Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) akan segera memiliki bandara umum tepatnya di desa Kiantar, Poto Tano dengan rencana panjang landasan pacu 2,100 m.
Bandara ini -- seperti bandara pada umumnya -- akan meningkatkan laju perputaran roda perekonomian daerah KSB di segala bidang termasuk pariwisata mengingat KSB memiliki cukup banyak destinasi wisata termasuk Sekongkang yang menurut penulis merupakan "pabriknya" pantai berpasir putih.
Terdapat pula kawasan Gili Balu yang merupakan gugusan 8 pulau termasuk pulau Kenawa yang sudah cukup terkenal dikalangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara serta pantai Jelenga yang terkenal dikalangan peselancar dunia dengan scar reef nya.
Pembangunan bandara ini setidaknya memudahkan akses dari dan ke Sumbawa Barat yang sebelumnya mengandalkan kapal cepat dan kapal feri untuk menghubungkan lewat laut serta bandara di Sumbawa Besar yang jaraknya cukup jauh atau sekitar 3 jam an dengan kendaraan.
Namun jika kita melihat jaraknya yang tidak begitu jauh dengan bandara LOP di Praya, Lombok, apakah feasible bagi penyedia transportasi udara, karena sesaat kita lepas landas dari bandara LOP kita sudah dapat melihat garis pantai di ujung timur Pulau Lombok sudah dekat dan itu menandakan juga jaraknya tidak jauh juga dengan Poto Tano yang merupakan ujung barat Pulau Sumbawa.
Singkatnya, pesawat mungkin belum mencapai ketinggian jelajah (cruising altitude) tapi sudah harus bersiap melakukan approach dan landing dan jika dalam konteks konsumsi bahan bakar sudah tentu jauh dari ekonomis dimana akan memengaruhi harga tiket yang ditetapkan maskapai untuk menutupi biaya bahan bakar yang merupakan komponen terbesar dari pengoperasian pesawat baik yang dengan baling baling maupun dengan jet.
Jika penerbangan dari lainnya diluar LOP misalnya DPS atau SUB dan CGK mungkin akan lebih feasible, namun layaknya membangun sebuah bandara tentunya perlu masukkan dari para penyedia transportasi udara serta dengan usaha usaha dari berbagai pihak di daerah tersebut seperti pemasaran untuk pariwisatanya dan lainnya.
Jika kita melihat ke belakang, kabupaten Sumbawa Barat sebelumnya telah memiliki airstrip tepatnya di Sekongkang yang dikelola oleh pemilik resor terkenal yang notabene ibunda dari salah seorang aktor terkenal kita namun keberlangsungannya tidak lama dimana salah satu penyebabnya kurang gencarnya promosi wisata yang dilakukan selain dari hal hal lain.
Perluasan bandara Sekongkang dahulu juga sulit dilakukan karena beberapa hal dan yang terutama yang berkaitan dengan halangan atau obstacles di kawasan sekitar bandara Sekongkang tersebut serta perlunya bandara memiliki Sertifikat Operasi Bandara (SOB) dari Kementrian Perhubungan dimana ada beberapa persyaratan yang mungkin agak sulit untuk dipenuhi ketika itu.
Kembali ke bandara Kiantar.
Belajar dari bandara Sekongkang, ada baiknya jika para pemegang kebijakan lebih mempersiapkan diri dalam segala hal agar pemanfaatan bandara ini kelak dapat benar benar sesuai dengan harapan.
Bandara memerlukan maskapai yang sudah tentu memiliki pertimbangan sendiri dalam menentukan pembukaan rute seperti volume dari penumpang yang diangkutnya atau disebut dengan Air Passenger Traffic yang mencakup dua metrics yaitu Revenue Passenger (RP) dan Revenue Passenger Kilometer (RPK).
Revenue passenger mengindikasikan jumlah kursi yang terjual kepada penumpang yang membeli tiket dalam sekali penerbangan, kursi yang ditempati oleh yang tidak membeli tiket seperti staf maskapai dan lainnya tidak dihitung.
Sedangkan RPK menghitung pendapatan dari penumpang berdasarkan berapa kilometer dalam sekali penerbangan, semakin tinggi metrics ini semakin profitable (feasible) sebuah rute penerbangan.
Dengan mengingat dekatnya bandara Kiantar dengan bandara LOP, apakah hasil perhitungan metrics tersebut akan memberikan lampu hijau kepada maskapai yang akan melayani penerbangan ?
Ini hanya dua metrics dari sekian metrics yang digunakan oleh maskapai sebagai pertimbangan sebelum membuka rute penerbangan, harapannya semua metrics yang digunakan sebagai pertimbangan oleh maskapai berupa lampu hijau.
Bagaimana dengan subsidi jika hasilnya berupa lampu kuning dan bahkan lampu merah ?
Subsidi penerbangan sebaiknya dikurangi dan bahkan ditiadakan, ada baiknya subsidi diberikan pada rute rute penerbangan perintis ke pelosok dan daerah terluar.
Selain itu adakalanya terjadi kendala teknis dalam penyaluran subsidi dari pemberi ke penerima yang sudah tentu akan menganggu kelancaran dari penerbangan oleh maskapai sebagai penerima subsidi.
Selain itu, sumber daya manusia pada bandara juga perlu disiapakan agar dapat memberikan pelayanan secara profesional terutama jika bandara Kiantar merupakan bandara internasional, juga sumber daya dibidang lain termasuk pariwisatanya.
Oleh karena itu, tidak hanya diperlukan rencana matang dalam hal pembangunan fisik bandara ini tapi juga pada pemanfataan dan keberlangsungannya kelak, jangan sampai bandara sudah siap beroperasi tapi penerbangan hanya berlangsung beberapa waktu saja.
Bandara merupakan pintu gerbang sebuah daerah yang berarti siapapun yang ingin berkunjung kesana sudah mengetahui apa yang ditawarkan oleh daerah tersebut namun bila tidak banyak yang mengetahuinya atau ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan harapan pengunjung, maka semegah apapun pintu gerbangnya akan sia sia nantinya.
Mudah mudah an Bandara Kiantar dapat menjadi pintu gerbang dari segala potensi yang dimiliki oleh KSB termasuk pariwisata, harapannya kepada pemegang kebijakan di KSB agar lebih mempersiapkan segala sesuatunya karena membangun bandara bukan sekadar membangun terminal dan landasan pacu belaka tapi juga pelayanan baik kepada pelaku usaha transportasi udara maupun pelaku perjalanan dan lainnya.
Salam Aviasi.
Sumber dan Referensi :
- regional.kompas.com/read/2022/11/21/102219678/bandara-kiantar-di-sumbawa-barat-segera-dibangun?
- mataram.antaranews.com/berita/24525/perjuangan-panjang-menghidupkan-kembali-bandara-sekongkang
- airtransportmanagement.org/content/4-air-transport-metrics/air-passenger-volumes-rp-rpk/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H