Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengintip Industri Kedirgantaraan Indonesia dan Harapannya di Masa Datang

15 April 2023   13:56 Diperbarui: 16 April 2023   05:22 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri kedirgantaraan yang meliputi juga industri pembuatan pesawat terbang baik sipil maupun militer bisa menjadi salah satu indikator kemajuan sebuah negara karena industri ini melekat dengan teknologi yang pesat perkembangannya selain juga berbiaya tinggi.

Namun karena industri ini berbiaya tinggi maka perjalanan industri ini di setiap negara berbeda beda.dimana ketergantungan pada sisi finansial menjadi salah satu kunci kelancaran perjalanannya.

Pembuatan pesawat merupakan proses yang tidak hanya berbiaya tinggi namun juga memerlukan waktu yang cukup panjang mulai dari pendesainan, testing dan simulasi, konstruksi hingga perakitan serta dilanjutkan dengan sertifikasi pesawat yang menjadi produknya sebelum dinyatakan layak untuk digunakan.

Konsistensi dari berbagai pihak serta kekuatan finansial sangat diperlukan untuk menyelesaikan keseluruhan.proses tersebut yang akn menghasilkan produk yang tidak hanya membawa keuntingan secara ekonomin tapi juga meningkatkan harga diri sebuah bangsa.

Indonesia sangat beruntung.memiliki industri kedigantaraannya dengan hadirnya PT. Dirgantara Indonesia yang sebelumnya bernama IPTN yang sudah mampu membangun dan merakit segala jenis pesawat baik itu yang bersayap tetap maupun putar (rotary wings).

Akan tetapi dalam sejarah dan perkembangannya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.Industri kedirgantaraan Indonesia mengalami jatuh bangun dengan beberapa faktor penyebab.

Salah satu faktor tersebut adalah keadaan perekonomian negara seperti terlihat pada krisis moneter pada tahun 1998 dimana beberapa proyek pesawat terbang kita ada yang terkena imbasnya berupa penundaan dan pembatalan pada pengembangannya.

Sebut saja N 245 sebagai pesawat generasi lanjutan dari CN 235 serta pesawat jet penumpang N 2130 yang baru dalam konsep, belum berupa prototipe.

Prototipe yang sedianya menjadi bukti kelayakan sebuah pesawat untuk dioperasikan melalui berbagai macam uji coba malah menjadi salah satu objek di museum.

Walau pada kenyataan kini PT. DI sudah banyak menerima pesanan pesawat seperti pada keluarga NC-212 dan CN-235 dalam berbagai varian dari beberapa.pihak baik sipil maupun militer dari dalam.negeri dan mancanegara, masih banyak lahan yang masih belum maksimal dan membutuhkan dukungan dari para pemangku kepentingan.

Sebut saja tenaga ahli atau insinyur kedirgantaraan serta fasilitas produksi guna mempercepat dan menambah kapasitas peoduksi pesawat oleh PT.DI.

Seperti diketahui, PT.DI tidak hanya melakukan konstruksi pesawat tetapi juga merakit (assemble) pesawat pesawat dari pabrikan pesawat lainnya atas dasar lisensi yang diberikan kepada PT. DI seperti CN-295 dari Airbus (Airbus Defence and  Space ).serta Helikopter H225M dari Airbus Helicopters.

Selain itu PT.DI juga mendapatkan pekerjaan dalam pembuatan sayap dari   beberapa pabrikan pesawat yang semua membutuhkan sumber daya manusia dan tempat produksi yang mendukung.

Ketika PT. DI mendapatkan pesanan untuk merakit pesanan pesawat dengan fasilitas pabrik yang terbatas maka kegiatan lainnya setidaknya dapat tergangggu dimana akibatnya bisa pada kepasitas produksi (production rate) mereka pada setiap produk pesawat yang telah dipesan oleh pembeli.

Dengan rendahnya production rate maka semakin lama.juga untik PT.DI meraih pendapatan dan keuntungan, sebagai ilustrasi sederhananya.bila PT.DI bisa menghasilkan 1 unit pesawat dalam setahun dengan harga USD 500.000 dan keuntungan USD 20.000 maka dalam setahun PT.DI bisa menghasilkan USD 6 juta dengan USD/100.000.

Namun jika hanya bisa menghasilkan setengahnya atau 1 unit dalam 2 bulan maka dalam setahun hanya menghasilkan USD 3 juta dengan USD 50.000 keuntungan.

Pesawat N-219 pada Penerbangan Perdana (sumbet: Kompas.com)
Pesawat N-219 pada Penerbangan Perdana (sumbet: Kompas.com)

PT.DI juga dikabarkan mendapatkan kesempatan dalam hal alih teknologi dari pengembangan pesawat tempur KF-21 Boromae, kesempatan ini sangat bermanfaat bagi industri kedirgantaraan kita nantinya terlebih bila kita memutuskan untuk memproduksi peaawat tempur sendiri dengan tingkat kandungannya lokalnya lebih besar.

Namun hal itu juga membutuhkan insinyur penerbangan serta regenerasinya sehingga univeesitas dan sekolah tinggi kejuruan pada bidang avionik penerbangan sangatlah dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan industri kedirgantaraan.

Pada situsnya, PT.DI menyebutkan bahwa mereka membutuhkan  2,000 insinyur kedirgantaraan untuk mengembangkan industri penerbangan , sedangkan dari sebuah perguruan tinggi di Bogor hanya dapat menghasilkan 100-125 insinyur kedirgantaraan per tahunnya

Dalam hal ini, industri kedirgantaraan kita sebenarnya memiliki potensi positif tetapi secara bersaman juga memiliki halangan yang dapat berpotensi menjadi setbacks seperti yang terjadi pada krisis moneter dimana beberapa project pengembangan pesawat tidak saja dotunda melainkan juga dibatalkan secara permanen.

Beberapa proyek dan pekerjaan dari pabrikan pesawat terbesar didunia me menandakan potensi anak bangsa yang sudah terbukti di dunia internasional sedangkan kelanjutannya ada ditangan kita karena pastinya kita tidak ingin berada di satu titik sepanjang waktu.

Sekadar masukkan kepada PT.DI agar dapat lebih terbuka dalam hal produksinya per keluarga pesawat sehingga publik dapat mengetahui berapa jumlah pesanan yang masuk, berapa jumlah pesanan yang sudah diserahterimakan dan berapa back-log nya dengan demikian publik bisa lebih mengetahui perkembangan dan pencapaian PT.DI yang akan nenambah kepercayaan dan keyakinan publik akan terhadap PT.DI pada akhirnya.

Informasi ini bisa ditampilkan baik di situs resmi maupun pada pihak ketiga seperti wikipedia,hal ini juga dilakukan oleh pabrikan pesawat dan dijadikan sebagai kekuatan marketing mereka.

Dengan mengutip quote dari seorang filsuf asal Yunani yakni Socrates :
"Man must rise above the Earth---to the top of the atmosphere and beyond---for only thus will he fully understand the world in which he lives"

Manusia harus mencapai ketinggian diatas bumi -- bagian tertinggi dari Atmosfir dan sekitarnya -- dengan begitu dia dapat sepenuhnya menyadari pada dunia (bangsa) mana dia bertempat tinggal.

Mari kita bersana sama memberi dukungan penuh dan semangat tancap gas kepada PT.DI dalam memajukan industri kedirgantaraan Indonesia.

Referensi :

  • id.m.wikipedia.org/wiki/Dirgantara_Indonesia
  • indonesian-aerospace.com/news/detail/1160_indonesia+butuh+2.000+insinyur+kembangkan+industri+dirgantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun