Pada industri pariwisata akan semakin banyak wisatawan nusantara dan orang asing di Indonesia (expat) yang melakukan wisata dengan banyaknya.pilihan penerbangan ke berbagai destinasi wisata.
Semua ini disebabkan karena banyaknya jumlah pesawat yang menambah frekuensi serta rute penerbangan, dengan kata lain bahwa rute rute penerbangan baik yang sebelumnya tak terlayani (unserved routes) maupun yang belum banyak frekuensinya (underserved routes) sudah terlayani dengan maksimal..
Peningkatan jumlah pesawat oleh maskapai terutama yang sudah beroperasi sangat bergantung pada kemampuan maskapai terutama.keuangannya karena harga per unit pesawat terutama yang baru tidaklah murah.
Bagaimana jika maskapai yang sudah beroperasi tersebut tidak dapat menambah jumlah pesawat sesuai dengan kebutuhan pasar ?
Dampaknya sudah pasti akan ke harga tiket pesawat karena kurangnya pasokan kursi pesawat untuk mememuhi permintaan dari pelaku perjalanan udara, begitu pula pada biaya untuk kargonya.
Bagaimana dengan duopoli ataupun oligopoli, apakah juga bisa menyebabkan pertumbuhan pasar aviasi tidak maksimal dengan adanya pengaturan harga tiket oleh para penyedia jasa transportasi udara ?
Australia-Indonesia Center (AIC) yang merupakan kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan Australia dalam analisisnya membandingkan industri aviasi di negara negara tetangga Indonesia dimana juga hanya ada beberapa maskapai yang beroperasi di setiap negara tersebut.
Sehingga mungkin duopoli ataupun oligopoli.sudah menjadi hal yang lumrah di berbagai negara, hanya saja penerapan dan peningkatan harga tiket pesawat bisa bervariasi disetiap negara.
Pihak AIC membandingkan tiket pesawat untuk jarak penerbangan yang sama di Indonesia, Thailand dan Australia, hasilnya adalah harga tiket pesawat di Indonesia lebih mahal dari dua negara lainnya. Harga tiket pada Flag carrier di Indonesia sekitar 39% lebih mahal dari flag carrier di Thailand dan 29% lebih mahal dari flag carrier Australia.
Pada tahun 2017, Â pihak Online Travel Agency, kiwi.com menyebut Indonesia sebagai negara keenam didunia dengan harga tiket pesawat yang murah, ketika itu harga per 100 km nya hanya pada harga USD 6.49 namun harga ini dinaikkan menjadi USD 10.55 oleh perusahaan Low Cost Carrier terbesar dan USD 16.89 oleh perusahaan Full Service Carrier milik pemerintah.
Harga yang tinggi ditengah booming jumlah pelaku perjalanan tidak hanya akan menguntungkan pihak korporasi penyedia jasa penerbangan tapi juga membuat jumlah pelaku perjalanan tidak maksimal dari yang seharusnya.