Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengintip Industri Kedirgantaraan Indonesia dan Harapannya di Masa Datang

15 April 2023   13:56 Diperbarui: 16 April 2023   05:22 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat N-219 pada Penerbangan Perdana (sumbet: Kompas.com)

Sebut saja tenaga ahli atau insinyur kedirgantaraan serta fasilitas produksi guna mempercepat dan menambah kapasitas peoduksi pesawat oleh PT.DI.

Seperti diketahui, PT.DI tidak hanya melakukan konstruksi pesawat tetapi juga merakit (assemble) pesawat pesawat dari pabrikan pesawat lainnya atas dasar lisensi yang diberikan kepada PT. DI seperti CN-295 dari Airbus (Airbus Defence and  Space ).serta Helikopter H225M dari Airbus Helicopters.

Selain itu PT.DI juga mendapatkan pekerjaan dalam pembuatan sayap dari   beberapa pabrikan pesawat yang semua membutuhkan sumber daya manusia dan tempat produksi yang mendukung.

Ketika PT. DI mendapatkan pesanan untuk merakit pesanan pesawat dengan fasilitas pabrik yang terbatas maka kegiatan lainnya setidaknya dapat tergangggu dimana akibatnya bisa pada kepasitas produksi (production rate) mereka pada setiap produk pesawat yang telah dipesan oleh pembeli.

Dengan rendahnya production rate maka semakin lama.juga untik PT.DI meraih pendapatan dan keuntungan, sebagai ilustrasi sederhananya.bila PT.DI bisa menghasilkan 1 unit pesawat dalam setahun dengan harga USD 500.000 dan keuntungan USD 20.000 maka dalam setahun PT.DI bisa menghasilkan USD 6 juta dengan USD/100.000.

Namun jika hanya bisa menghasilkan setengahnya atau 1 unit dalam 2 bulan maka dalam setahun hanya menghasilkan USD 3 juta dengan USD 50.000 keuntungan.

Pesawat N-219 pada Penerbangan Perdana (sumbet: Kompas.com)
Pesawat N-219 pada Penerbangan Perdana (sumbet: Kompas.com)

PT.DI juga dikabarkan mendapatkan kesempatan dalam hal alih teknologi dari pengembangan pesawat tempur KF-21 Boromae, kesempatan ini sangat bermanfaat bagi industri kedirgantaraan kita nantinya terlebih bila kita memutuskan untuk memproduksi peaawat tempur sendiri dengan tingkat kandungannya lokalnya lebih besar.

Namun hal itu juga membutuhkan insinyur penerbangan serta regenerasinya sehingga univeesitas dan sekolah tinggi kejuruan pada bidang avionik penerbangan sangatlah dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan industri kedirgantaraan.

Pada situsnya, PT.DI menyebutkan bahwa mereka membutuhkan  2,000 insinyur kedirgantaraan untuk mengembangkan industri penerbangan , sedangkan dari sebuah perguruan tinggi di Bogor hanya dapat menghasilkan 100-125 insinyur kedirgantaraan per tahunnya

Dalam hal ini, industri kedirgantaraan kita sebenarnya memiliki potensi positif tetapi secara bersaman juga memiliki halangan yang dapat berpotensi menjadi setbacks seperti yang terjadi pada krisis moneter dimana beberapa project pengembangan pesawat tidak saja dotunda melainkan juga dibatalkan secara permanen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun