Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Benarkah Era Flag Carrier Telah Usai?

6 Juni 2023   20:10 Diperbarui: 12 Juni 2023   02:00 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pesawat di bandara.| Dok. PT Angkasa Pura I via Kompas.com

Maskapai dengan sebutan flag carrier tidak hanya sekadar layaknya sebuah maskapai yang melayani penerbangan domestik dan internasional saja tapi juga sebagai maskapai yang mempresentasikan sebuah negara di dunia internasional.

Situs Wikipedia menyebutkan bahwa flag carrier dahulunya merujuk pada maskapai yang didirikan oleh negara dan dijadikan sebagai identitas bangsa.

Namun kini sebutan flag carrier lebih kepada maskapai yang memiliki keterikatan yang erat dengan negara nya atau maskapai yang mempresentasikan sebuah negara di dunia internasional.

Kita bisa melihat gambaran ini dari empat besar maskapai Amerika yaitu American Airlines, Delta Airlines, United Airlines dan Soutwest Airlines yang walaupun tidak satupun diantara mereka yang menjadi flag carrier, mereka tetap bangga mempresentasikan Amerika di banyak negara di dunia melalui jaringannya masing masing.

Dalam hal kepemilikan, flag carrier kini banyak yang tidak lagi sepenuhnya dimiliki oleh negara bersangkutan di mana ada negara yang melakukan privatisasi dengan melepas sebagian saham yang dimiliki.

Maskapai flag carrier Perancis Air France misalnya yang kini di bawah grup Air France-KLM setelah merger dengan maskapai KLM, contoh maskapai lainnya adalah Air Macau yang merupakan flag carrier negara Macau kini kepemilikannya terbesar oleh Air China.

Selain privatisasi, ada pula yang go public atau melantai di bursa saham dengan tetap mempertahankan mayoritas sahamnya dimiliki negara sekaligus masih mengendalikannya.

**

Sumber gambar: Needpix.com
Sumber gambar: Needpix.com

Jika kita menggunakan definisi maskapai yang dimiliki oleh negara maka maskapai tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan khususnya pertumbuhan ekonomi sebuah negara, bukan membebani dan menggerogoti keuangan negara setiap saat maskapai mengalami kesulitan.

Maskapai flag carrier mana yang sudah berhasil melakukan itu?

Singapore Airlines bisa disebut sebagai flag carrier yang dalam perjalanannya berhasil memberikan kontribusi yang sangat besar kepada negara Singapura, di mana maskapai ini telah mengangkut lebih banyak orang daripada jumlah penduduk Singapura sendiri yang berarti memberikan kontribusi kepada negara melalui pembelanjaan pengunjungnya tersebut berkat jasa maskapai flag carrier-nya yang menerbangkan dari dan ke Singapura.

Menurut situs starista, maskapai Singapore Airlines telah mengangkut sekitar 20.074.000 penumpang selama tahun 2019 jumlah ini empat kali dari jumlah penduduk Singapura yaitu 5.987.394 jiwa pada tahun 2023 menurut situs worldmeter.

Kini di bawah Singapore Airline Group, SIA dan anak perusahaannya Scoot masih terus melebarkan sayapnya baik regional maupun internasional dengan armada yang berjumlah 147 unit dalam berbagai jenis dan ukuran

Ada pula penilaian bahwa keberadaan negara dalam pengelolaan maskapai bisa mengganggu pertumbuhan di mana ada kemungkinan keputusan yang diambil tidak sesuai dengan arah pertumbuhan maskapai tersebut.

Salah satu keputusan tersebut misalnya pada pengadaan pesawat ke armada yang bisa berupa pesawat baru ataupun tidak baru, campur tangan negara dengan meminta maskapai untuk memilih jenis pesawat yang tidak sesuai dengan kebutuhan maskapai dapat memengaruhi kinerja operasional maskapai pada akhirnya.

Kondisi bisa menjadi buruk bila ternyata pesawat yang dibeli justru rewel atau sering mengalami gangguan sehingga tidak saja akan mengganggu keuangan maskapai untuk perawatan saja tapi juga pendapatan operasional dari penerbangan akan terganggu.

