Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Inikah Alasan Pemilihan Pesawat F-15 ID oleh Indonesia ?

2 Desember 2023   09:08 Diperbarui: 4 Desember 2023   21:45 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat F-15 ( sumber gambar: USAF | www.af.mil)

Indonesia dikabarkan telah melakukan finalisasi pemesanan 24 pesawat Boeing F-15EX untuk memperkuat armada tempur udara TNI khususnya TNI AU.

Pesawat F-15EX ini merupakan generasi keempat dari pesawat F-15 dimana generasi pertama adalah F-15 A/B, generasi kedua F-15 C/D Eagle, kemudian generasi ketiga F-15E Strike Eagle.

Mungkin ada yang bertanya mengapa Indonesia tidak membeli pesawat Lockheed Martin F-16V dengan dasar bahwa kita tidak perlu melatih para penerbang tempur kita dengan environment yang baru seperti pada pesawat F-15EX (Strike Eagle II) ini ?

Pertanyaan lainnya yang mungkin juga timbul adalah mengapa dahulu Indonesia memilih pesawat F-16 dan bukannya F-15 ?

Apa mungkin karena pesawat F-16 dahulu dinilai lebih sesuai dengan kebutuhan yang dapat melakukan serangan udara dan ke darat, sedangkan F-15 A/B dan C/D masih berfokus kepada misi penyerangan udara (air superiorty strike) dan baru pada versi F-15E nya dapat melakukan penyerangan udara dan darat (multi role) ?.

Jawabannya bisa jadi hanya pihak TNI khususnya TNI-AU yang mengetahuinya, akan tetapi tidak ada salahnya jika kita sebagai orang awam mencoba untuk menjawabnya.

Pada dasarnya pengadaan pesawat tempur bagi sebuah negara adalah untuk menjaga kedaulatan negara khususnya kedaulatan udara sehingga sudah tentu pemilihan jenis dan spesifikasi nya akan disesuaikan dengan kebutuhan serta jenis ancaman yang dihadapi.

Untuk menghadapi ancaman sudah tentu diperlukan pesawat tenpur yang dapat mengimbangi ancaman tersebut terutama ketika ancaman tersebut juga berupa pesawat tempur.

Ilustrasinya seperti ini, ketika ada pesawat tempur terdeteksi masuk ke wilayah udara kita maka diperlukan antisipasi agar pesawat tersebut tidak masuk lebih dalam lagi ke wilayah kita, untuk itu pesawat tempur kita perlu dapat mencegat sedini mungkin -- dan untuk keperluan ini kecepatan pesawat menjadi salah satu pertimbangan.

Jika kita melihat keberadaan Indonesia di persimpangan Kawasan Asia dan Pasifik maka ancaman dapat berasal dari berbagai penjuru atau beberapa negara, akan tetapi mari kita melihat ancaman dari sebelah selatan dimana batas negara kita dengan Australa adalah berupa lautan dan ruang udara.

Pada saat pengadaan pesawat F-16 oleh Indonesia pada tahun 1989, Australia memiliki pesawat tempur McDonnell Douglas F/A-18 Hornet yang mulai dioperasikan pada tahun 1984 dan F-111 Aardvark yang masuk ke kekuatan mereka pada awal tahun 1970 an.

Kedua pesawat ini ,  F 16 dan F/A 18 dapat dikatakan sama sama lahir dari program Lightweight Fighter (LWF) yang diadakan oleh Angkatan Udara Amerika dimana terdapat dua desain yang ikut pada kompetisi ini yaitu General Dynamics dengan YF-16 dan Northrop dengan YF-17 sehingga dapat dikatakan bahwa untuk mengimbangi F/A-18 Hornet, pesawat F-16 memang tepat.

Namun akhirnya YF-16 menjadi pemenangnya dan kemudian diproduksi menjadi F 16 Fighting Falcon, sedangkan pesawat YF-17 yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari pesawat F-5 dengan perpanjangan badan pesawatnya, kemudian dikembangkan kembali oleh McDonnell Douglas dan Northrop untuk keperluan program Angkatan Laut Amerika yaitu Naval Fighter-Attack Experimental (VFAX).

Selanjutnya pesawat ini diproduksi oleh dua pabrikan yaitu McDonnell Douglas untuk versi Angkatan Laut Amerika (carrier-based), sedangkan Northrop memproduksi untuk Land-based nya serta versi ekspor nya.

Sedangkan pesawat General Dynamics F-111 menurut penulis lahir atas dasar keputusan bukan atas dasar kebutuhan dari matra militer Amerika, dalam hal ini Angkatan Laut dan Angkatan Udara Amerika, keputusan tersebut bertujuan agar satu pesawat dapat memenuhi AU dan AL Amerika.

Walaupun pada akhirnya AL Amerika tidak mengoperasikannya dan lebih memilih F-14, Tomcat, akan tetapi pesawat F-111 ini menjadi tulang punggung kekuatan udara Amerika selama perang dingin sebelum dipensiunkan dan digantikan dengan pesawat McDonnell Douglas F-15E Strike Eagle.

Australia juga kemudian mengganti armada F/A-18 Hornet dengan versi terbaru nya yaitu F/A-18 Super Hornet pada tahun 2012 sedangkan untuk mengganti F-111 Aardvark, RAAF membeli pesawat LM F-35.

Apakah ada kaitannya dengan kekuatan armada tempur udara Indonesia terutama pada Sukhoi SU-27/30, terlebih dalam beberapa latihan bersama terlihat pesawat Sukhoi SU-27/30 kita lebih unggul dari F/A-18 ?

Mungkin saja jawabannya  iya namun keadaan ini serupa dengan yang dihadapi Indonesia dengan kehadiran F-35 pada kekuatan udara Australia (RAAF).

Pesawat F-35, bukanlah pesawat tempur ringan sehingga diperlukan pesawat yang berkapasitas seimbang dalam persenjataan serta kemamupuan dan kapabilitas pesawat pastinya -- dan Boeing (Mcdonnell Douglas) F-15 EX adalah jawaban yang dipilih oleh Indonesia.

Baik pesawat F-16V maupun F/A-18 Super Hornet adalah pesawat dengan penerapan teknologi terkini akan tetapi pada konteks pemilihan pesawat tempur bagi sebuah kekuatan udara sepertinya tidak hanya berdasarkan penerapan teknologi pada pesawat tempur, juga bukan karena berkaitan dengan tidak perlunya pengenalan dan pelatihan para pilot nya, akan tetapi berdasarkan beberapa pertimbangan dimana salah satunya adalah bertujuan untuk mengimbangi kekuatan udara dari negara lain yang mungkin dianggap bisa menjadi ancaman.

Peningkatan kapabilitas pada pesawat tempur bisa juga menjadi pertimbangan, hal ini dapat dilihat dari ketika Indonesia lebih memilih pesawat F-16 yang multi role sedangkan F-15 ketika itu belum multi role hingga pada perkembangan nya terjadi peningkatan kapabilitas pada pesawat F-15 EX yang sudah multi role dan kemudian dipilih oleh Indonesia

Satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa pesawat F-15 sudah terbukti ampuh pada pertempuran dengan memegang kill ratio 105:0 dimana sudah 105 pesawat yang dilumpuhkan pesawat F-15 tanpa ada satu pun pesawat F-15 yang tertembak.

Sedangkan pesawat LM F-35 sepertinya belum terbukti keampuhan nya di pertempuran dikarenakan belum pernah dilibatkan dalam sebuah pertempuran sejak diproduksi, selain itu juga dalam perkembangannya terdapat berbagai masalah termasuk adanya pergantian mesin.

Selamat datang F-15 EX (F-15 ID) di langit nusantara dan semoga sukses kepada para penerbang tempur TNi AU dalam menjaga kedaulatan NKRI di udara dengan pesawat F-15 ID nya.

Bravo Swa Bhuwana Paksa !.

Salam Aviasi Militer.

Referensi :

https://tekno.kompas.com/read/2023/08/22/10000097/indonesia-teken-mou-pembelian-24-pesawat-tempur-f-15ex

https://www.af.mil/About-Us/Fact-Sheets/Display/Article/104501/f-15-eagle/

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Northrop_YF-17

https://nationalinterest.org/blog/reboot/why-did-us-air-force-dump-f-111-aardvark-f-15-187428

https://en.m.wikipedia.org/wiki/General_Dynamics_F-111_Aardvark

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Lightweight_Fighter_program

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun