Sustainable Aviation Fuel (SAF) sudah dikembangkan dan bahkan telah digunakan di beberapa negara, proses pengembangannya pun tidak berhenti namun tetap berjalan dengan mencari bahan bakar alternatif seperti hidrogen, bioavtur dan lainnya.
Pihak Airbus yang juga turut berusaha meuwujudkan zero emission pada industri aviasi pada tahun 2050 melalui tekad 'Fly Net Zero'', mengatakan akan melahirkan pesawat dengan nol emisi pada tahun 2035 nanti.
Namun itu berarti masih 12 tahun lagi menunggu sedangkan dampak lingkungan kian hari kian meluas seperti hilangnya salju abadi di pegunungan Jayawijaya di Papua dan mencairnya beberapa bongkahan es di kutub utara.
Untuk itu usaha untuk meminmalkan dampak dari emisi karbon perlu ditingkatkan baik pada jenis usaha yang dilakukan maupun frekwensinya.
Dari sisi pariwisata, semaksimal apapun usaha yang dilakukan akan sangat bergantung pada proses yang terjadi di industri aviasi karena para pelaku wisata masih menjadikan pesawat sebagai pilihan utama mereka.
Solusinya adalah bahan bakar non fosil pada transportasi yang dapat menghilangkan emisi hingga nol sebagai tujuan akhirnya, untuk itu para maskapai dan pabrik pesawat pastinya sangat menggantungkan pada ketersediaan bahan bakar tersebut nantinya.
Dari dalam negeri Indonesia, Pertamina  diharapkan tetap pada komitmen mereka melalui program mereka decarbonization initiatives serta terus mengembangkan bioavtur dengan tetap melakukan berbagai uji coba pada pesawat mulai dari yang bermesin turboprop hingga jet.
Ujicoba yang sudah dimulai pada tahun 2021 yang lalu pada pesawat CN-235 (Kompas.com 7/10/21) diharapkan tidak berhenti, serta dilanjutkan dengan produksi bioavtur ataupun bahan bakar non fosil lainnya sehingga ketersediaannya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para  maskapai sebagai operator pesswat terbang.
Maskapai juga perlu lebih menunjukan komitmen Fly Net Zero yang disepakati oleh komunitas Aviasi Dunia, tekad untuk meengalihkan bahan bakar ke non fosil akan lebih berarti daripada memviralkan penggunaan peralatan makanan dengan bahan daur ulang.
Jika semua pesawat penumpang yang melayani penerbangan domestik maka hal tersebut menjadikan green tourism atau eco-friendly tourism benar benar menghasilkan nol emisi secara total, tidak hanya Fly Net Zero saja melainkan Fly and Visit Net Zero..
Namun usaha lainnya tetap dilakukan misalnya dengan mengurangi produksi atau penyediaan makanan dan minuman yang berlebihan di hotel hotel sehingga emisi yang dihasilkan pada proses produksinya dapat diminimalkan.