Karena secara alami udara mengalir dari tekanan udara tinggi ke rendah, maka perbedaan tekanan udara pada sayap ini kemudian membentuk gulungan/pusaran aliran udara di belakang sayap yang disebut vortex.
Oleh karena pesawat memerlukan gaya angkat pada seluruh fase penerbangan maka selama itu pula pesawat menghasilkan wake vortex ini
Pusaran udara ini bergerak ke kedua ujung luar sayap dan kemudian meninggalkan jejak berbentuk silinder dengan arah perputaran udara yang saling berlawanan.
Besar dan kecil nya vortex ini akan bervariasi tergantung pada ukuran dan kecepatan pesawat serta kondisi cuaca dan angin.
Efek dari turbulence ini cukup serius terutama terhadap apa yang ada dibelakang pesawat dan sekitarnya.
Sebuah pesawat Airbus A 300-600 mengalami lepas kendali saat setelah takeoff dari bandara JFK dan jatuh di area permukiman, sebabnya pesawat mengalami wake turbulence yang berasal dari pesawat Boeing B 747 yang lebih dulu takeoff.
Maka tidak heran diterapkan jarak waktu antara pesawat yang hendak takeoff (separation) yang bervariasi tergantung dari ukuran pesawat (MTOW) pesawat yang berada didepan.
Umumnya jarak waktu (separation) ini berkisar antara 2-3 menit yang disesuaikan dengan pesawat yang telah lebih dulu takeoff, semakin besar ukuran pesawat semakin lama jarak waktu yang dibutuhkan.
Pihak ICAO menetapkan jarak atau separation dengan mengkategorikan pesawat pada Wake Turbulence Category dan versi terbarunya yaitu Recat  Wake Turbulence Category.
Jet wash maupun wake turbulence dapat membawa efek pada pesawat di belakangnya (Wake Vortex Encounter/WVE), begitu pula pada apa yang ada di darat ketika pesawat terbang rendah atau melintas pada ruang/kawasan ancang ancang pendaratan dan lepas landas.