Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ketika Alih Profesi Mengantarkan Kita pada Passion dan Perfect Job

18 Juli 2023   09:25 Diperbarui: 19 Juli 2023   18:17 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi alih profesi, bekerja dari rumah. (Sumber: PEXELS/VLADA KARPOVICH via kompas.com)

Perpindahan profesi bukanlah hal yang dapat dijadikan indikasi bahwa kita selama ini mengalami kegagalan dalam berkarir ataupun keliru mengambil jurusan saat masuk ke perguruan tinggi.

Alih profesi bisa berlatarbelakang pada pilihan pendapatan yang lebih besar dari sebelumnya agar kita dapat memenuhi kebutuhan kita per bulan.

Bagi kita lulusan keuangan maka kemungkinan besarnya jenis pekerjaan yang digeluti  sejak pekerjaan pertama selalu pada jalur yang sesuai dengan keuangan.

Namun ketika kita sulit mendapatkan pekerjaan serupa   setelah menganggur beberapa waktu akibat dampak pengurangan pekerja atau PHK dari perusahaan sebelumnya, jenis pekerjaan apapun mulai menjadi pilihan.

Tingkatan posisinya pun tidak lagi harus sama dengan posisi sebelumnya selama kita dapat mengisi rekening bank untuk memenuhi segala kebutuhan rutin.

Dan relokasi pun adalanya tidak lagi menjadi pertimbangan utama bagi yang belum berkeluarga selama kita terpilih untuk mengisi sebuah lowongan pekerjaan.

Dari semua ini kita bisa menyimpulkan bahwa alih profesi umumnya dilatarbelakangi oleh kebutuhan ekonomi untuk menunjang kehidupan dengan menangkap setiap kesempatan yang muncul.

Namun bagaimana jika kesempatan yang kita jemput tersebut justru menemukan kita dengan passion dan perfect job ?

Misalnya, kita yang dahulunya selalu berada di meja dengan komputer dan segala dokumen kemudian berubah menjadi perjalanan di bentangan alam luas dan melayani wisatawan dalam berlibur.

Juga dapat pula kesempatan yang kita jemput tadi mengantarkan kita ke kapal pinisi wisata dimana laut dan pulau pulau menjadi pemandangan pengganti dari partisi dan jendela ruang kerja kita sebelumnya ?

Tanpa disadari, kita tidak hanya menjemput kesempatan tetapi juga mengantarkan kita pada passion yang kita idamkan namun tidak pernah kita sadari sebelumnya.

Passion bisa mengantarkan kita kepada perfect job dimana kita tidak lagi dapat membedakan kapan kita bekerja dan kapan kita berlibur, apapun jenis pekerjaan yang kita geluti.

Sumber gambar: needpix.com
Sumber gambar: needpix.com

Maksud dari tidak bisa membedakan bekerja dan berlibur disini bukan berarti kita seorang workaholic melainkan pada keadaan dimana kita berada di comfort zone atau zona nyaman.

Dalam artian hanya pada ruang dimana jiwa kita akan merasa nyaman dalam meng handle segala beban, tekanan dan stress, fisik kita dapat melakukan segala jenis pekerjaan apa saja dan terkadang tanpa disadari melebihi deskripsi pekerjaan yang telah diberikan.

Misalnya dengan bekerja di kapal pinisi wisata tadi walau hanya menjabat sebagai boat administrator yang juga mengerjakan pembukuan keuangan kapal dan perijinan serta sedikit SDM, kita melakukan input semua transaksi keuangan ke dalam program akuntasi pada laptop di deck atas kapal pinisi saat subuh dan sore hari.

Tidak ada kopi atau teh dan bahkan snack sekalipun, hanya angin dan pemandangan lepas lautan biru.

Pertanyaan ini kemudian akan selalu muncul ke permukaan, "saya ini bekerja atau liburan ya ?"

Perfect job juga dapat menemukan kita dengan perfect boss yang juga telah menemukan perfect business dalam hidup nya, hubungan antara atasan dan bawahan nyaris tak terasa.

Pendidikan formal mungkin memang dibutuhkan oleh kita sebagai bekal mengawali dunia pekerjaan, namun hanya diri kita sendiri yang bisa mengantarkan kita pada passion dan juga perfect job.

Tidak ada sebutan kantor bagi yang sudah menemukan passion dan perfect job karena kita selalu berada di comfort zone kita, sebuah zona dimana kita selalu merasa nyaman tanpa tekanan dalam melakukan segala pekerjaan.

Bagaimana kita menemukan zona nyaman? jawabannya adalah kenali diri kita sendiri dan sadari passion kita, kedua hal inilah yang bisa menempatkan kita di comfort zone.

Selain itu setiap kesempatan sebaiknya juga tidak dilewatkan begitu saja atas dasar tidak sesuai dengan latarbelakang pendidikan formal kita.

Peningkatan penghasilan memang penting, namun peningkatan penghasilan tidak selamanya disediakan oleh jabatan atau posisi tapi juga produktivitas kerja dan output yang kita hasilkan -- dan zona nyaman dapat membantu kita meraih itu.

Alih profesi tidak selalu diartikan dengan bergantinya jenis pekerjaan tapi juga berganti lingkungan (baca : ruang) yang tidak hanya untuk fisik saja melainkan jiwa.

Sunrise dan sunset adalah pertunjukan dari alam yang tidak dipungut bayaran, namun selalu terlewati oleh beberapa atau bahkan kebanyakan dari kita hanya karena kesibukan di dalam ruangan tertutup.

Bagi yang menjadikan alam sebagai passion nya, sunset dan sunrise adalah bekerja dan juga berlibur, bercampur menyatu laksana gradiasi warna langit saat sunset dan sunrise.

Setidaknya inilah yang dialami penulis yang menjadikan alam sebagai zona nyaman. ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun