Emisi karbondioksida termasuk emisi CO2 sudah menjadi perbincangan sejak beberapa tahun terakhir ini khususnya pada industri industri yang kegiatannya memproduksi emisi dalam jumlah banyak.
Aviasi dan pariwisata adalah dua diatara sekian banyak industri tersebut, kedua industri ini memang saling berkaitan satu sama lain termasuk juga pada dampak pada lingkungan.
Menurut stus SustainableTravel.org, pariwisata menyumbangkan 8% dari keseluruhan emisi di dunia dimana angka tersebut sudah termasuk kegiatan yang melibatkan transportasi seperti pesawat, kapal dan lainnya.
Pada Industri Aviasi, Pesawat yang menjadi moda transportasi pilihan utama para pelaku perjalanan adalah kendaraan yang menghasilkan emisi co2 karena masih menggunakan bahan bakar fosil.
Sedangkan pariwisata melalui kegiatan wisatanya di destinasi wisata juga menghasilkan emisi co2 diantaranya adalah penginapan serta  makanan dan minuman mulai dari proses pembuatannya, transportasi dan distribusinya hingga ke produksi dan konsumsinya.
Sisa makanan yang diakibatkan oleh penyediaan makanan berkonsep buffet bisa meninggalkan sisa makanan yang tidak sedikit sehingga emisi yang dihasilkan pada proses pembuatannya sebenarnya bisa diminimalkan.
Beberapa pihak bahkan menilai bahwa destinasi wisata ataupun jenis wisata yang berkonsep green ataupun ramah lingkungan (eco friendly) sekalipun sebenarnya tidak menghasilkan nol emisi karena para pengunjungnya dari berbagai belahan bumi datang menggunakan pesawat terbang yang notabene sebagai penghasil emisi.
Kadarnya pun terbilang lebih besar daripada destinasi wisata mainstream ketika pengunjungnya kebanyakan terbang dengan kelas bisnis atau utama dimana pembaginya terhadap emisi yang dihasilkan oleh satu penerbangan lebih sedikit daripada kelas  ekonomi sehingga satu penumpang di kelas bisnis/utama menghasilkan lebih banyak emisi daripada satu penumpang di kelas ekonomi.
Jadi bagaimana cara menemukan solusi yang dapat mengakhiri perbincangan yang sudah berlangsung lama namun belum terlihat akhirnya ?
Sebenarnya solusi sudah ada akan tetapi untuk mewujudkannya diperlukan proses mulai dari riset hingga penyediaannya secara massal yaitu dengan mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang dapat mengurangi emisi bahkan ke nol emisi.