Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Antara Dassault Mirage 2000 dan Rafale

7 Juli 2023   10:19 Diperbarui: 7 Juli 2023   11:04 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tingkat siluman pesawat tempur generasi 5 jauh lebih tinggi untuk mengurangi pancaran pesawat pada radar (radar cross section) dengan material fuselage yang sangat mahal harga nya serta penyimpanan persenjataan internal untuk mengurangi efek panas dari radar lawan.

Walaupun beberapa pesawat generasi 4 juga menggunakan material composite serta daya pancar radar (radar cross section) yang rendah tetap masih belum dapat menandingi pada generasi 5.

Maka lahirlah generasi 4+ (4.5) dengan airframe generasi 4 namun dengan beberapa fitur generasi 5 seperti supercruise dimana pesawat dapat terbang supersonik dalam fase cruising.

Dalam perkembangannya hanya ada penyebutan generasi 4.5, tidak ada generasi 2.5 atau 3.5, yang ada hanya generasi 1,2 3,4 sebelum timbulnya istilah penyebutan generasi 4.5 setelah timbulnya konsep generasi 5.

Menurut penulis, Mirage 2000 baik varian 5 maupun 9 bisa menjadi proses familirization (pengenalan) bagi pilot militer Indonesia pada avionik pesawat buatan Dassault Aviation, mengapa ?

Setiap pabrikan memiliki istilah yang bisa berbeda beda pada avionik mereka misalnya Boeing menggunakan istilah EICAS sedangkan Airbus dengan ECAM, keduanya berfungsi sama yaitu membantu pilot memonitor sistem pesawat namun dengan istilah yang berbeda.

Dengan memiliki Mirage 2000 bisa menjadi ajang pengenalan (familirization) dari isitilah istilah pada avionik pesawat besutan Dassault Aviation, bukan untuk proses transisi.

Sedangkan jawaban dari mengapa Indonesia kembali membeli pesawat pesawat bekas ini, jawabannya tidak hanya berkisar pada MEF serta jumlah pesawat tempur yang kita miliki saja tetapi juga pada jumlah kesiapan pesawat tempur, kesiapan disini bisa mencakup kesiapan operasi (operation readiness) maupun kesiapan tempur (combat readiness).

Indonesia saat ini memiliki pesawat tempur Sukhoi SU 27/30 dan General Dynamics F-16 namun bagaimana jumlah kesiapan terbangnya ?

Pesawat tempur juga sama dengan pesawat lainnya dimana memerlukan proses perawatan yang memerlukan waktu, belum lagi jika ada pergantian suku cadang yang tidak tersedia atau membutuhkan waktu lama dalam pengadaaannya.

Kondisi ini jelas dapat memengaruhi jumlah kesiapan pesawat tempur yang kita miliki, selain itu jumlah keseluruhan pesawat tempur kita juga berkurang sejak dipensiunkannya F-5 pada tahun 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun