Kedua pesawat ini sama sama memiliki tiga mesin jet yang terletak di bagian ekor pesawat yang mengurangi kebisingan mesin pesawat yang umumnya terdapat di bagian sayap pesawat
Keduanya juga lahir karena adanya permintaan dari berbagai maskapai yang membutuhkan pesawat jet penumpang dengan ukuran lebih kecil dari Boeing B 747 namun juga dapat terbang lintas Samudera Atlantik Utara yang mengbubungkan kota kota di Amerika Utara dan benua Eropa.
Kedua pesawat ini adalah Lockheed L-1011 Tristar dan Douglas DC-10 (sekarang Mcdonnell Douglas) dan menjadi pengisi gap bagi para maskapai pada hal kapasitas antara Boeing B 707 dan B 747.
Kapasitas B 707 adalah 181-200 kursi dan untuk B 747 adalah 416 kursi (3 kelas) atau 524 kurrsi (2 kelas), sedangkan untuk L-1011 antara 250-400 kursi dan untuk DC-10 adalah 250-380 kursi tergantung jumlah kelas penerbangan.
Douglas DC 10 lebih dulu masuk ke pasar baru kemudian disusul oleh Lockheed L-1011 Tristar (sekarang Lockheed Martin), sebabnya adalah karena pihak Lockheed harus mendesain dari nol.sedangkan pihak Douglas tidak demikian.
Ini karena desain pesawat yang digunakan pada DC 10 adalah desain mereka pada kompetisi CX-HLS dari Angkatan Udara Amerika yang menginginkan pesawat kargo militer berkapasitas besar.
Keduanya berbentuk serupa namun tak sana, pembedanya adalah pada letak mesin tengahnya dimana L-1011 mesinnya seperti mwnyatu dengan badan pesawat sedangkan DC 10 mesinnya lebih terlihat menyatu dengan ekor pesawat.
Mengapa kita membahas kedua pesawat yang sudah tidak diproduksi dan dioperasikan lagi ?
Karena perlu diketahui bahwa era pesawat berbadan lebar dalam sejarah penerbangan komersial berjadwal tidak hanya Boeing B 747 tetapi juga kehadiran dari  kedua pesawat ini.
Ketiga pesawat inilah yang telah menghiasi langit di seluruh dunia dan mengangkut jutaan orang serta jutaan ton kargo antar kota, antar negara, antar pulau dan antar benua serta lintas samudera dari awal tahun 1970 an hingga pertengahan tahun 1990 an atau setidaknya hingga kehadiran dari Airbus A 300 pada tahun 1974.
Ada apa dengan kehadiran A 300 ?
Agak sedikit rumit menjelaskan pastinya karena ada dua versi sejarah yang berkaitan dengan 90 minute rule dengan aturan setelah itu yakni ETOPS atau Extended-Range Twin Engines Operating Performance Standards.
Satu versi mengatakan bahwa pesawat  penumpang pertama yang mendapatkan sertifikasi ETOPS adalah pesawat Airbus , pada versi lainnya disebutkan adalah pesawat B 767 sebagai pesawat pertama, begitu pula tahun diperkenalkan yakni tahun 1977 dan 1985.
Namun untuk saat ini kita fokus pada apa itu ETOPS dan apa dampaknya pada penerbangan khususnya pada pesawat penumpang bermesin dua.
Pengertiam ETOPS secara sederhana adalah merubah 90 minute rule dimana sebelumnya pesawat bermesin dua tidak diperbolehkan terbang diluar jangkauan 90 menit dari bandara terdekat.
Dengan ETOPS berarti semua pesawat bermesin dua dapat terbang dalam jangkauan 90 menit atau lebih dari bandara terdekat.
ETOPS biasanya diikuti dengan angka yang mempresentasikan lamanya waktu pesawat bermesin dua dapat terbang dengan satu mesin, jadi misalnya ETOPS 120 berarti pesawat bermesin dua bisa terbang hanya dengan satu mesin dalam jangkauan 120 menit dari bandara terdekat.
Aturan 90 menit ini menjadi dasar dari penerapan tiga mesin pada pesawat L-1011 dan DC 10 agar bisa terbang diluar jangkauan 90 menit karena tidak bermesin dua, selain itu  lebih irit biaya operasionalnya dari  B  747 yang dengan empat mesin.
Nah kehadiran Airbus A 300 terlebih dengan variannya A 300B4 dengan dua mesin merubah semua itu yang bisa karena mendapat sertifikasi ETOPS atau karena kecepatan mesinnya yang memungkinkan pesawat ini masih bisa mencapai bandara terdekat dalam waktu 90 menit.
Namun menurut opini pribadi penulis, ETOPS sebagai alasan yang lebih mendekati karena aturan 90 menit berlaku kepada semua pesawat bermesin dua tanpa melihat kecepatannya.
Dengan ETOPS maka pesawat A 300B4 tadi dapat terbang melintasi Samudera (Atlantik Utara) walau hanya dengan satu mesin, sedangkan jalur inilah yang dilayani oleh ketiga pesawat berbadan lebar dari Boeing, Lockheed dan McDonnell Douglas ketika itu.
Tentu saja ini menjadi ancaman bagi pesawat berbadan lebar dengan lebih dari dua mesin karena akan lebih efisien dalam hal biaya operasional yang bagi maskapai adalah pilihan tepat dengan kondisi dunia saat itu dimana harga minyak dunia meroket.
Sejak itu pula perkembangan pesawat berbadan lebar dengan dua mesin semakin pesat dengan munculnya berbagai ukuran serta dapat menyaingi kapasitas kursi dari L-1011 dan DC 10.
Seiring dengan perkembangan itu pula, pamor kedua pesawat ini lambat laun menurun, meskipun McDonnell Douglas sempat mengeluarkan pesawat lebih baru yakni MD 11.
Sedangkan Lockheed yang kemudian merger dengan Martin Marrietta pada tahun 1995 dan menjadi Lockheed Martin, meninggalkan produksi pesawat sipil dan berkonsentrasi pada industri kedirgantaraan atau lebih spesifiknya lagi pada dunia militer.
Referensi :
- airlinehistory.org/aircraft/lockheed-l-1011-tristar/
- en.m.wikipedia.org/wiki/McDonnell_Douglas_DC-10
- avgeekery.com/the-boeing-767-and-the-birth-of-etops/avgeekery.com/the-boeing-767-and-the-birth-of-etops/
- en.m.wikipedia.org/wiki/Airbus_A300
- en.m.wikipedia.org/wiki/ETOPS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H