Bagi penumpang tidak ada salahnya memang untuk tetap berada di kursi dan mengikatkan dengan seat belt jika memang tidak ada desakan untuk meinggallkan kursi selama penerbangan, namun tidak hanya penumpang yang bisa terkena dampak turbulensi tetapi juga kru kabin yang ketika turbulensi tengah melayani para penumpang.
Turbulensi terutama CAT dapat terjadi karena pada dasarnya jet stream menghasilkan wind shear secara horizontal pada ujung nya yang dikarenakan oleh kecepatannya dan juga keadaan suhu udara disekitarnya.
Namun mungkin belum banyak dari kita yang mengetahui bahwa jet stream mulai diidentifikasi secara jelas pada letusan gunung Krakatau pada tahun 1883 atau lebih tepatnya efek letusannya yang bahkan berlangsung beberapa tahun setelah letusan.
Letusan Krakatau tercatat sebagai letusan terdahsyat dalam sejarah dan menewaskan.lebih dari 36,000 jiwa namun dibalik keganasan letusan Krakatau juga membuat pemandangan di langit dan fenomena alam lainnya berbeda seperti warna bulan yang menjadi biru dan terkadang hijau hingga warna langit saat matahari terbenam serta teridentifikasinya keberadaan dari jet stream.
Abu dari letusan Krakatau yang menyelimuti langit dunia saat letusan akhirnya berjatuhan ke permukaan bumi dan berganti menyelimuti apa saja yang ada di daratan dan perairan mulai dari kapal kapal, alat transportasi darat hingga bangunan bangunan.
Akan tetapi beberapa partikelnya tetap diangkasa terbawa oleh angin, terbawanya partikel oleh angin inilah yang kemudian menampakan angin yang sebelumnya belum diidentifikasi yang kini dikenal dengan jet stream.
Beberapa seniman di Eropa mengabadikan pemandangan langit yang menakjubkan ini melalui lukisan lukisannya, bahkan ada yang melukisnya dalam setiap 10 menit, karya karya seniman ini kemudian menjadi awal perkenalan antara penghuni bumi dengan jet stream.
Salah satu lukisan yang dinilai memiliki akurasi yang tinggi akan pengindentifikasi jet stream ini adalah "The Scream" karya Edvard Munch pada tahun 1839 yang melukis langit diatas kota Oslo dimana pada lukisannya terlihat adanya sekumpulan awan yang mengalir secara horizontal di angkasa.
Tidak mengherankan jika para seniman ini kemudian disebut oleh beberapa pihak sebagai kamera manusia atau human camera, karena walau belum ada kamera secanggih masa kini namun mereka tetap dapat menggambarkan apa yang terjadi ketika itu sesuai dengan kenyataan.
Seorang penulis yaitu Bishop S.E dalam karyanya yang dipublikasikan tanggal 29 Januari 1885 menyebutkan bahwa beberapa orang dan pengamat cuaca ketika itu menyebut fenomena alam dengan equatorial smoke stream.
Jet stream memang merupakan fenomena alam yang memberi manfaat terutama bagi penerbangan akan tetapi seiring dengan pertumbuhan dunia penerbangan dan juga aktivitas penduduk bumi, suhu udara bumi pun meningkat dimana penyebabnya adalah emisi karbondioksida.