Beberapa pengamat dan organisasi pada industri penerbangan dari berbagai negara telah memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi pasar aviasi terbesar keempat didunia dibawah India, Tiongkok dan Amerika
Prediksi ini bukanlah bualan belaka akan tetapi bisa terwujud, sama halnya dengan prediksi para pengamat yang sebelumnya memprediksi India akan menjadi pasar aviasi terbesar ketiga didunia yang kini terwujud dan bahkan diprediksi pula India akan menempati urutan pertama menggeser Tiongkok dan Amerika
Pada studinya yang dipublikasikan pada Juni 2023 yang lalu, pihak Airbus menyatakan bahwa akan terdapat sebanyak 685 juta orang yang akan melakukan perjalanan udara pada tahun 2042, jumlah ini merupakan lonjakan yang sangat fantasis jika dibandingkan jumlah pada tahun 2019 yakni sebesar 165 juta orang.
Antisipasi pun telah dilakukan oleh Airbus dari jauh jauh hari dan berbuah manis dengan pemesanan 500 unit pesawat keluarga A 320 oleh salah satu maskapai terbesar di India, Airbus bahkan berhasil melebarkan perbedaan penjualan pesawat dari lawan sengitnya yaitu Boeing.
Apabila prediksi terhadap Indonesia ini memang akan terwujud, apa artinya bagi Indonesia khususnya perekonomiannya dan apa yang kita bisa persiapkan dari sekarang ?
Pertama, jumlah pesawat dari semua maskapai akan meningkat, sama dengan apa yang terlihat di India namun jumlah pastinya mungkin harus menunggu hingga saatnya tiba, namun sebagai informasi, menurut situs statista jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia adalah sebanyak 1,103 unit pada tahun 2022, terjadi pengurangan sebesar 30% dari tahun tahun sebelumnya.
Penurunan ini bisa disebabkan karena adanya maskapai yang mempensiunkan pesawatnya dengan tanpa pengganti atau masih menunggu kedatangan penggantinya, sebab lain adalah ada beberapa pesawat yang dikembalikan ke pihak leasing selama pandemi.
Peningkatan jumlah pesawat berarti terciptanya lapangan pekerjaan.baru di industri aviasi mulai dari pilot, kru kabin hingga pada operasional dan perawatan pesawat.
Ini berarti ada baiknya jika kita juga mulai mencetak pilot pilot untuk mengisi kokpit pada pesawat yang maskapai miliki apabila kita ingin memaksimalkan sumber daya manusia kita sendiri dalam dunia penerbangan.
Kedua, booming pada penerbangan domestik yang berdampak pada industri lainnya pada perekonomian Indonesia seperti perdagangan melalui penerbangan kargo sehingga dapat menekan harga dari barang barang khususnya barang kebutuhan sehari hari.
Pada industri pariwisata akan semakin banyak wisatawan nusantara dan orang asing di Indonesia (expat) yang melakukan wisata dengan banyaknya.pilihan penerbangan ke berbagai destinasi wisata.
Semua ini disebabkan karena banyaknya jumlah pesawat yang menambah frekuensi serta rute penerbangan, dengan kata lain bahwa rute rute penerbangan baik yang sebelumnya tak terlayani (unserved routes) maupun yang belum banyak frekuensinya (underserved routes) sudah terlayani dengan maksimal..
Peningkatan jumlah pesawat oleh maskapai terutama yang sudah beroperasi sangat bergantung pada kemampuan maskapai terutama.keuangannya karena harga per unit pesawat terutama yang baru tidaklah murah.
Bagaimana jika maskapai yang sudah beroperasi tersebut tidak dapat menambah jumlah pesawat sesuai dengan kebutuhan pasar ?
Dampaknya sudah pasti akan ke harga tiket pesawat karena kurangnya pasokan kursi pesawat untuk mememuhi permintaan dari pelaku perjalanan udara, begitu pula pada biaya untuk kargonya.
Bagaimana dengan duopoli ataupun oligopoli, apakah juga bisa menyebabkan pertumbuhan pasar aviasi tidak maksimal dengan adanya pengaturan harga tiket oleh para penyedia jasa transportasi udara ?
Australia-Indonesia Center (AIC) yang merupakan kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan Australia dalam analisisnya membandingkan industri aviasi di negara negara tetangga Indonesia dimana juga hanya ada beberapa maskapai yang beroperasi di setiap negara tersebut.
Sehingga mungkin duopoli ataupun oligopoli.sudah menjadi hal yang lumrah di berbagai negara, hanya saja penerapan dan peningkatan harga tiket pesawat bisa bervariasi disetiap negara.
Pihak AIC membandingkan tiket pesawat untuk jarak penerbangan yang sama di Indonesia, Thailand dan Australia, hasilnya adalah harga tiket pesawat di Indonesia lebih mahal dari dua negara lainnya. Harga tiket pada Flag carrier di Indonesia sekitar 39% lebih mahal dari flag carrier di Thailand dan 29% lebih mahal dari flag carrier Australia.
Pada tahun 2017, Â pihak Online Travel Agency, kiwi.com menyebut Indonesia sebagai negara keenam didunia dengan harga tiket pesawat yang murah, ketika itu harga per 100 km nya hanya pada harga USD 6.49 namun harga ini dinaikkan menjadi USD 10.55 oleh perusahaan Low Cost Carrier terbesar dan USD 16.89 oleh perusahaan Full Service Carrier milik pemerintah.
Harga yang tinggi ditengah booming jumlah pelaku perjalanan tidak hanya akan menguntungkan pihak korporasi penyedia jasa penerbangan tapi juga membuat jumlah pelaku perjalanan tidak maksimal dari yang seharusnya.
Sehingga perlu adanya win-win solution agar kita dapat memaksimalkan manfaat dari pertumbuhan pasar aviasi Indonesia jika kelak benar menjadi pasar terbesar keempat didunia, misalnya pajak pertambahan nilai pada avtur yang kerap dijadikan latarbelakang tingginya harga tiket pesawat perlu di evaluasi kembali apabila memang benar menjadi penyebabnya.
Solusi lainnya adalah membuka kemungkinan lahirlah maskapai baru yang dalam arti pemain baru yang tidak berkaitan dengan pemain lama, dengan begitu harga tiket dapat terkoreksi atau sesuai dengan keadaan pasar (bebas/free market), disaat yang sama juga menekan dampak dari duopoli ataupun oligopoli
Akan tetapi dampak dari posisi Indonesia sebagai pasar aviasi terbesar keempat didunia jauh lebih besar bagi perekonomian Indonesia secara menyeluruh daripada mempertahankan dampak dari duopoli ataupun oligopoli pada industri aviasi di Indonesia.
Namun memang untuk memulai usaha penerbangan tidaklah rendah modal selain juga serangkaian proses perizinan dan sertifikasi oleh pihak regulator yang dalam hal ini adalah DGCA Indonesia (DJPU pada kementrian perhubungan)
Indonesia sebagai negara kepulauan sangat mengandalkan transportasi laut dan udara dalam hal konektivitas antar pulau baik untuk orang maupun barang, kelancaran mobilitas orang dalam melakukan perjalanan serta kelancaran distrubusi barang kebutuhan adalah salah satu indikasi lancarnya laju perputaran roda perekonomian.
Penyedia jasa penerbangan akan menjadi garda terdepan dengan menyediakan rute dan frekuensi penerbangan, namun bila dampak dari duopoli ataupun oligopoli tidak dapat ditekan maka manfaat tersebut dapat.tidak maksimal.
Untuk menyesuaikan harga tiket pesawat diperlukan penambahan kursi yang dapat berarti penambahan pesawat, namun ketika maskapai yang sudah beroperasi tidak dapat menambahnya, apakah kita tetap akan mempertahankan harga tiket yang tinggi dan menutup pintu kepada maskapai baru ?
Bagaimana kita dapat memaksimalkan manfaat dari booming penerbangan kita kelak ? mungkin kita perlu melihat India dengan segala langkahnya, tidak hanya menambah jumlah pesawatnya saja tapi juga bandaranya.
Mari kita mempersiapkan diri sebagai pasar aviasi keempat terbesar didunia dengan penglihatan 20/20 serta depth perception agar kita semua dapat melihat dengan jelas apa dampaknya serta menyadari seberapa dekat booming penerbangan itu dari posisi kita saat ini serta dari 100 tahun Indonesia pada tahun 2045 nanti.
Jangan sampai karena keberpihakan kita kepada sesuatu atau pihak yang sebenarnya justru dapat menjadi penghambat kemajuan dunia penerbangan kita dan membuat kita tidak dapat memakimalkan manfaat dari momentum yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu pasar aviasi terbesar di dunia.
Salam Aviasi
Referensi :
- trade.gov/country-commercial-guides/indonesia-aviation
- australiaindonesiacentre.org/trade/indonesias-domestic-flight-industry-the-impact-of-a-duopoly/
- statista.com/statistics/977093/indonesia-operated-aircrafts/
- financialexpress.com/business/airlines-aviation-airbus-widens-distance-with-boeing-in-india-3134630/
- goindigo.in/press-releases/indigo-orders-500-airbus-a320-family-aircraft.html