Hal lainnya adalah pengelolaan kas (cash management) yang bisa tidak tepat baik dalam waktu maupun jumlahnya, misalnya ketika maskapai sudah menyiapkan dana untuk cicilan pengadaan pesawat namun tidak bisa terlaksana dengan dasar yang tidak berkaitan dengan maskapai.

Singkatnya adalah maskapai perlu memposisikan dirinya di arena persaingan maskapai dunia dan untuk melakukan itu maskapai perlu management yang benar benar akan mengantarkan maskapai pada posisi yang diinginkan.

Maskapai juga perlu memperluas jaringannya baik di dalam negeri, regional maupun internasional, sedangkan untuk tujuan tersebut diperlukan armada yang sesuai dan tepat baik untuk meningkatkan kapasitasnya maupun frekuensi penerbangan pada jaringannya.

Kita ambil contoh maskapai Kangguru Qantas Airways yang terbilang sukses dalam perluasan jaringannya baik pada jalur domestik, regional (oceanic) dan internasional dengan mengoperasikan beragam jenis pesawat serta berukuran sedang hingga besar.

Qantas melayani penerbangan domestik saat ini dengan armada Boeing B 717 (eks MD-95), B 737 dan Airbus 320 serta Airbus 330 (200 dan 300) untuk beberapa destinasi domestik.

Qantas merencanakan akan melakukan peremajaan armada domestik nya dengan Airbus 29 unit pesawat A 220-300 dan 20 unit pesawat A.321 XLR melalui project Sunrise nya.

Sedangkan pada rute internasionalnya, Qantas memiliki 12 unit Boeing B 789, 12 unit Airbus A 380 dan Airbus A 330-200/300 dengan rencana penambahan 3 unit B 789 dan 12 unit A 350-1000 dalam project Sunrise nya.

Dengan melihat jumlah dan komposisi pesawat dalam armada Qantas ini dapat kita simpulkan bahwa mereka memiliki armada yang dapat memperluas jaringan penerbangannya baik dalam negeri maupun luar negeri.

Kesimpulannya adalah maskapai sebagai sebuah perusahaan memiliki tujuan yang telah ditetapkan baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang sehingga arah perjalanan maskapai akan selalu berada track yang mengarah ke tujuannya memerlukan konsistensi dalam setiap langkahnya.

Konsistensi berarti tidak ada deviasi dalam perjalanannya yang bisa terjadi bila ada faktor eksternal yang menghambatnya.

Penilaian beberapa pihak yang menyebutkan bahwa flag carrier sulit tumbuh adalah kemungkinannya disebabkan oleh bercampurnya kepentingan kepentingan lain dari eksternal manajemen yang justru menciptakan deviasi tersebut.

Menurut penulis, keberadaan flag carrier tidak selamanya dan sepenuhnya sulit tumbuh seperti penilaian beberapa pihak karena sangat tergantung pada manajemennya

Manajemen disini tidak hanya merujuk pada dewan direktur saja tapi juga menyeluruh termasuk pada proses pengambilan keputusan yang dapat menciptakan konsistensi atau bahkan deviasi dari arah perjalanan maskapai.

Privatisasi tidak selamanya buruk, hal ini terbukti dengan suksesnya banyak flag carrier tanpa hilangnya kepemilikan negara pada maskapai tersebut.

Namun bila negara sebagai pemilik masih ingin berada di dalam manajemennya, selama itu pula maskapai akan menjadi tempat bercampurnya segala kepentingan terutama pada proses pengambilan keputusam yang strategis bagi maskapai.

Jadi mungkin akan lebih tepat untuk dikatakan bahwa bukan era flag carrier yang sudah berlalu namun manajemen old school (dan old way) yang (seharusnya) sudah berlalu namun masih diterapkan.

Referensi:

  • airport.nridigital.com/air_jun19/farewell_to_the_flag_is_the_era_of_the_national_airline_over
  • qantas.com/au/en/about-us/our-company/fleet.html
  • statista.com/statistics/1044649/singapore-airlines-passenger-number/
  • en.m.wikipedia.org/wiki/Flag_carrier
  • worldometers.info/world-population/singapore-population/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun