Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Benarkah Jepang Gagal dalam Pengembangan Pesawat?

21 November 2023   20:44 Diperbarui: 22 November 2023   20:35 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar belakang kelahiran pesawat ini adalah adanya keinginan dari Pemerintah Jepang untuk membangun pesawat penumpang dan kargo (airliner) untuk menggantikan pesawat Douglas DC-3 yang melayani penerbangan jarak pendek pada rute domestik nya.

Beberapa pihak berpendapat bahwa penyebab dari redupnya industri pesawat di Jepang adalah karena syarat syarat yang harus Jepang turuti saat penandatangan "the surrender of Japan" dimana terdapat batasan bagi Jepang untuk membangun industri nya seperti kapal laut perang dan pesawat.

Sekilas mungkin ada benarnya dengan sedikitnya--bahkan nyaris tidak ada-- pesawat penumpang dan kargo yang benar benar merupakan hasil buatan dalam negeri Jepang.

Konsekuensi dari keadaan ini menyebabkan para pabrikan pesawat dan engineer penerbangan Jepang tertinggal dalam teknologi di bidang pesawat dan terlebih saat pengalihan dari pesawat bermesin baling baling ke mesin jet.

Namun pembatalan dari pengembangan pesawat Regional Jet mereka atau tepatnya bernama Mitsubishi Regional Jet (Space Jet) sepertinya kurang pas bila dikatakan penyebabnya adalah batasan pengembangan industri tersebut diatas, karena pesawat regional jet bukanlah pesawat dengan ukuran besar dan tidak pula pesawat dengan kemampuan di pertempuran.

Tekad negara matahari terbit untuk membangun pesawat sendiri sepertinya mulai terlihat pada tahun 2003 pemerintah menggelontorkan dana sebesar USD 420 juta untuk sebuah studi pengembangan pesawat airliner Jet untuk penerbangan regional nya.

Tekad ini setidaknya juga bisa menjadi penantang dari pesawat satu kelas seperti Sukhoi Super Jet 100 dan Comac ARJ-21 asal Tiongkok.

Pemerintah Jepang menunjuk Mitsubishi Heavy Industry (MHI) untuk memimpin studi ini selama lima tahun. Pada tahun 2008 pihak MHI memulai project pengembangan pesawat penumpang regional dengan nama Mitsubishi Regional Jet (MRJ) dengan juga mendirikan Mitsubishi Aircraft Company (MITAC) yang terdiri dari beberapa pemegang saham termasuk Toyota Motor Corporation, Mitsubishi Corporation, Sumitomo Corporation dan Development Bank of Japan, dengan MHI tetap menjadi pemegang saham terbesarnya.

Pesawat yang selesai dan keluar dari fasilitas pabriknya yaitu MRJ 90 pada tanggal 18 Oktober 2014, pesawat ini berkapasitas 86-96 orang sedangkan model satunya lagi adalah MRJ 70 dengan kapasitas 70-80 pax.

Pesawat (prototipe) MRJ 90 kemudian terbang pertama kali pada tanggal 11 November 2015 namun sebulan berikutnya Mitsubishi mengumumkan adanya keterlambatan penyerahaan pesawat kepada pemesan pesawat pertama, awalnya penyerahan pesawat kepada pemesan pertama yaitu maskapai ANA Airlines akan dilakukan pada triwulan kedua tahun 2017 namun mundur ke pertengahan tahun 2018.

Dilansir dari NIKKEI Asia, keterlambatan ini disebabkan adanya upgrade dan pembenahan pada bagian sayap dan roda pendaratan untuk tetap memprioritaskan keselamatan penerbangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun