Misalnya untuk melihat kesiapan pesawat --baik pesawat militer maupun sipil -- tidak hanya dengan melihat kelaikan terbang dari pesawat tapi juga kesiapan kru baik darat maupun udara, mereka lah yang membuat pengoperasian pesawat dapat berlangsung dengan lancar dengan selalu memprioritaskan keselamatan terbang.
Dari sisi aerodome, masih banyak lapangan terbang yang belum sepenuhnya memenuhi fasilitas yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan semaksimal mungkin misalnya landasan pacu yang masih berupa rumput.
Penerapan sistem hub and spoke memang mungkin dapat memeratakan harga tiket akan tetapi perlu diingat bahwa maskapai memilih bandara sebagai hub nya atas beberapa pertimbangan dimana salah satu nya adalah volume penumpang dan kargo dari dan ke bandara tersebut dengan daerah daerah lain selain dari lokasi dari bandara itu sendiri pastinya.
Kita juga tidak bisa kesampingkan akan kecenderungan pilihan dan preferensi para pelaku perjalanan yang ingin tiba di tujuan tanpa transit, pilihan dan preferensi ini pula yang melahirkan pesawat seperti Boeing B-787 dan Airbus A-350 yang membuat para pelaku perjalanan tidak perlu ke bandara hub ataupun primary airport lagi cukup dari secondary airport atau yang sebelumnya merupakan bandara spoke
Pemilihan jenis pesawat untuk penerbangan berjadwal selama ini memang atas dasar pertimbangan pihak operator (maskapai), tapi apakah pilihan mereka memang sesuai dengan kawasan di Indonesia, apakah pesawat bermesin jet akan selamanya efisien pada semua rute pendek daripada pesawat bermesin turboprop ?
Juga apakah pemilihan pesawat bermesin jet disesuaikan dengan kapasitas pada setiap rute yang dilayani, dalam arti bisa saja pesawat jet regional dengan kapasitas dibawah 150 pax lebih efisien daripada pesawat jet penumpang dengan kapasitas diatas 150 pax karena selalu memberikan tingkat keterisian kursi yang tinggi.
Tingkat keamanan pada lapangan terbang dan bandara juga belum sepenuhnya memiliki standar yang sama atau paling tidak menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan kawasan lokasi.
Penerbangan perintis yang sangat bermanfaat bagi para penduduk di daerah pelosok masih mengalami gangguan keamanan yang dapat berimbas pada kelancaran distribusi kebutuhan pokok kehidupan mereka.
Keamanan para kru pesawat dan darat di lapangan terbang dimana penerbangan perintis tersedia juga perlu lebih diperhatikan agar tidak ada lagi kasus penyanderaan kru pesawat.
Penerbangan kargo juga perlu menjadi perhatian karena tidak selamanya kita menggantungkan ketersediaan daya angkut kargo kita dari semua pesawat penumpang dan kargo (airliner) saja tetapi juga dari pesawat kargo (freighter), dalam artian kapasitas dunia penerbangan kita tidak hanya sebatas pada penumpang tapi juga kargo.
Pemerataan harga barang barang di seluruh daerah di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana faktor transportasi termasuk salah satunya, apabila ketersediaa. atau kapasitas angkut kita kelak tidak cukup untuk mengangkut semua permintaan maka hukum pasar pun akan berlaku sama dengan pada penumpang dimana harga angkut akan meningkat.