Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Antara Normal dan Reaktivasi pada Industri Aviasi

10 Agustus 2023   06:08 Diperbarui: 10 Agustus 2023   07:57 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:needpix.com

Ada beberapa faktor yang bisa menjadi latarbelakangnya seperti misalnya fenomena "revenge travel" dari para pelaku perjalanan dan wisata pasca pandemi.

Fenomena ini dipicu karena keinginan akan melakukan perjalanan dan wisata dari para pelakunya setelah sekian lama tidak bisa melakukannya, sehingga meskipun harga tiket pesawat ada yang masih tinggi, hal tersebut tidak menjadi penghalang.

Kenaikkan jumlah pelaku perjalanan antara maskapai dan bandara bisa berbeda latarbelakangnya, hal ini karena ada kemungkinan kenaikkan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.

Kemungkinan yang terjadi misalnya adanya penambahan maskapai yang melayani rute ke bandara tersebut serta adanya penambahan frekuensi ataupun perubahan jenis pesawat yang dioperasikan pada rute tersebut oleh maskapai bersangkutan.

Contoh yang baru saja kita lihat adalah mendaratnya pesawat super jumbo Airbus A 380-800 di DPS oleh salah satu maskapai terkenal dimana sebelumnya mereka mengoperasikan pesawat dengan kapasitas yang lebih sedikit (B 777-300).

Faktor lainnya yang menyebabkan reaktivasi maskapai tidaklah sama dengan reaktiviasi bandara karena apa yang direaktivasi oleh maskapai adalah pesawatnya yang memerlukan biaya dan waktu.

Salah satu maskapai berbiaya rendah (LCC) pada penerbangan jarak jauh asal Malaysia dikabarkan memerlukan dana sekitar 50 juta ringgit atau sekitar USD 11 juta hanya untuk reaktivasi pesawat dalam armadanya.

Mereaktivasi pesawat berarti maskapai perlu memastikan kembali kondisi laik terbangnya , namun proses akan tidak sama dengan kondisi normal, mulai dari mesin hingga roda perlu diinspeksi serta tes pesawat kembali.

Dan bagi maskapai yang banyak mengembalikan pesawatnya, reaktivasi ini adalah waktu dimana mereka perlu mencari posisi yang sesuai dengan keadaan dan kondisi yang sebenarnya.

Pengurangan jumlah pesawat berarti pengurangan kapasitas dan rute serta frekuensi penerbangan yang semuanya akan berimbas pada kinerja keuangan maskapai.

Beberapa pihak juga memprediksi bahwa industri penerbangan akan tidak sama dengan pre pandemi (reshaped), perjalanan udara (air travel) akan menemukan bentuknya yang lebih sehat dan  efisien, tinggal tergantung dari maskapainya untuk menyesuaikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun