dikenal dengan penerbangan regional.

Artinya kelak bila pengembangan pesawat listrik terus berjalan maka pada masa mendatang mungkin akan lahir pesawat listrik yang tidak hanya dapat terbang antar pulau ataupun antar benua tapi juga dengan kapasitas yang semakin banyak seperti pada pesawat berbadan lebar pada pesawat berbahan bakar fosil.

Pertanyaannya kini adalah apakah para maskapai khususnya yang melayani penerbangan niaga berjadwal akan beralih ke SAF ataupun Hybrid-Electric jika ketersediaan keduanya telah ada ?

Jawabannya mungkin bisa iya, atau setidaknya bertahap, juga bisa dimulai dari maskapai yang melayani penerbangan niaga non berjadwal atau charter seperti yang dilakukan oleh sebuah maskapai charter yang memesan lebih dari 300 pesawat listrik dengan desain dan kapasitas yang berbeda beda dari tiga pabrikan pesawat listrik.

Namun sebenarnya, semuanya akan kembali ke operator dalam hal ini maskapai baik berjadwal maupun non berjadwal karena apa ?

Segala tantangan dapat dijawab oleh manusia layaknya pada SAF dan pesawat listrik yang dalam perkembangannya menjawab satu demi satu tantangan tersebut tapi untuk memulai menggunakannya adalah tergantung pada kesediaan (willingness) masing masing operator.

Apabila operator pesawat masih mengandalkan bahan bakar fosil karena disana juga mereka mendapatkan keuntungan maka selama itu mereka akan tidak tergugah untuk beralih hingga saatnya bahan bakar fosil sudah tidak lagi tersedia dan semua pesawat mereka tidak lagi dapat mengangkasa, yang artinya mereka kehilangan pendapatan dua sumber utamanya yaitu minyak dan penerbangan.

Salam Aviasi.

Referensi :

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun