Ketika kita sedang berada pada kemacetan di jalan dalam perjalanan antara tempat kerja dan tempat tinggal kita adakalanya kita melihat helikopter di udara melakukan peliputan berita tentang kemacetan lalu lintas lewat udara.
Peliputan berita lewat udara ini disebut aerial broadcasting dengan menggunakan berbagai jenis pesawat, namun umumnya beberapa media atau stasiun televisi menggunakan helikopter dan menyebut peliputan berita dengan helicopter journalism.
Sedangkan dalan istilah aviasi disebut dengan aerial work yang merupakan salah satu jenis dari aviasi sipil (civil aviation).
Badan penerbangan dunia (ICAO) mengelompokan aviasi sipil sesuai dengan tujuan pengoperasian pesawatnya yaitu aerial work, aviasi komersial  dan general aviation (private aviation).
Aerial work mencakup seluruh kegiatan yang dilakukan di udara dengan mengoperasikan pesawat baik yang bersayap tetap maupun bersayap putar (helikopter) untuk tujuan khusus.
Beberapa contoh kegiatan aerial work selain aerial broadcasting adalah aerial photography, penyemprotan sawah/ladangl (crop dusting), survei udara, evakuasi medis, pemadaman kebakaran hutan dan aerial archaeology.
Commercial aviation atau aviasi komersial adalah pengoperasian pesswat untuk tujuan komersial, contohnya adalah maskapai baik yang melakukan penerbangan reguler maupun berdasarkan pemesanan.
Sedangkan general aviation mencakup pengoperasian pesawat untuk tujuan yang bersifat pribadi dan rekreasi dan sports, contohnya adalah pesawat pribadi, balap pesawat udara (air racing).
Peliputan berita dari udara sudah banyak dilakukan oleh stasiun televisi dan sangat efektif dalam menyediakan berita secara langsung dan hanya dapat dilakukan lewat udara seperti keadaan lalu lintas, kebakaran hutan, dan lainnya.
Beberapa stasiun televisi ada yang memiliki helikopter nya sendiri dan dengan kru nya  namun ada pula yang menyewa ketika diperlukan.
Apa keuntungan dari aerial broadcasting ini ? salah safu keuntungannya adalah dapat menyajikan kejadian yang sedanf terjadi secara langsung dan dapat membawa audience nya sepertinya berada di tengah tengah kejadian tersebut.
Akan tetapi resiko dari helicopter broadcasting ini dapat terbilang tinggi karena ruang pergerakan di udara perkotaan terdapat banyak rintangan seperti bangunan, tiang dan kabel, menara dan rintangan lainnya, sehingga menuntut kehati hatian yang tinggi dari pilot.
Begitu pula ketika meliput kebakaran hutan dengan ketinggian terbang yang rendah dan hembusan angin yang kencang yang dapat membahayakan helikopter dan para kru yang berada di dalamnya.
Beberapa kecelakaan helikopter yang mengakibatkan kru media dan pilotnya terluka hingga meninggal dunia telah membuat beberapa stasiun televisi mempertimbangkan keefektifan dari helicopter journalism oleh kru media mereka serta resikonya.
Kemunculan dari pengoperasian drone oleh publik kemudian menggeser kegiatan helicopter journalism menjadi drone journalism yang dinilai memiliki resiko jauh lebih rendah terutama terhadap keselamatan kru media mereka serta tanpa pilot karena dapat dikendalikan dari jarak jauh.
Perbedaan akan terlihat dari keduanya pada kru peliputan yang kini tidak ikut mengudara seperti pada helicopter journalism, akan tetapi footage atau rekaman peliputannya tidak kalah kualitasnya dan justru dapat lebih menjangkau ruangan yang sempit seperti gang atau alley.
Dengan hadirnya drone journalism maka kini siapapun dapat melakukan kegiatan jurnalisme (citizen journalism) baik secara langsung maupun yang sudah di proses, selama mereka dapat mengoperasikan drone tersebut yang bisa merupakan milik sendiri maupun sewa.
Dari sisi bisnis, penyewaan drone juga dapat menjadi salah satu bisnis yang cukup menggiurkan karena selain dapat berguna bagi keperluan dan kebutuhannya sendiri juga dapat menghasilkan pendapatan dari biaya sewa yang dikenakan kepada pihak yang menyewa.
Akan tetapi pengoperasian drone juga perlu mengikuti aturan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh otoritas setempat, selain itu  ruang gerak dan kondisi yang masih sama dengan penuh rintangan serta dengan resiko terhadap terjadinya kecelakaan ataupun insiden yang dapat mengakibatkan kerugian.
Ketrampilan pilot drone yang kurang menguasai baik dalam hal pengoperasian drone maupun mengenal ruang gerak drone dapat mengakibatkan tabrakan dengan bangunan maupun benda lain di sekitarnya.
Selain itu etika dari pengoperasian drone juga harus diperhatikan terutauma ketika berhubungan dengan privasi seseorang, dan ketika meliput di area milik pribadi tanpa ijin terlebih dahulu dan lainnya.
Walau demikian beberapa stasiun televisi masih mengandalkan helicopter journalism untuk kegiatan aerial broadcasting mereka hingga kini.
Hal ini karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu penyajian berita secara langsung tentang sebuah kejadian yang sedang berlangsung sehingga penyajian berita nya tidak hanya aktual tapi juga real time.
Referensi:
- seattletimes.com/opinion/when-is-it-worth-using-a-helicopter-for-a-tv-news-report/
- avbuyer.com/articles/special-missions-aircraft/aerial-broadcasting-the-bird-s-eye-view-113229
- en.m.wikipedia.org/wiki/Drone_journalism
- en.m.wikipedia.org/wiki/General_aviation
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H