Permasalahan pada kereta api listrik bekas secara umum tidak jauh berbeda dengan pengadaan pesawat bekas atau baru dalam industri aviasi.
Keduanya merupakan kendaraan pada moda transportasi untuk mengangkut orang dan juga kargo secara umum, dengan mengatakan ini berarti keduanya juga menyediakan kapasitas.
Keduanya juga merupakan produk yang berkaitan dengan teknologi yang selalu berkembang dan bahkan lajunya bisa lebih cepat dari yang kita prediksi sebelumnya, namun keduanya juga dibangun dengan struktur yang kuat dan memiliki usia operasional yang biasanya panjang.
Usia operasional dapat diperpanjang dengan proses yang dinamakan retrofit
dengan memasang penambahan komponen yang sebelumnya tidak ada saat pembuatan termasuk juga penguatan struktur, dengan demikian penerapan teknologi yang lebih baru dapat dilakukan.
Biaya retrofit bisa memangkas biaya kebutuhan pengadaan armada baru yang jauh lebih tinggi, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah siapa yang melakukan retrofit itu serta pemeliharan berat lainnya ?
Untuk KRL sebenarnya retrofit juga bisa menjadi solusi win-win antara membeli baru dari INKA atau impor, penulis yakin pihak INKA mampu melakukan retrofit KRL.
Mudah mudah an hubungan operator KRL dengan INKA Â baik baik saja.
Pilihan lainnya adalah membeli baru dari INKA yang biayanya bisa 2-3 kali lipat dari impor KRL bekas, apakah sudah berhitung untung ruginya dari keduanya ?
Ilustrasinya seperti ini, bila kita membeli KRL bekas tentu kita memikirkan biaya operasionalnya dan juga usia penggunaanya yang lebih pendek dari KRL baru.
Apabila kemudian memang lebih menguntungkan dalam jangka panjang membeli KRL bekas, maka perdebatan (seharusnya) berakhir.